Anak-anak muda dari suku Aborigin dan Torres Strait Island memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang bukan berasal dari suku Aborigin Australia. Survei terbaru menemukan 10 persen menilai tingkat kebahagiaan mereka nol dari angka tertinggi 10.

Survei dilakukan yayasan Mission Australia Youth kepada 18.727 orang, 1.162 di antaranya adalah suku Aborigin dan / atau Torres Strait Island.

BACA JUGA: Saksi Ahli Dalam Kasus Sianida Dideportasi ke Australia

Anak-anak muda yang pria lebih memilih angka yang sangat rendah dari kebahagiaan, meskipun hampir lima persen dari perempuan juga memilih skor rendah. Sebaliknya, hanya 1,2 persen dari pria dan wanita non-pribumi memilih skor rendah untuk kebahagiaan.
Hasil survei menggambarkan apa yang sudah kita ketahui soal kesulitan suku Aborgin.
Penelitian global bulan lalu menemukan pria Aborigin memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di dunia.
Mission Australia Youth mendapatkan temuan suku Aborigin menderita tekanan psikologis dua kali lipat tingkat dibandingkan mereka yang bukan suku Aborigin, dan mereka lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena menyakiti diri sendiri juga.Hasil Survei Menyoroti 'perasaan putus asa'

Tom Calma, mantan komisaris Social Justice Commisioner, yang kini bekerja sebagai kanselir dari University of Canberra mengatakan temuan survei yang mengecewakan, tapi tidak mengejutkan.
"Ini benar-benar menyoroti seluruh kekhawatiran tentang keputusasaan, dan mereka [anak muda penduduk asli benua Australia] tidak dapat membangun masa depan jika mereka tidak bahagia," katanya kepada Program Hack di Triple J Radio milik ABC.

BACA JUGA: Meningkat Peminat Study S-1 ke Australia

Mereka merasa tidak berdaya, mereka tidak merasa orang-orang mendengarkan mereka. Ini yang harus kita ubah."

Laporan Mission Australia Youth menyoroti target-target dari proyek Closing the Gap yang sudah dijalankan selama beberapa tahun. Misalnya, anak-anak Aborigin jarang masuk ke preschool, menyelesaikan kelas 12 dan jarang mencari pekerjaan dibandingkan warga Australia lainnya.
Mereka juga lebih mungkin tidak memiliki rumah tinggal dibandingkan orang-orang non-Aborigin.
Hanya lebih satu dari tiga orang telah berpindah-pindah atau menghabiskan waktu di rumah karena tidak bisa kembali. Sekitar 15 persen berasal dari keluarga menganggur. Sebaliknya, satu dari delapan anak muda yang bukan Aborigin menghabiskan waktu jauh dari rumah, dan hanya 3,5 persen berasal dari keluarga yang 'tidak memiliki pekerjaan'.

BACA JUGA: Jacob Hunt, Remaja 16 Tahun Jawara Trampolin Akrobatik Australia

Hasil dikaitkan dengan trauma antargenerasi

Survei menyebutkan banyak siklus merugikan dari konsep trauma antar generasi, baik dampak fisik dan psikologi akibat trauma pada perkembangan anak yang turun temurun.

Misalnya, kekerasan fisik terhadap seorang perempuan hamil dapat berdampak pada perkembangan otak bayi. Dan kecurigaan dari pihak berwenang karena adanya anak-anak yang diculik, seperti dalam Generasi yang Hilang, dapat membuat para orang tua semakin kecil kemungkinannya untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah atau membawanya ke rumah sakit, menambah daftar kerugian.

"Banyak anak muda dari suku Aborigin dan Torres Strait Island dibesarkan dengan spengalaman sejarah dipaksa dipisahkan dari orang tuanya, dipindahkan dari tanah kelahirannya dan rasisme dan pengalaman trauma antara generasi," uajr laporan tersebut.

Konsep trauma antargenerasi baru saja dianggap valid, atau terbukti, kata Dr Calma.
"Ini baru-baru mulai mendapatkan beberapa traksi, dan itu karena kami telah melihat para veteran dari Perang Vietnam. Beberapa dari mereka, tentara dan yang memberikan layanan selama perang, tidak terkena trauma. Tetapi memiliki perilaku seolah mereka memiliki trauma," tambah Dr Calma.Pemberdayaan adalah 'kunci untuk mengubah'

CEO Mission Australia, Catherine Yeomans, mengatakan semua warga Australia memiliki "moral, kewajiban sosial dan ekonomi" untuk membantu mengakhiri kerugian yang dialami anak-anak muda Aborigin.

"Laporan ini menunjukkan kita sudah gagal, dengan terlalu banyak anak-anak muda Aborigin dan Torres Strait Island yang menjadi korban."

"Ini bukan cara yang berkelanjutan bagi kita sebagai sebuah bangsa dan bagi saya itu memecah belah masyrakat," katanya. "Kita perlu memikirkan kembali bagaimana kita menyampaikan program-program untuk memastikan bekerja sama dengan anak-anak muda Aborigin dan Torres Strait Island untuk mengatasi hambatan mereka, yang kadang terlihat tidak dapat teratasi, mengarah pada tingkat keputusasaan"
Dr Calma mengatakan kuncinya adalah memastikan bahwa program-program dukungan dibuat hanya jika telah berkonsultasi dengan masyarakat adat.
"Perubahan hanya akan terjadi jika Anda memberdayakan mereka yang paling terkena dampaknya untuk mengendalikan perubahan itu," katanya.

Lihat Artikelnya di Australia Plus

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penangkapan Ikan Ilegal Meningkat di Perairan Australia

Berita Terkait