Tiga Hari Jelajahi Old Trafford, Markas Manchester United

Ganti Baju Dua Kali demi Tanda Tangan Giggs

Selasa, 13 Maret 2012 – 00:31 WIB
MIMPI JADI NYATA: Dari kiri, M. Taufik, Oldy Darius, Suhendi Leoputra, dan Djoko Hardjanto berpose di depan Stadion Old Trafford jelang laga Manchester United lawan West Brom, Minggu (11/3). Foto : Retnachrista/Jawa Pos

Bagi fans Manchester United, nonton langsung pertandingan tim kesayangannya merupakan momen luar biasa. Tapi, empat orang ini menikmati keuntungan lebih. Selain nonton, mereka juga blusukan ke berbagai sudut Old Trafford.
 
 RETNACHRISTA R.S., Manchester
 
DJOKO Hardjanto bungah bukan kepalang. Pria asal Purwokerto, Jawa Tengah, itu sukses mendapat tanda tangan beberapa pemain Manchester United untuk tiga jersey dan satu topi sekaligus. Demikian juga dengan Muhammad Taufik, Oldy Darius Samiri, serta Suhendi Leoputra yang terus-menerus mengenakan kaus United dengan coretan tanda tangan di sana-sini.
 
"Puas saya. Semua jersey titipan anak-anak dapat tanda tangan pemain. Paling tidak, nanti di rumah tidak ada yang iri-irian," ucap Djoko dengan raut muka berbinar.
 
Kalau Djoko mendapat tiga jersey bertanda tangan para bintang United, Taufik, Suhendi, dan Oldy masing-masing berjuang mendapat tanda tangan untuk dua jersey serta sebuah bola sepak.
 
Empat pria itu memang baru saja tiba dari Carrington, markas latihan tim utama United. Mereka memenangi kuis yang diselenggarakan Mamee Mister Potato sejak September tahun lalu. Total ada 35 pemenang yang tersebar dari seluruh Asia. Selain Indonesia, ada pemenang dari Malaysia, Thailand, Tiongkok, Singapura, dan Korea Selatan. Mamee merupakan salah satu sponsor utama Setan Merah "julukan United" mulai musim ini.
 
Carrington berada di luar Kota Manchester. Bangunannya sederhana. Dari luar bahkan terlihat biasa saja, tidak tampak sebagai tempat latihan tim raksasa kolektor 19 gelar Premier League. Satu-satunya yang menampakkan kesan cukup lux adalah tempat parkir yang lebih mirip showroom mobil mewah.
 
Kompleks latihan tersebut dijaga ketat. Rombongan pemenang kuis harus menunggu sekitar 20 menit untuk mendapat izin masuk. Begitu masuk, mereka menelusuri lorong-lorong penghubung antarruang di kompleks latihan terpadu itu. Di salah satu ruangan kaca, mereka bisa melihat salah seorang bintang United, Michael Owen, tengah berenang didampingi fisioterapis. "Owen belum sembuh juga ya. Padahal, cederanya sudah lama," ucap Suhendi.
 
Hari itu United melakukan persiapan akhir menjelang laga melawan West Bromwich Albion dalam ajang Premier League. Mereka tentu memburu kemenangan besar sembari berharap sang rival sekota yang juga pemuncak klasemen, Manchester City, kalah oleh Swansea. Atau, setidaknya mereka bisa menjaga defisit dua angka dari City.
 
Tim utama Setan Merah berlatih di lapangan indoor. Mereka didampingi tiga asisten pelatih. Manajer Sir Alex Ferguson belum nongol. Saat itulah Suhendi dkk bisa mengamati perilaku asli masing-masing pemain. "Rooney ini ngambek kali ya, kok nggak mau pemanasan," komentar Suhendi.
 
Saat para pemain lain tengah asyik melakukan senam ringan dan peregangan, pemain 25 tahun itu malah duduk-duduk. "Mungkin karena pemain bintang ya. Nggak ada yang berani negur. Kalau ada Sir Alex, pasti dimarahin," lanjut pemuda asal Medan tersebut.
 
Nah, kelar pemanasan itulah saat yang ditunggu-tunggu para fans. Sebab, mereka berkesempatan untuk berfoto bareng dan meminta tanda tangan pemain idola masing-masing. Benar saja, mereka langsung menyerbu. Taufik dan Oldy langsung menghampiri Ryan Giggs sembari menyodorkan jersey yang tengah dipakai. Setelah jersey di badan ditandatangani, giliran bola dan topi yang disodorkan.
 
Taktik yang sama dilakukan Suhendi. Sementara itu, Djoko lebih ekstrem. Bapak lima anak tersebut nekat ganti baju di tempat, dua kali pula! Itu dilakukan agar tiga jersey pesanan dua buah hatinya mendapat goresan tangan para pemain United. "Harus berani malu ini. Demi anak-anak. Kapan lagi bisa ketemu pemain MU di markas mereka sendiri," ucap Djoko.
 
Padahal, awalnya Djoko dkk sangsi bisa mendapat tanda tangan di semua suvenir yang mereka beli di Megastore, toko merchandise resmi United di kompleks Old Trafford. Sebab, satu orang hanya boleh membawa satu item untuk ditandatangani. "Jadi, harus pakai taktik, satu jersey dipakai, item lainnya diserahkan aja gitu," ujar Taufik yang merupakan fans hardcore United.
 
Sebagai pemain dari klub raksasa dengan jutaan fans dari seluruh dunia, para penggawa United tentu sudah sangat berpengalaman berhadapan dengan hal-hal semacam itu. Meski di satu sisi harus berkonsentrasi dalam latihan, mereka tetap bersemangat menyapa fans. Mereka juga senang-senang saja memberikan tanda tangan serta berfoto bersama.
 
Giggs dan Rio Ferdinand, yang notabene sudah senior, dirasa paling ramah oleh para fans dari Indonesia. Juga, dua legiun asing Park Ji-sung dan Patrice Evra. Sementara itu, Rooney yang sejak awal sudah bete entah karena apa tetap berusaha menunjukkan sikap simpatik dengan kooperatif saat diajak berfoto bareng.
 
"Berkunjung ke Carrington itu pengalaman terbaik lah selama di Manchester. Kalau nonton pertandingan live saja, semua orang bisa beli tiket. Nah, ketemu pemain ini jelas kesempatan langka," tegas Oldy. "Tapi, merasakan atmosfer pertandingan secara langsung juga luar biasa ya. Serasa jadi bagian dari sesuatu yang sangat besar," tambah Suhendi.
 
Menonton pertandingan antara United versus West Bromwich Albion tadi malam (11/3) menjadi puncak perjalanan mereka ke homebase United selama tiga hari. Sejak Jumat (9/3), para pemenang kontes Mister Potato Manchester United Ultimate Trip diajak mengelilingi tempat-tempat penting yang berkaitan dengan sejarah United.
 
Pertama, mereka mengunjungi The Cliff, bekas training ground yang kini menjadi tempat latihan tim perempuan United serta tim anak-anak. Setelah itu, mereka berlanjut ke Old Trafford, mengintip ruang ganti pemain dan makan siang di Red Cafe, resto resmi tempat para fans bisa kongko menikmati makan dan bir.
 
Salah satu yang paling menarik bagi mereka tentu saja player?s lounge dan ruang ganti. Tentu mereka berharap melihat lounge yang mewah dan luas milik klub superbesar dengan pemain bergaji ratusan juta rupiah per pekan itu. Namun, jangankan luxurious, yang ada hanya ruangan sempit dengan karpet merah serta beberapa set kursi tua. Di pojokan ada meja katering, juga sangat sederhana, untuk hidangan pemain seusai bertanding.
 
"Ya, ya, ini tidak ada hubungannya dengan lifestyle. Ini adalah ruangan tempat pemain harus meng-adjust kondisi sebelum bertanding," ucap Sam Hopkinson, relation executive United. "Mereka datang ke sini tiga jam sebelum kickoff, menenangkan diri di sini, menyiapkan fisik dan mental. Melupakan semua urusan di luar, kadang justru lebih sulit daripada persiapan fisik," lanjut dia.
 
Yang bikin lebih amazed adalah ruang ganti pemain. Lagi-lagi, yang tampak bukanlah ruangan supermewah dengan locker. Hanya sebuah ruangan yang seluruh dindingnya berlapis kayu, tanpa sekat. Hanya ada kait untuk hanger kostum. Kostum pemain digantung begitu saja di sisi-sisi dinding.
 
"Kami menyebutnya ruang ganti yang friendly. Sama sekali tidak ada sekat, bahkan tidak ada locker atau drawer (laci, Red). Pemain bisa saling melihat apa pun yang dilakukan temannya," kata Hopkinson. "Pada matchday, kami hanya menggantung 18 kostum pemain dan menumpuk peranti lain di bangku masing-masing," imbuhnya.
 
Menurut dia, ruang ganti serta lounge yang bersahaja itu membuat pemain United tetap merasa sebagai satu kesatuan. Tidak ada yang merasa lebih hebat dari yang lain. Begitu masuk Old Trafford, mereka bukanlah pemain bola yang mendapat total gaji ratusan juta per pekan, tapi pemain United yang harus terus membawa glory bagi klub.
 
Meski asyik menjelajahi Old Trafford, nonton pertandingan langsung juga menjadi pengalaman tersendiri bagi para pemenang. Meski "hanya" melawan West Brom, pemenang dari Indonesia sangat bersemangat. Semalam sebelumnya, mereka membuat spanduk dari kertas bertulisan Indonesia Loves MU.
 
Kunjungan ke markas United rencananya menjadi agenda tahunan Mister Potato selama menjadi sponsor United. Ini merupakan yang pertama. Mekanismenya sederhana. Konsumen tinggal mengirimkan unique code di kemasan snack ke website resmi Mr Potato. Lalu, setiap bulan diundi dua orang yang beruntung selama tiga bulan terhitung sejak September 2011. (*/c5/ca)
 
BACA ARTIKEL LAINNYA... Putri Herlina, Gadis tanpa Tangan Pengasuh Anak-Anak yang Dibuang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler