Siang itu sekitar pukul 11.30, cuaca di daerah Batam Centre sangat terik. Seorang pria dengan pakian kotak-kotak, celana hitam dan sepatu hitam tampak duduk di teras sebuah ruko di samping Bank Niaga di seputaran Patung Kuda, Sei Panas. Terlihat ia menatap kosong ke arah depannya.Sesekali ia memperhatikan ponselnya, kemudian ia menyeka keringat dari dahinya.
Zulfan,34, nama pria tersebut. Ia adalah sopir Blue Bird yang dinyatakan lolos dalam sejumlah tes dari Blue Bird Group Juli lalu.Tetapi pasca dicabutnya izin operasi oleh Pemko Batam,harapannya untuk bisa menafkahi keluarganya lebih layak semakin jauh dari harapan.
Untuk bisa bertahan hidup, Zulfan kini bekerja sebagai sopir kontrakan yang gajinya tidak tentu. Sudah tiga hari ia bekerja sebagai driver pengganti di bank Niaga. Ia bekerja di sana karena sopir yang ditunjuk oleh Bank Niaga sedang cuti. "Ada sopir yang cuti, makanya saya disuruh ganti. Kalau sudah masuk nanti, ya saya harus cari pekerjaan lain. Terkadang seminggu kami hanya bekerja tiga hari. Beginilah nasib saya sekarang,"katanya.
Dari pekerjaanya sebagai sopir pengganti, Zulfan hanya digaji Rp 75ribu per hari. Tetapi penghasilannya ini tidak bersih, karena pengeluaran lain seperti makan dan rokok harus ia tanggung. Ia paling hanya bisa membawa sekitar Rp 40ribu ke rumah. Uang inilah yang harus dikelola untuk kebutuhan di rumah tangganya.
Sejak dinyatakan lolos menjadi sopir Blue Bird, ia sering tidak mendapatkan pekerjaan, sehingga untuk membutuhi keluarganya ia harus mengandalkan pinjaman atau pun mengharapkan uang dari hasil penjualan snack istrinya di rumah mereka di Bengkong Kolam.
"Pernah sampai empat hari saya tidak punya pekerjaan, saya bingung karena tidak tahu harus dapat uang dari mana untuk kebutuhan keluarga. Saya tidak punya pekerjaan tetap""kata Zulfan.
Pekerjaannya yang sekarang sebagai sopir serap ini pun dalam waktu dekat akan berakhir, selanjutnya ia pun akan kembali mencari pekerjaan sambil menunggu beroperasinya Blue Bird. Ia berharap Blue Bird dalam waktu dekat bisa beroperasi dan ia bisa memperbaiki kehidupan keluarganya.
"Untuk makan saja saat ini sangat sulit. Apalagi kalau saya tidak dapat kerjaan baru. Kami hanya berharap Blue Bird ini bisa segera beroperasi dan kami bisa hidup lebih layak lagi,"kata Zulfan
Ia berharap agar Blue Bird bisa beroperasi secepatnya. Ia berharap kepada semua pengelola taksi di Batam untuk bisa sama-sama membenahi transportasi yang ada di Batam.
Hal yang sama diungkapkan Harum,32,sopir Blue Bird yang juga dinyatakan lolos Juli lalu. Warga Bengkong Harapan ini kini hanya bisa menghidupi seorang istri dan satu anaknya dengan pas-pasan.Setiap harinya, ia hanya bisa membawa uang sekitar Rp 40ribu per hari,bahkan kala ia tak dapat kerja ia harus pinjam uang dari tetangga atau pun kerabatnya.
Berbagai pekerjaan ia lakukan demi keluarganya. Ia kini bekerja sebagai sopir pengganti sama dengan yang dikerjakan Zulfan. Ia lebih sering menganggur dari pada mendapatkan pekerjaan. "Waktu saya melamar pekerjaan di Blue Bird saya yakin perekonomian keluarga saya lebih baik, tetapi hingga kini nasib kami tak jelas paska pencabutan izin tersebut,"kata Harum.
Teguh Wijayanto, Kepala Public Relation Blue Bird Group mengaku sangat prihatin dengan nasib para sopir taksi yang hingga kini masih terkatung-katung. Ia meminta kepada sopir yang sudah sempat dinyatakan lolos tersebut untuk tetap bersabar.
Teguh mengatakan saat ini dengan armada 50 unit, dibutuhkan sopir sebanyak 75 orang. Ia mengatakan kehadiran Blue Bird di Batam bukan sebagai ancaman tetapi sebagai mitra untuk mengembangkan dan memajukan transportasi di Kota Batam.
"Kami tidak akan bisa melayani semua permintaan konsumen di Batam. Makanya kami bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai mitra,"katanya. (ian)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sorong dan Tambraw Digoyang Gempa Ringan
Redaktur : Tim Redaksi