Titanic II Empat Tahun Lagi Berlayar

Dibiayai Triliuner Australia, Diproduksi Perusahaan Tiongkok

Selasa, 01 Mei 2012 – 05:50 WIB

SYDNEY - Empat tahun dari sekarang Titanic yang tenggelam 100 tahun silam bakal kembali berlayar. Mengarungi lagi Samudra Atlantik dengan jalur yang sama dengan satu abad silam: dari Inggris ke Amerika Serikat.

Bukan, Titanic yang dimaksud bukan HMS Balmoral, kapal pesiar yang bulan lalu menghelat tapak tilas 100 tahun pelayaran RMS Titanic. Titanic yang meluncur dari London menuju New York pada 2016 itu benar-benar replika RMS Titanic yang tenggelam pada 15 April 1912. Namanya Titanic II.

Ya, itulah impian besar yang berusaha diwujudkan orang terkaya nomor lima Australia, Clive Palmer. Dalam jumpa pers di Sydney, Australia, Senin (30/4), juragan tambang "terutama batu bara" yang kekayaannya ditaksir mencapai 5 miliar dolar Australia (sekitar Rp 47,5 triliun) itu mengatakan sudah mengontrak galangan kapal pelat merah Tiongkok, CSC Jinling Shipyard, untuk memproduksi Titanic II dengan desain dan spesifikasi semirip mungkin dengan Titanic asli, kapal pesiar terbesar dan termewah seabad silam.

Proses produksinya akan dimulai akhir tahun depan. Jika semua berjalan sesuai dengan rencana, Titanic II bakal mulai menawarkan rute berpesiar di belahan bumi utara per 2016. Palmer bahkan sudah mengundang Angkatan Laut Tiongkok untuk turut mengawal pelayaran perdana dari London ke New York.
 
"Titanic II nanti bakal sama mewah dan orisinalnya dengan Titanic yang asli. Tapi, tentu saja kapal tersebut bakal dilengkapi teknologi abad ke-21 serta sistem navigasi dan keselamatan tercanggih," kata pria 58 tahun itu, seperti dilansir AFP.

Dijelaskan pemilik tiga jet dan dua helikopter pribadi tersebut, seperti Titanic yang tenggelam dalam perjalanan dari Southampton ke New York dan menewaskan 1.514 orang, Titanic II bakal berbobot mati 40 ribu ton. Panjangnya juga 270 meter dan tingginya 53 meter. Titanic II juga akan berkapasitas 840 kamar plus 9 dek. 

Bahkan, perusahaan yang mengoperasikannya pun dimiripkan. Kalau Titanic satu abad silam dijalankan White Star Line, Titanic II bakal dioperasikan perusahaan baru bentukan Palmer: Blue Star Line.

Perbedaannya hanya terdapat pada bagian bawah kapal yang terletak di bawah permukaan air, yang tujuan umumnya menghemat bahan bakar dan memperlincah manuver. "Titanic II bakal menyajikan kenyamanan serta kemewahan tiada tara lewat berbagai fasilitas kelas wahid, seperti gym, kolam renang, perpustakaan, dan restoran plus kabin luks," ujar Palmer, yang tak menyebutkan berapa persisnya biaya yang disiapkan.

Palmer menjamin bahwa Titanic II bakal didesain sedetail mungkin untuk menghindari nasib yang sama dengan pendahulunya. Tapi, bukankah operator Titanic dulu juga menjamin bahwa kapal mereka unsinkable alias tak mungkin tenggelam"

"Tentu saja kapal itu (Titanic II, Red) akan tenggelam kalau Anda menempatkan sebuah lubang di dalamnya," kata Palmer dengan nada sinis saat menanggapi pertanyaan seorang wartawan di jumpa pers kemarin, seperti dikutip BBC. 

"Titanic II akan didesain ulang sehingga tak akan tenggelam. Tapi, tentu saja jika Anda percaya takhayul, Anda tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi," lanjut ayah tiga anak tersebut.

Bos Mineralogy, Waratah Coal, Resourcehouse Limited, dan 28 perusahaan lain itu memilih perusahaan dari Tiongkok karena Negeri Panda merupakan konsumen utama produksi batu baranya. "Tiongkok dikenal jagoan dalam membuat kapal kontainer dan kargo. Mereka menguasai 2 sampai 3 persen pasar dunia. Dengan bantuan kami, industri perkapalan Tiongkok ingin menjadi pemain utama dunia yang saat ini sekitar 75 persen di antaranya masih dikuasai Eropa," jelas Palmer.

Di Australia Palmer dikenal sebagai sosok kontroversial. Klub sepak bola miliknya, Gold Coast United, dicoret dari Liga Australia (A-League) gara-gara niatnya membentuk federasi baru. Palmer menuding FFA (Federasi Sepak Bola Australia) tak kompeten. FIFA sampai ikut turun tangan untuk mengatasi persoalan tersebut.

Dia juga pernah menuding CIA turut mendanai kampanye antibatu bara di Australia lewat Partai Hijau, salah satu partner utama Perdana Menteri Julia Gillard dalam koalisi pemerintah. Menteri luar negeri Australia mengecam tudingan itu sebagai pendapat yang ngawur dan tak bertanggung jawab.

Sejumlah aksi sensasional juga pernah dilakukan Palmer. Antara lain, membagi-bagikan hadiah Natal senilai total 10 juta dolar Australia (sekitar Rp 95 miliar) kepada para staf. Termasuk pula 55 mobil Mercedes-Benz B-Class. Dia pernah pula menyatakan ketertarikan berbisnis media, bersaing dengan si raja koran Rupert Murdoch. (c11/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pria Teler Bayar Taksi Pakai Cimeng


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler