jpnn.com - WASHINGTON - Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump berusaha menepis isu perpecahan yang melanda tim kampanyenya.
Di depan massa yang berkumpul di Pantai Daytona, Negara Bagian Florida, Rabu (3/8) waktu setempat, Trump meminta pendukungnya tak khawatir. "Saya hanya ingin menyampaikan kepada Anda semua bahwa kampanye kita ini baik-baik saja,’’ tegas Trump.
BACA JUGA: Gila! Pemuda 19 Tahun Ngamuk di London, 1 Warga AS Tewas, 5 Terluka
Dia bahkan mengatakan, tim pemenangannya justru sedang sangat solid. Menurut Trump, tim yang diketuai Paul Manafort tersebut belum pernah sekompak sekarang. Karena itu, dia mengimbau para pendukungnya tetap tenang dan tidak mudah terpengaruh rumor yang beredar.
Awal pekan ini, kabar tak sedap menghinggapi tim kampanye Trump. Misalnya, Republik yang terbagi menjadi sedikitnya dua kubu, kubu non-Trump dan kubu pendukung Hillary. Tim kampanye pun mulai kacau. Penyebabnya adalah kritik Trump terhadap orang tua Humayun Khan, serdadu AS yang gugur di Iraq. Beberapa tokoh Republik dan anggota tim kampanye menganggap kritik Trump itu berlebihan.
BACA JUGA: Makan Ayam Goreng, Donald Trump jadi Bahan Tertawaan
Pasangan Khizr dan Ghazala berbicara tentang perang yang merenggut nyawa sang putra dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat (DNC). Saat itu, ayah Khan, Khizr, yang berpidato. Sedangkan sang istri hanya berdiri di samping suaminya. ’’Anda melihat istrinya. Hanya berdiri di sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mungkin saja dia tidak diizinkan untuk berbicara. Anda tahu sendiri lah,’’ kritiknya soal Ghazala.
Konon, kritik berbau SARA itu membuat beberapa orang dalam tim kampanye Trump berubah pikiran. Menurut mereka, komentar Trump yang mendiskreditkan umat muslim dan menganggap muslimah tidak punya suara itu sudah keterlaluan. Apalagi, sebelumnya, suami Melania Knauss itu juga memantik kontroversi lewat gagasannya untuk melarang muslim masuk Negeri Paman Sam.
BACA JUGA: Ajari Anak Berkreasi, Yuk Datangi Playeum!
Rumor perpecahan itu mendapat tanggapan langsung dari Manafort. Rabu lalu, dia menegaskan bahwa tim kampanye Trump masih kukuh. ’’(Rumor) Itu hanyalah salah satu skenario (Hillary) Clinton. Dia sengaja mengembuskan dan kemudian media menyebarluaskannya,’’ tuduh politikus 67 tahun tersebut.
Namun, Manafort yakin Trump akan selamat dan berhasil menjadi pemenang pada 8 November mendatang. Kemarin (4/8) NBC News melaporkan bahwa skandal Trump vs keluarga Khan itu mendapat perhatian serius dari para petinggi Republik. Bahkan, mereka berencana mengintervensi kampanye pilpres Republik. ’’Tokoh-tokoh senior Republik akan turun tangan untuk mengembalikan kampanye pada isu yang lebih penting, misalnya lapangan kerja dan kesepakatan dagang,’’ terang sumber NBC News.
Sementara itu, tokoh-tokoh berduit Republik yang muak terhadap Trump mulai bermanuver. Rabu lalu, mereka berkampanye untuk Clinton yang merupakan capres partai lawan. ’’Saya sudah memutuskan. Saya rasa, saya tidak akan punya kesempatan untuk berjumpa dengan cucu-cucu saya jika memilih Trump,’’ kata Dan Webb, mantan jaksa federal yang kini menjadi pebisnis di Kota Chicago.
Dia berjanji mengajak rekan-rekannya sesama pebisnis untuk mendukung keputusannya itu. Tapi, Webb mengaku tidak akan memengaruhi pilihan mereka dalam pilpres nanti. Sebab, tujuan utamanya adalah memberikan wawasan politik yang baik kepada massa Republik. Dia juga berharap warga AS tidak asal pilih presiden hanya karena telanjur menjadi simpatisan salah satu partai.
Sejauh ini, sedikitnya ada tiga kelompok pendukung Clinton yang diprakarsai oleh tokoh Republik. Di antaranya, Republicans for Her 2016 yang diketuai Craig Snyder, R4C16 yang dipimpin John Stubbs dan Ricardo Reyes, serta Republican Women for Hillary yang dibentuk Jennifer Pierotti Lim. R4C16 yang sebagian besar anggotanya masyarakat awam itu bermarkas di bekas kantor mantan Presiden George W. Bush. (afp/reuters/bbc/hep/c17/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Republik Pecah! Korban Donald Trump Ingin Nyoblos Hillary
Redaktur : Tim Redaksi