Tim Itjen Kemdikbud Cium Aroma Korupsi UN

Minggu, 05 Mei 2013 – 06:28 WIB
JAKARTA - Investigasi kekacauan Ujian Nasional (UN) 2013 oleh tim Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus menggelinding. Unit utama pimpinan Haryono Umar itu mencium aroma korupsi dalam tender UN, sampai akhirnya pelaksanaan ujian tahunan itu amburadul.

Haryono menuturkan, sampai saat ini tim itjen masih menuntaskan satu dari tiga aspek investigasi. "Tidak benar kalau investigasi sudah rampung ketiga-tiganya," katanya, Sabtu (4/5).

Bekas komisioner KPK itu menuturkan bahwa investigasi yang sudah beres baru di aspek penundaan pelaksanaan UN jenjang SMA sederajat. Sedangkan investigasi aspek tender dan pengawasan masih berjalan.

"Untuk investigasi urusan tender, kami mencium ada korupsi. Tapi investigasi ini belum rampung lho ya," ujarnya.

Haryono mengatakan indikasi korupsi di urusan tender UN muncul sejak beberapa saat menjelang pelaksanaan ujian jenjang SMA sederajat pada 15 April lalu. Salah satu indikasi korupsi atau ketidakberesan tender UN dalah, pemenang tender untuk paket 3 adalah perusahaan dengan penawaran harga termahal. Yakni PT Ghalia Indonesia Printing dengan nilai penawaran sekitar Rp 22 miliar.

Padahal menurut Haryono, untuk pelamar paket 3 tadi ada sejumlah perusahaan yang menawarkan harga lebih murah tetapi tidak lolos. "Menetapkan pemenang lelang yang menawar harga tinggi (padahal ada yang lebih murah, red) itu sudah ada keganjilan," tuturnya.

Namun, Haryono ogah menerangkan lebih jauh. Dia tidak mau mengumbar dulu perkembangan investigasi terkait tender UN.

Sejatinya Haryono mengatakan tim itjen sudah mendapatkan penjelasan dari panitia lelang terkait kejanggalan tender UN. "Tapi jujur tim itjen tidak puas. Sehingga perlu investigasi," kata dia.

Haryono menjelaskan, panitia tender menerangkan bahwa PT Ghalia menang setelah pemenang nomor satu (PT Balebat Dedikasi Prima) mengundurkan diri karena menang juga di paket 1. Menurut sejumlah keterangan, jika ada pemenang tender yang mundur maka pemenang berikutnya tidak bisa menggunakan model urut kacang. Tetapi harus dievaluasi lagi kelayakan harga penawarannya.

Haryono juga membantah munculnya kabar ada orang itjen di dalam panitia lelang. Dia menegaskan bahwa personel panitia lelang itu dari masing-masing unit utama. Khusus terkait UN, panitia lelang adalah pegawai di Badan Pengembangan dan Penelitian (Balitbang) Kemendikbud.
Selain memaparkan ihwal investigasi tender UN, Haryono membantah bahwaupaya mereka itu kental aroma intervensi. "Kita sampai saat ini masih on the track, tidak ada intervensi baik dari dalam (Kemendikbud) maupun dari luar," katanya.

Dia menjelaskan kalau Kemendikbud memiliki misi penting dalam investigasi ini. Yakni membersihkan lingkungan kementerian dengan slogan Tut Wuri Handayani itu dari pegawai korup. Haryono juga mengatakan bahwa Kemendikbud membutuhkan kepastian apakah ada kejahatan dalam gelaran UN 2013 ini.

Haryono juga mengomentari sikap Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) yang sudah menetapkan UN SMA 2013 absah, padahal investigasi belum rampung. "Bisa jadi BSNP memiliki standar kewajaran UN tertentu, sehingga sudah menyimpulkan UN 2013 absah," kata Haryono.

Dia tidak menutup kemungkinan hasil investigasi ini menunjukan hal ketidakwajaran yang bertentangan dengan analisis BSNP. "Tetapi itjen tetap pada posisinya, tidak bisa menyimpulkan UN itu abash atau tidak," katanya.(wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal UN SD Siap Didistribusikan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler