jpnn.com - jpnn.com - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi memberikan beberapa catatan kunjungan Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud.
Pertama, mengembangkan Islam moderat. Indonesia dan Arab Saudi memiliki komitmen sama untuk mengembangkan Islam wasathiyah (moderat). Yakni Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai tasamuh (toleransi) dan tawazun (keseimbangan), Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah.
BACA JUGA: Pidato Raja Salman Pelecut Umat Menyatukan Barisan
Bukan Islam yang ekstrim (tatharruf), baik ekstrim kanan maupun ekstrim kiri.
Bukan Islam yang melampaui batas dan juga bukan Islam radikal yang menjurus kepada tindakan terorisme.
BACA JUGA: Beginilah Pengamanan Raja Salman saat Kunjungan ke Bali
"Diharapkan kunjungan Raja Salman bisa menekan kelompok-kelompok radikal dan terorisme sehingga gerakannya bisa ditangkal dan daya rusaknya tidak meluas," kata Zainut dalam keterangan tertulisnya, Jumat (3/3).
Lebih dari itu kunjungan Raja Salman juga diharapkan bisa meletakkan dasar-dasar toleransi dan persaudaraan antar umat Islam, khususnya dalam pengamalan ajaran agama yang sering kali terusik karena adanya perbedaan pandangan dan ijtihad khususnya masalah cabang dalam ajaran agama (furu'iyah).
BACA JUGA: Anggota DPR Berterima Kasih atas Kebaikan Raja Salman
Sehingga terbangun saling menghormati, saling menolong dalam hal yang sudah disepakati, dan saling menenggang dalam hal yang berbeda.
Kedua, melawan radikalisme dan terorisme. Komitmen Raja Salman untuk melawan dan memerangi faham radikalisme dan terorisme patut diapresiasi.
Pemerintah Indonesia harus menangkap peluang ini untuk menindaklanjuti melalui langkah-langkah strategis dalam bentuk kerja sama di bidang pendidikan, dakwah dan propaganda secara massif pentingnya mengembangkan Islam wasathiyah (moderat), Islam yang damai, dan Islam rahmatan lil alamin.
Harus diakui bahwa sebagian besar umat Islam Indonesia adalah menganut paham ajaran agama Islam yang moderat (mainstream).
“Kalau ada kelompok yang mengusung paham radikal sebenarnya jumlahnya tidak banyak,” ujarnya.
Paham radikal yang menjadi akar dari terorisme itu merupakan gerakan transnasional yang tidak hanya berkembang di Indonesia tetapi juga pada banyak negara.
Radikalisme atau terorisme itu sendiri muncul bukan semata karena bersumber dari paham keagamaan tapi juga bisa disebabkan oleh faktor ekonomi, ketidakadilan dan perlakuan yang diskriminatif penguasa terhadap kelompok masyarakat tertentu sehingga menimbulkan bentuk perlawanan dan pembangkangan.
"Untuk hal tersebut komitmen Raja Salman memerangi paham radikalisme dan terorisme patut diapresiasi," ujarnya.
Ketiga, kerja sama kedua kawasan. Negara Arab Saudi merupakan negara yang memiliki pengaruh cukup besar baik di kawasan Timur Tengah maupun dunia internasional.
Sehingga posisi tersebut bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menguatkan posisi Indonesia sebagai negara yang penduduknya beragama Islam terbesar di dunia, untuk menekan dunia Internasional atas kemerdekaan negara Palestina.
"Kerja sama bilateral antara Arab Saudi dengan Indonesia akan menentukan stabilitas keamanan di kedua kawasan," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Raja Salman Salat Jumat di Mana?
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad