jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengusulkan 3 kiat agar proses jadwal tunggu ibadah haji tidak terlalu lama dan panjang. Pertama, mendorong Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk menggelar konferensi tingkat tinggi guna membahas kuota haji.
“Dulu penetapan kuota haji dilakukan oleh OKI saat menggelar konferensi di Amman, Jordania, pada tahun 1987”, ujar HNW dalam pembukaan Rakernas ke-15 IPHI di Jakarta, Sabtu (30/11).
BACA JUGA: HNW: Merajut Kebersamaan dengan Memahami Sejarah Bangsa
Dalam konferensi itu dihitung satu orang perseribu penduduk. Menurut HNW aturan tersebut sudah tidak tepat, sebab perekonomian ummat Islam makin meningkat. Infrastruktur di Arab Saudi juga sudah bertambah baik.
Karena itu, HNW yakin negara kaya minyak tersebut mampu menampung lebih banyak jemaah haji. “Untuk itulah perlu digelar KTT OKI untuk membahas kembali masalah kuota haji”, ujar pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu.
Kedua, lanjut dia, banyak negara Islam yang tidak menggunakan semua kuota. Sisa jatah itu bisa digunakan oleh calon jemaah haji dari Indonesia.
BACA JUGA: HNW: Pesantren Mesti Terdepan Mencetak Generasi Unggul
“Di Suriah lagi terjadi konflik, nah kuota yang tidak dimanfaatkan bisa digunakan oleh calon jemaah haji kita”, paparnya. Hal demikian menurutnya juga terjadi di beberapa negara Afrika bahkan di Thailand dan Filipina.
Ketiga, kuota haji yang tidak digunakan oleh jemaah haji yang ada di Thailand dan Filiphina bisa digunakan oleh calon jemaah haji Indonesia. “Dengan melakukan pendekatan diplomasi antaranggora ASEAN maupun diplomasi bilateral”, tuturnya.
“Kuota yang ada mending digunakan untuk calon jemaah haji dari Indonesia secara sah daripada digunakan oleh pihak lain yang selanjutnya menimbulkan masalah,” tambahnya.
Memangkas jadwal tunggu ibadah haji di Indonesia diakui oleh Wakil Ketua Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor itu sangat penting sebab waktu yang ada hingga 40 tahun. “Bayi yang baru lahir hari ini baru bisa naik haji 40 tahun kemudian,” ujar HNW mengandaikan.
Dalam Rakernas yang bertema ‘Meningkatkan Soliditas Ummat dan Kesiapan IPHI Menyongsong Muktamar VII/2020 Untuk Indonesia Maju dan Bermartabat’, HNW menceritakan pengalaman hidupnya yang pernah tinggal di Arab Saudi selama 13 tahun. “Sudah beberapa kali naik haji,” tuturnya.
BACA JUGA: Ustaz HNW Pengin Pak Jokowi Berlakukan UU Pesantren sebelum Hari Santri
Selama di sana, dia pernah membantu relawan haji serta menolong jemaah yang tersesat. “Beribadah haji merupakan hal yang perlu disyukuri”, ujarnya.
Dikatakan dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, mereka yang menjadi tokoh penggerak adalah mereka yang mempunyai gelar haji, seperti KH. Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asyhari, Haji Oemar Said Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Haji Mohammad Natsir, dan banyak yang lainnya. “Haji Oemar Said Cokroaminoto merupakan Guru Bangsa,” ungkapnya. Merekalah yang menghadirkan lahir dan merdekanya Indonesia.
Lebih lanjut dikatakan, para haji pada masa pergerakan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah sosok-sosok pejuang. Pada tahun 1903, organisasi Jamiatul Khair mengadakan Konferensi Ummat Islam di mana hasil konferensi itu adalah menyatakan keinginan merdeka dari penjajahan bangsa asing. Dari organisasi itu selanjutnya lahir organisasi Sarikat Dagang Islam, kemudian SI, dan organisasi-organisasi Islam lainnya.
Untuk itulah dirinya mendorong IPHI agar hadir dan merealisasikan cita-citanya untuk Indonesia. “Kami harap IPHI menjadi pioneer bagi para jemaahnya untuk membangkitkan Indonesia,” tegasnya.
HNW mendorong keinginan organisasi itu untuk bergerak dalam segala bidang seperti Muhammadiyah, NU, Persis, dan organisasi Islam lainnya. “Tugas IPHI penting buat umat,” ujarnya.
Hadir dalam pembukaan rakernas, Ketua Umum IPHI Ismed Hasan Putro, Ketua Dewan Penasihat IPHI Jenderal (Purn) Djoko Santoso, dan Gubernur Jakarta Anies Baswedan. Ismed dalam kesempatan itu menuturkan rakernas yang digelar disebut merupakan momentum yang tepat yang menjadikan IPHI bagian integral dari Indonesia. (adv/JPNN)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi