JAYAPURA - Pelatih tinju Pusat Pembinaan Latihan Pelajar (PPLP) Papua, Daniel Womsiwor mengaku terpukul dengan insiden tinju maut Nabire yang mengakibatkan 17 korban meninggal dunia. Baginya, peristiwa ini adalah hal yang memilukan yang mencoreng olahraga tinju di tanah air.
"Olahraga tinju ini merupakan salah satu olahraga yang difavoritkan di Papua setelah sepak bola dan basket. Tapi dengan kejadian itu, membuat olahraga tinju tercoreng dan bahkan menjadi kejadian luar biasa, baik di Papua maupun di Indonesia, karena telah mengakibatkan korban tewas maupun luka yang cukup banyak," ujarnya kepada Cenderawasih Pos (JPNN Group), Senin (15/7).
Daniel menjelaskan kejadian ini akan meneror secara psikologi atlet tinju di Papua. Kata dia, insiden yang menewaskan banyak orang itu akan terus dikenang.
"Secara psikis akan mempengaruhi calon petinju muda Papua, terutama atlet-atlet pemula, sebab mereka akan merasa ketakutan untuk mengikuti olahraga ini," tuturnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya Daniel, pemerintah melalui Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) harus membangun sarana-prasarana olahraga yang representatif sehingga kejadian yang sama tidak terulang. Ia yakin, salah satu faktor banyaknya korban yang tewas karena Gedung Olahraga (GOR) Kota Lama, Kabupaten Nabire, Papua, Minggu malam (14/7) yang digunakan jadi arena tinju tak mampu menampung penonton.
"Ini kan juga akibat dari sarana yang kurang memadai, namun dipaksakan, sehingga harus ada sarana-prasarana yang memadai, terutama di Biak Numfor dan Nabire sebagai salah satu pusat tinju di Papua," pungkasnya. (fud/awa/jpnn)
"Olahraga tinju ini merupakan salah satu olahraga yang difavoritkan di Papua setelah sepak bola dan basket. Tapi dengan kejadian itu, membuat olahraga tinju tercoreng dan bahkan menjadi kejadian luar biasa, baik di Papua maupun di Indonesia, karena telah mengakibatkan korban tewas maupun luka yang cukup banyak," ujarnya kepada Cenderawasih Pos (JPNN Group), Senin (15/7).
Daniel menjelaskan kejadian ini akan meneror secara psikologi atlet tinju di Papua. Kata dia, insiden yang menewaskan banyak orang itu akan terus dikenang.
"Secara psikis akan mempengaruhi calon petinju muda Papua, terutama atlet-atlet pemula, sebab mereka akan merasa ketakutan untuk mengikuti olahraga ini," tuturnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya Daniel, pemerintah melalui Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) harus membangun sarana-prasarana olahraga yang representatif sehingga kejadian yang sama tidak terulang. Ia yakin, salah satu faktor banyaknya korban yang tewas karena Gedung Olahraga (GOR) Kota Lama, Kabupaten Nabire, Papua, Minggu malam (14/7) yang digunakan jadi arena tinju tak mampu menampung penonton.
"Ini kan juga akibat dari sarana yang kurang memadai, namun dipaksakan, sehingga harus ada sarana-prasarana yang memadai, terutama di Biak Numfor dan Nabire sebagai salah satu pusat tinju di Papua," pungkasnya. (fud/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Umuh Jamin Persib Tak Bisa Direcoki Bobotoh
Redaktur : Tim Redaksi