jpnn.com, JAKARTA - JAKARTA—Sebagai upaya menumbuhkan minat membaca dan menulis di Indonesia yang masih rendah, ASEAN Literary Festival kembali digelar keempat kalinya.
Festival ini juga menjadi ajang bagi masyarakat Indonesia untuk mempromosikan kebudayaan dan karya literatur khususnya di wilayah Asia Tenggara.
BACA JUGA: Tumbuhkan Minat Baca Anak, Tanoto Foundation Donasikan Buku
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD & Dikmas) Kemendikbud, Harris Iskandar mengatakan, meski angka melek huruf di Indonesia tinggi, tapi minat baca dan daya baca masih rendah.
"Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University terkait minat baca menempatkan Indonesia di posisi 60 dari 61 negara, setingkat di atas Botswana.” paparnya di Jakarta, Jumat (4/8).
Harris menambahkan hubungan buta huruf dengan kemiskinan sangat nyata. Sampai saat ini pemerintah masih berjuang untuk mengentaskan buta huruf di desa-desa dan kantong-kantong kemiskinan.
"Untuk itulah gerakan literasi nasional oleh Kemendikbud harus terus-menerus digalakkan," ujarnya.
Sovan Ganguly, Global Business Unit Head for Consumer dari Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas yang membawahi brand SiDU dalam kesempatan sama mengungkapkan alasan kenapa pihaknya turut berpartisipasi dalam acara tahunan ini.
“Ini merupakan panggilan bagi kami untuk turut ambil bagian terkait perkembangan literasi di Indonesia. Kami hadir untuk mendukung program pemerintah dan segenap pihak terkait, guna mendorong masyarakat Indonesia mencintai kegiatan membaca dan menulis," tuturnya.
Sovan melanjutkan, peran SiDU dalam pengembangan dunia literasi di Indonesia antara lain melalui penyediaan produk berkualitas dan menyenangkan, penyediaan platform atau kegiatan terkait literasi, serta penyelenggaraan forum yang akan memantik minat membaca dan menulis masyarakat, khususnya generasi muda.
Melalui kampanye “Ayo Menulis” yang saat ini tengah digalakkan, SiDU berharap bisa menggugah minat untuk belajar menulis di kalangan anak-anak Indonesia.
Kampanye “Ayo Menulis” sendiri memiliki program berskala nasional maupun internasional, yang diharapkan dapat mengasah kemampuan menulis anak melalui rangkaian acara berbentuk workshopdan kompetisi.
Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Ilza Mayuni menyatakan, membaca dan menulis adalah induk literasi. Gerakan literasi nasional oleh pemerintah tidak akan terwujud jika tidak ada kolaborasi antar elemen masyarakat.
“Seluruh lapisan masyarakat perlu bekerja keras untuk membangun budaya literasi, termasuk penulis yang telah hadir di sini untuk memantik minat membaca masyarakat, maupun pihak swasta dalam penyediaan produknya,” tuturnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad