jpnn.com, JAKARTA - Di antara lima personel D’Masiv, tiga orang sudah menjadi ayah. Yaitu, Rian, sang vokalis; Rayyi, basis; dan Wahyu, drumer. Seperti apa kedekatan tiga papa musisi tersebut dengan sang buah hati?
* * *
BACA JUGA: Widi Vierra Tambah Mancung, Ooo... Operasi Hidung
DUA belas tahun bersama membuat para personel D’Masiv sangat akrab satu sama lain. Dari masih sangat muda, memulai karir, sampai beberapa anggotanya menikah dan memiliki anak. Pada album-album sebelumnya, D’Masiv kerap disibukkan jadwal tur panjang keliling beberapa kota hingga berminggu-minggu. Sekarang meski skedul manggung tetap padat, jadwalnya tidak seketat dulu. Karena itu, para personelnya, terutama yang sudah menikah, tetap memiliki waktu untuk keluarga.
Setiap show di luar kota atau luar negeri, yang dirindukan adalah celoteh riang si kecil dan kebersamaan dengan keluarga. ”Setelah beres check sound dan sampai di hotel, biasanya langsung telepon atau video call sama anak dan istri,” kata Wahyu Piaji, drumer. Wahyu dan sang istri, Radianti Utami, dikaruniai dua anak, Benjamin Khalifah Muhammad (Ben) yang lahir 23 Maret 2011 serta Jasmine Janeta Ramadhani, kelahiran 15 Juli 2012.
BACA JUGA: Netizen: Widy Vierra Kok Enggak Pesek Lagi, Operasi Hidung?
Si sulung Ben baru masuk playgroup. Wahyu beberapa kali mengantar jagoan kecilnya ke sekolah. ”Awal-awal dia nggak mau ditinggal, nangis. Tapi, lama-lama mulai betah. Malah kemarin ikut lomba tujuh belasan, banyak dapat juara,” kata Wahyu, bangga.
Rian Ekky Pradipta, sang vokalis, mengungkapkan kebahagiaannya menjadi ayah seorang putri cantik, Euralia Cassidy Rian, yang lahir pada 24 April 2013.
BACA JUGA: Vierra Ganti Nama Jadi Vierratale
Sejak memiliki anak, Rian punya hobi baru, mengabadikan tingkah polah Ralia –panggilan si kecil– dan mengunggahnya lewat Instagram. ”Sekarang kalau difoto, Ralia suka pose miring. Melihat dia ketawa, rasanya semua lelah hilang,” ucapnya.
Beberapa waktu lalu, Rian bersama istri, S.A. Murtisari, dan Ralia berlibur ke Singapura sekaligus menonton konser Travis. Bila ada waktu bebas dari jadwal manggung, Rian mengoptimalkan quality time bersama keluarga. Saat Lebaran kemarin, semua personel mendapatkan libur satu minggu.
Bintang, 4, putra semata wayang Rayyi dengan mantan istri, kini tinggal di Bandung dengan sang mama. Rayyi tetap menjalin komunikasi dan sering mengunjungi Bintang. ”Biasanya, sore video call sama Bintang setelah dia bangun tidur. Kalau D’Masiv live di televisi, saya kabari biar dia nonton. Terus kalau Bintang lagi rewel, mamanya telepon saya buat nenanginBintang,” cerita Rai, sapaan akrabnya.
Bintang yang baru saja lulus playgroup sedang suka main drum. Dia suka menonton DVD D’Masiv dan menirukan lagunya sambil memainkan drum. Rai tentu bangga melihatnya. ”Saya belikan drum buat di rumah. Bintang senang banget,” ujarnya.
Pria 26 tahun itu punya impian suatu saat bisa ngeband bareng sang anak. Itu salah satu alasannya menikah di usia muda agar jarak usia dengan anak tidak terlalu jauh. Meski pada akhirnya berpisah, dia tetap berusaha menjalin hubungan baik dengan mantan istri demi anak.
Obrolan antarpersonel D’Masiv pun kini bertambah, tidak hanya soal musik, tetapi juga seputar dunia anak. Mulai pemilihan sekolah buat anak, penanganan anak saat sedang sakit, hingga perkembangan si kecil.
”Biasanya, yang bikin panik kalau anak sakit saat kita lagi di luar kota,” ucap Rian. ”Kalau ditinggal tur, biasanya anak-anak request dibawakan hadiah. Ben suka die cast atau hot wheels sport car. Saya selalu berusaha menepati janji karena anak akan mencontoh perilaku kita,” sahut Wahyu. ”Bintang minta diajak jalan-jalan pas dia libur sekolah,” timpal Rayyi.
Kehidupan pribadi personel setelah menikah juga memberikan pengaruh besar pada musik D’Masiv. Dari segi lirik misalnya. Salah satu lagu di album terbaru, yang berjudul Jarak dan Waktu, tercipta saat rindu keluarga. ”Lagu ini kita bikin waktu lagi di Dublin. Ungkapan rasa kangen sama anak istri di rumah,” ujar Rian.
Ajak ke Dimensi Lain lewat Vinyl
Setelah me-launching album keempatnya, Hidup Lebih Indah, pekan lalu, D’Masiv kini menantikan rilis album tersebut dalam bentuk vinyl alias piringan hitam. Produksinya dilakukan di Jerman dalam jumlah terbatas, 500 keping saja. Meski belum jadi, sudah banyak yang memesan.
D’Masiv berharap langkah mereka itu bisa menjadi jalan pembuka bagi band-band lain untuk kembali menggerakkan penjualan album fisik dalam bentuk piringan hitam. ”Kita juga penasaran dan sudah nggak sabar untuk mendengarkan langsung,” ucap Rian. Para personel D’Masiv lain pun sudah berencana membeli dalam jumlah banyak.
Ide untuk merilis piringan hitam itu datang dari hobi para personel mengoleksi vinyl karya penyanyi dan musisi idola, baik dari dalam maupun luar negeri. Bermula dari Rian, kini Rayyi dan Rama pun mulai hobi hunting vinyl. ”Hasil rekaman vinyl berbeda, sound-sound yang dihasilkan lebih kaya dan unik. Kita seperti ada di dimensi lain saat mendengarkannya,” tutur Rian yang mengoleksi vinyl sejak 2010. Jumlahnya kini mencapai ribuan.
Saat ada kesempatan manggung di luar negeri, mereka selalu hunting vinylincaran. Misalnya, ketika mengadakan konser di Dublin tahun lalu. ”Eropa surga vinyl. Tapi, di Jakarta pun kadang bisa nemuin vinyl yang langka,” lanjut Rama.
Rayyi bercerita betapa senangnya baru-baru ini bisa mendapatkan vinylband Mew favoritnya. Menariknya, vinyl tersebut berwarna pink.
”Seneng banget karena limited edition yang pink. Selain itu, ada Panbers, Koes Bersaudara, sama vinyl band indie Sore yang 7 inci,” urainya. Totalvinyl miliknya berjumlah 14 keping saat ini. Rayyi masih mengidamkanvinyl Muse, Coldplay, dan Sigur Ros. (nor/c6/c7/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Vierra Bingung Pilih Nama
Redaktur : thomas