JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI, Aboebakar Alhabsy menegaskan, polisi harus segera berbenah dan perlu benar-benar melakukan reformasi diri terutama menyangkut persoalan penanganan massa dan huru hara
"Tewasnya tiga orang serta delapan pengunjuk rasa yang terkena luka tembak di Bima hari ini menunjukkan kegagalan polisi dalam mengelola keamanan aksi unjuk rasa," kata Aboe, Sabtu (24/12).
Ia menambahkan, kegagalan ini menambah daftar hitam penanganan masa oleh Polri
BACA JUGA: Anas Janji Akan Pelajari Audit Forensik
Sebagaimana diketahui, kata Aboe, pengamanan yang dilakukan polri di Sumsel, Lampung maupun Papua juga memakan korban"Pistol dan peluru yang diberikan kepada mereka seharusnya digunakan dengan benar, jangan digunakan untuk menembak mahasiswa atau para petani
BACA JUGA: Lagi, Anas Sebut Nazar Mengarang dan Berbohong
Mereka bukan teroris, bukan pula perampok uang negara, jadi jangan represif," kata Aboe.Ditegaskan Aboe, Polri seharusnya mengedepankan pendekatan persuasif kepada rakyat
BACA JUGA: Tolak Referendum dan Pengibaran Bendera OPM
"Saya kira kita perlu evaluasi, kalo perlu seperti di Meksiko yang memecat 900 polisi bermasalah dan menggantikan fungsinya dengan Angkatan laut," katanya.Seperti diketahui, tiga pengunjuk rasa dari Front Rakyat Anti Tambang (FRAT) yang tewas di Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (24/12)Mereka adalah Arief Rahman (19), Syaiful (17), dan Ansyari (20) yang tewas akibat tembakan peluru yang diduga dari aparat keamanan
Informasi yang dihimpun, ketiga korban bersama para pengunjuk rasa lainnya, menutup jalur lalu lintas ke Pelabuhan Sape sejak 20 Desember 2011Mereka menuntut pencabutan SK Bupati Bima Nomor 188 Tahun 2010 tentang izin pertambangan PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) dan pembebasan seseorang berinisial AS, tersangka pembakaran kantor Camat Lumbu yang terjadi pada 10 Maret 2011 dan telah diserahkan ke kejaksaan.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Datang Rapat Sekaligus Sidak
Redaktur : Tim Redaksi