Tinggalkan DPR Demi Jokowi

Senin, 24 September 2012 – 05:59 WIB
Calon Wakil Gubernur DKI terpilih versi quick count Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Foto: Mustafa Ramli/Jawa Pos
AGAR bisa langgeng mendampingi Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menggali pengalaman dari Wakil Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo. Rudy sudah tujuh tahun berduet dengan Jokowi untuk memimpin Solo. Berikut wawancara Jawa Pos dengan Ahok.
 
Sudah ada pembicaraan mengenai pembagian kerja dengan Jokowi?


Sebetulnya dalam banyak pembicaraan, Pak Jokowi bilang lihat saja wakil saya di Solo (Wakil Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo, Red). Prinsip beliau, sesuatu diputuskan berdua lebih baik. Pekerjaan dibagi dua juga bisa lebih baik. Dia juga lebih senang. Saya senang dengan Pak Jokowi itu, beliau ini orang yang menaati prinsip. Keputusan berdua itu jauh lebih baik daripada keputusan sendiri. Lagi pula, di UU (UU Pemda No 32/2004) kan sudah diatur, yang namanya pembinaan birokrasi, inspektorat, itu diurus wakil.
 
Anda akan berkonsentrasi mengurusi apa?


Tergantung perintah Pak Jokowi. Untuk sementara, sesuai peraturan, sudah pasti soal penunjukan siapa dinas dan semacamnya itu pasti Pak Jokowi. Dia hanya minta masukan dari saya.
 
Karir politik Anda dimulai dengan menjadi anggota DPRD Belitung Timur periode 2004-2009. Tapi, mundur setahun kemudian untuk maju pilbup dan terpilih. Baru dua tahun menjabat, Anda maju gubernur Bangka Belitung dan gagal. Dalam Pemilu 2009 menjadi anggota DPR. Sekarang lagi-lagi Anda mundur untuk mencalonkan diri dalam pilgub DKI Jakarta. Sebenarnya Anda lebih enjoy menjadi anggota legislatif atau eksekutif?


Eksekutif, karena kita langsung mengeksekusi. Kita punya dana (APBD). Kita bisa langsung kasih bantuan kepada masyarakat. Dulu saya masuk DPRD karena berpikir kalau kursi DPRD dari partai saya kuat, saya mau memilih bupati dari PNS atau tokoh masyarakat yang jujur. Waktu itu pemilihannya kan masih lewat DPRD. Ternyata partai saya kalah. Jadi, dulu saya masuk legislatif itu hanya berpikir bagaimana mengatur seorang bupati yang bisa memberi jaminan pendidikan, kesejahteraan, dan perumahan buat rakyat. Biar kalau masyarakat lagi sakit atau butuh uang sekolah tidak terus ke rumah saya minta bantuan.
 
Kalau jadi Wagub kan posisinya juga tidak "sekuat" gubernur yang bisa langsung mengeksekusi?


Kalau bukan Pak Jokowi yang jadi gubernurnya, saya pasti menolak jadi wakil gubernur. Lebih baik saya tetap di DPR (komisi II, Red) memperjuangkan revisi RUU Pilkada untuk memasukkan unsur pembuktian terbalik harta pejabat yang mau mencalonkan diri sebagai kepala daerah.

Secara politik, tantangan paling sulit yang dihadapi pasangan kepala daerah adalah menjaga kelanggengan sampai lima tahun. Bagaimana Anda menyiasati itu?

Itu yang saya lihat dan pelajari dari Pak Rudy (Wakil Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo, Red). Pak Jokowi bilang kalau cerita akan banyak. Makanya, kata Pak Jokowi, lihat wakil saya saja mengapa tujuh tahun bisa. Waktu saya tanya, Pak Rudy menjawab dengan sangat baik. Kata Pak Rudy, yang namanya wakil, kita itu harus tahu diri. Harus satu langkah di belakang. Karena tugas kita membuat Pak Gubernur Jokowi berhasil. Sekalipun kita tidak dapat nama. Yang penting kesejahteraan dan keadilan rakyat tercapai.
 
Waktu di DPR Anda banyak menyoroti perjalanan dinas anggota dewan dan rapat-rapat yang tidak efektif. Apa yang akan Anda dorong untuk perbaikan birokrasi di Pemda DKI Jakarta?


Ya, efisiensi itu akan kita lakukan di DKI Jakarta. Pak Jokowi sudah setuju, begitu kita masuk, yang akan kita perbaiki harga satuan unit. Istilahnya buku biru. Kita revisi sehingga ada penghematan anggaran minimal 20 persen. Dengan harga satuan unit yang lebih rendah, tentunya seluruh anggaran yang disusun akan langsung berubah, lebih efisien.

Pasti Anda sadar ada perbedaan maupun kesamaan kultur antara birokrasi di Belitung Timur dan DKI Jakarta. Apa itu?

Sebetulnya masyarakat itu hampir semua sama. Ada yang menaruh harapan, ada yang pragmatis, ada yang tidak percaya harapannya akan terwujud. (lantas tersenyum).
 
Dalam pilgub putaran kedua, persentase warga yang tidak mendukung Anda sebenarnya relatif besar. Bagaimana Anda mengatasi itu?

Itu sangat mudah diselesaikan ketika Pak Fauzi Bowo menyatakan mendukung kami. Kami juga mengharapkan dukungan dari yang tidak memilih karena kami disumpah jabatan untuk melayani yang memilih maupun yang tidak memilih. Saya bersyukur gubernurnya Pak Jokowi yang punya bakat komunikasi sosial yang sangat baik. Saya kira orang yang mau marah sama beliau pun tidak jadi marah. Sebaliknya, kalau sikap saya ini kadang-kadang orang yang tidak marah jadi marah. Ha..ha. (pri/c10/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terus Ungkap Asal-Usul Jokowi-Ahok

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler