Tiga Tahun Puasa Daud, dari Pekalongan Jalan Kaki ke Tanah Suci

Rabu, 31 Mei 2017 – 00:05 WIB
Ayah kandung Khamim, Solichin, saat menceritakan awal perjalanan Aim menuju Tanah Suci. Foto: MUHAMMAD HADIYAN/RADAR PEKALONGAN/JPNN.com

jpnn.com - Mochammad Khamim Setiawan (29) nekat berjalan kaki dari kampung halaman, Pekalongan, Jateng, ke Mekah Arab Saudi untuk berhaji. Pemuda asal Kota Santri ini juga rutin puasa Daud. Seperti apa kisahnya?

M Hadiyan, Wonopringgo

BACA JUGA: Jalur Tol di Pekalongan Masih Berupa Tanah Merah

Luar biasa. Kata itu cocok untuk menggambarkan pemuda asal Desa Rowokembu, Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan ini.

Ia membuat masyarakat terkagum-kagum karena nekat melakukan perjalanan dari kampung halaman ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dengan jalan kaki. Aksinya ini juga sempat menghebohkan media sosial, hingga menjadi viral.

BACA JUGA: Tol Brebes Timur-Pemalang Sudah Fungsional saat Mudik Lebaran

Mochammad Khamim Setiawan melakukan perjalanan haji sejak 28 Agustus 2016 tahun lalu. Saat ini dikabarkan Mochamad Khamim telah sampai di Timur Tengah.

Kisahnya heboh dituturkan di media sosial. Aim, sapaan akrabnya, melakukan persiapan selama 3 tahun.

BACA JUGA: Aim Jalan Kaki dari Pekalongan ke Tanah Suci, Berbekal Sedikit Uang

Syaufani Solichin (74), ayah Aim, mengatakan, di antara persiapan yang dilakukan putranya adalah berpuasa Daud. Persiapan yang dilakukan Aim, selain untuk fisiknya, juga terkait spiritnya.

"Selama tiga tahun ini Aim puasa Daud. Puasanya selang seling, sehari puasa sehari tidak," kata Solichin saat ditemui di kediamannya, Rabu (24/5).

Solichin menceritakan, anaknya memang punya pendirian yang teguh. Jika menginginkan sesuatu, pasti diusahakan sendiri dengan sepenuh hati.

Sebenarnya, awal perjalanan spiritual itu tidak dilakukan Aim seorang diri. Ada dua orang kawannya yang menemani.

Namun setibanya di Tegal, kawan-kawannya itu menyerah dan balik ke rumahnya. Soal perbekalan yang dibawa, Solichin menuturkan anaknya hanya membawa beberapa lembar pakaian dan sedikit uang.

"Ketiga kakaknya (yang di Jakarta) sebelumnya meminta dia untuk kerja dulu. Tapi anaknya tidak mau. Dia justru mempersiapkan fisik maupun mentalnya selama tiga tahun," ujar Solichin.

Soal strategi yang ditempuh Aim, Solichin menjelaskan anaknya itu berjalan setiap malam. Di siang hari, Aim beristirahat.

Hampir setiap hari, Syaufani Solichin mendapatkan kabar anaknya dari teman-teman anaknya.

"Beberapa teman-temanya hampir setiap hari memberikan kabar tentang anak saya. Kabarnya dia sehat-sehat saja, malah diperlihatkan fotonya. Saya sendiri sudah tua tidak bisa pakai hape," katanya sembari tersenyum kecil.

Sikap anaknya yang nekat tersebut, sebagai orang tua ia mengaku ada secercah rasa bangga. Keuletan Aim terhadap cita-citanya untuk menunaikan haji dengan jalan kaki akan tercapai.

"Saya pasrahkan semuanya pada Gusti Allah, semoga sehat-sehat saja," terangnya.

Sekadar diketahui, Aim berangkat dari rumahnya di Kecamatan Wonopringgo, Pekalongan, pada tanggal 28 Agustus 2016 sekitar pukul 22.00 WIB. Kini Aim dikabarkan telah tiba di Timur Tengah.

Kisah Aim viral di media sosial. Kisahnya diceritakan dari satu akun ke akun lain.

Banyak pertanyaan yang belum terjawab, seperti bagaimana Aim mengurus visa setiap melintasi satu negara.

Solichin belum bisa menjelaskan detail karena dia juga hanya menerima update kabar perjalanan Aim dari teman-teman putranya tersebut. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mudik Lewat Tol Pemalang-Batang? Nih Informasi Penting


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
haji   jalan kaki   Pekalongan  

Terpopuler