M Yusuf bin Hasan alias Yusuf Rizaldi, terduga tersangka teroris Kelompok Depok, ternyata cukup dikenal di Dusun III Sei Siur Kecamatan Pangkalansusu, Langkat. Dia sempat dianggap pahlawan desa usai berhasil menaklukkan seorang maling kebal. Dia tikam si maling hingga tewas, karena mencuri bebek neneknya.
Kabar tentang Yusuf akhir-akhir ini memang mengejutkan warga desanya. Apalagi setelah dia menyerahkan diri ke Polsek setempat dan mengaku sebagai anggota terduga teroris Kelompok Depok.
Kemarin, Sumut Pos (Grup JPNN) berupaya menelusuri kehidupan Yusuf sejak kecil hingga remaja di kampung halamannya itu. Namun, tidak mudah. Tetangga keluarga Yusuf di Dusun III Desa Sei Siur sudah terlebih dahulu menutup diri.
Bangunan kediaman orangtua Yusuf masih bergaya lama, yakni rumah panggung. Kondisi fisik rumah itu terlihat sedikit termakan waktu. Kemarin, ketika disambangi, rumah masih saja lengang meskipun jarum jam sudah menunjukkan waktunya makan siang sekaligus ibadah salat dzuhur. Memang tidak terlalu sulit mendapatkan rumah yang mungkin menjadi tempat Yusuf dibesarkan tersebut. Letaknya berada di dekat pohon beringin tua, persis di sudut lorong masuk berseberangan dengan tugu KB yang didalamnya terdapat makam pahlawan.
Cuaca mendung sepertinya mengisyaratkan kekelabuan keluarga besar Alm Hasan Muhammad atau Hasan Bare, menyusul dugaan salah satu anggota keluarga menjadi bagian kelompok teroris Depok. Pintu sebuah rumah permanen, persis berdampingan dengan rumah panggung orangtua Yusuf terlihat terbuka. Namun, hanya hitungan menit, pintu itu langsung tertutup begitu melihat Sumut Pos berada di dekat lokasi. Belakangan diketahui, rumah tersebut merupakan kediaman Hasnida kakak sulung Yusuf.
Tak banyak yang diperoleh dari lokasi tersebut, selain kurang komunikatifnya anggota keluarga, diduga tetangga lainnya juga enggan memberikan informasi karena khawatir keluarga Yusuf tersinggung. Seakan, semuanya terkondisi untuk saling menjaga keharmonisan bertetangga.
Cerita tentang Yusuf banyak didapat dari Kantor Desa. Meskipun awalnya petugas di kantor milik pemerintah ini saling lempar untuk bercerita atau memberikan penjelasan umum cerita tentang Yusuf. Terbangunnya komunikasi yang baik serta diberikan kejelasan tentang profesi jurnalis, membuat mantan ketua Rukun Tetangga (RT) tempat Yusuf berdomisili bersedia berbagi informasi.
“Kurang tepatlah rasanya jika saya yang bercerita, ada yang lebih memahami kondisi Yusuf. Itu, bapak itu adalah mantan RT di sana sebelum diubah menjadi dusun seperti sekarang ini,” pinta Nurlina Furi selaku Sekretaris Desa seraya menunjuk pria bertubuh sedang yakni Taufik AD Lubis.
Lahir dan dibesarkan dari keluarga cukup sederhana sekitar empat puluh tahun lalu, putra kedua dari enam bersaudara pasangan Hasan dan Mahani Isa itu tumbuh kembang layaknya remaja lainnya di Dusun III Desa Sei Siur. Dia dikenal warga memiliki kepribadian normal seperti remaja lainnya dan pergaulannya baik.
Tak tanggung, bagusnya pergaulan Yusuf Bare’ (nama belakang dialamatkan warga karena sang ayah, Hasan, dikenal sebagai penjual bare yakni sejenis hewan laut mirip kerang) disertai kepintaran mengaji. Tak ayal, rekan sebayanya ketika itu mendudukkan Yusuf sebagai pemegang komando remaja Masjid Istiqomah di kampung tersebut.
Seiring berjalannya waktu, tidak diketahui pasti hingga jenjang apa pendidikan yang dirasakan Yusuf. “Mungkin setingkat SMP ya tetapi entah sampai tamat entah berhenti di tengah jalan lupa,” kata mantan RT Dusun III, Taufik AD Lubis, di kantor Kepala Desa.
Lubis menegaskan, tidak ada yang aneh dengan Yusuf sebelum diduga terlibat kelompok teroris Depok. Mengingat, anak muda yang kalem itu pernah dianggap pahlawan oleh warga kampung karena berani melawan sekaligus menghabisi Ono atau Sugiono mantan maling yang paling disegani di Pangkalansusu.
“Bukan tanggung, kalau tidak salah dia masih di bawah umur ketika itu menghabisi si Ono maling paling disegani di Pangkalansusu ini. Padahal, ceritanya polisi pun tidak mampu meringkus si Ono ketika itu karena disebut-sebut memiliki ilmu kebal,” urai Lubis.
Saking nekatnya, cerita Lubis, Yusuf mengbikam Ono persis di dalam bus angkutan umum yang menuju Pangkalanbrandan dan Medan. Peristiwa itu dipicu kekesalan Yusuf karena bebek neneknya disikat habis oleh Ono. Setiap kali beraksi Ono memang dikenal tidak pilih bulu, barang apapun disikatnya termasuk kasur sekalipun.
Keberanian diperlihatkan Yusuf membuat warga takjub. Tidak itu saja, warga juga menaruh perhatian ketika Yusuf menjalani proses hukum dengan memberikan bantuan material dan moril kepadanya. Rasa hormat pun berjalan dengan sendiri setelah Yusuf yang dianggap sebagai pahlawan ketika itu dengan menghabisi maling ganas.
Waktu pun bergulir, munculah program pemerintah yang menyalurkan dana bagi pembuatan saluran air (parit) di seputar pemukiman Yusuf yang disinyalir disebut P2D (Program Pembangunan Desa). Entah dirasuki setan apa, Yusuf yang menjadi bendahara di program itu membawa lari uang sekitar Rp8 juta guna pembuatan dinding parit. Kepercayaan yang diberikan kepadanya langsung pupus. “Kalau tidak salah sekitar tahun 2001 itu, Yusuf pun pergi merantau setelah membawa uang program tersebut. Tetapi setelah itu memang ada pulang kampung, membawa keluarga dia,” ungkap Lubis.
Lubis yang didampingi Sariman (61) selaku Kepala Dusun menuturkan, ketika pulang ke Sei Siur beberapa tahun lalu Yusuf membawa anak kembar setelah anak pertamanya diakui meninggal dunia. Dan ketika itu, penampilan Yusuf memang terlihat alim dan istrinya menggunakan penutup wajah (cadar). Namun karena tidak memberikan perhatian berlebih, keduanya tidak memahami betul berapa kali Yusuf pulang kampung sejak 2001 meninggalkan Pangkalansusu.
Perangkat desa ini sama-sama memahami kondisi yang dihadapi keluarga Yusuf dan sekaligus menilai wajar jika kemudian tak satu pun anggota keluarga yang bersedia dijumpai guna dimintai informasi. “Kami pun sampai saat ini tidak tahu dimana ibu Yusuf. Namun, cerita kami terima kemarin memang dia (Yusuf) langsung ditemani keluarga mendatangi kantor polisi untuk menyerahkan diri, “ tutup Sariman. (mag-4/mag12)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Memanfaatkan Murahnya Kuliah di India
Redaktur : Tim Redaksi