jpnn.com - PARA insinyur di University College London dan Mercedes Formula 1 mengembangkan sebuah alat bantu pernapasan yang menjembatani masker oksigen dan ventilator.
Alat ini telah dikembangkan untuk membantu pasien yang terkena dampak virus corona atau Covid-19.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Tak Ada Corona di Negara-negara Ini, Rizal Ramli Menangis, Jangan ke Puncak!
Tim Mercedes F1, termasuk dokter di University College London Hospital, menggunakan proses yang disebut reverse engineering untuk mengadaptasi tekanan jalan napas positif secara terus menerus dalam upaya menjaga pasien terbebas dari perawatan.
“Alat pernapasan pasien Covid-19 itu akan membantu menyelamatkan nyawa dengan memastikan bahwa ventilator, sumber daya terbatas, hanya digunakan untuk mereka yang paling sakit parah,” kata Konsultan Perawatan Kritis di UCLH Mervyn Singer, seperti dikutip dari New York Post pada Selasa (31/3).
BACA JUGA: Tak Ada Ampun, TNI-Polri Langsung Angkut Warga yang Masih Keluyuran
Sebagai awalan perangkat itu dikembangkan hanya dalam beberapa hari dan hanya diproduksi sekitar 100 unit alat bantu pernapasan.
Saat ini alat tersebut sedang dalam proses kirim ke rumah sakit untuk uji klinis dengan harapan segera didstribusikan ke Inggris.
Jika uji coba berjalan dengan baik, produksi alat itu bisa mencapai 1.000 unit per hari oleh Mercedes-AMG-HPP mulai sekitar satu minggu.
"Sementara kami masih uji klinis dulu," ungkap Singer.
Dia berharap alat pernapasan itu akan membuat perbedaan nyata ke rumah sakit di Inggris dengan mengurangi permintaan staf perawatan intensif dan tempat tidur, serta membantu pasien pulih tanpa perlu ventilasi lebih inavsif.
Mesin CPAP telah digunakan secara luas di rumah sakit di China dan Italia guna membantu pasien Covid-19 yang mengalami infeksi paru-paru serius untuk bernafas secara lebih mudah ketika bantuan oksigen saja ternyata tidak cukup. (mg9/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian