Titin Meninggal Dunia, Tak Tertolong Setelah Ditolak di 5 Rumah Sakit

Senin, 26 Juli 2021 – 06:10 WIB
Ilustrasi jenazah. Foto: Dokumen JPNN.com

jpnn.com, MOJOKERTO - Seorang ibu muda pasien Covid-19 di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur meninggal dunia di ruang isolasi rumah sakit swasta.

Ibu muda itu adalah Wahyu Syafiatin alias Titin (32) warga Desa Warugunung, Kecamatan Pacet, Mojokerto.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Luhut Beri Kabar Baru, Ada Dua Pilihan untuk Amien Rais, Situasi Panas, Mahfud Ikut Bicara

 

Sebelum meninggal pasien Covid-19 yang mengalami kondisi kritis itu sempat ditolak lima rumah sakit di Mojokerto.

BACA JUGA: Ganjar Borong Semua Dagangan di Warung, Para Pedagang Terharu

Menurut laporan dari pihak keluarga, perempuan dua anak itu awalnya mengeluhkan sakit demam dan sesak napas pada Kamis 22 Juli 2021 sekitar pukul 01.00 WIB.

Saat itulah sang suami, Suyantomembawa istrinya mencari pengobatan di rumah sakit. Hasilnya, tidak mendapatkan tempat untuk berobat sang istri lantaran ditolak oleh lima rumah sakit dengan berbagai alasan.

BACA JUGA: Rumah Sakit di Daerah Ini Krisis Oksigen, Pasien Terpaksa Dirawat di Tenda

Yakni RS Dian Husada, RSI Sakinah, RS Kartini, RS Mawaddah Medika, serta RSUD Prof dr Soekandar. Akhirya, Suyanto membawa istrinya pulang kembali.

Keesokan harinya, pukul 05.00 WIB, sang suami menghubungi kakak keponakan istrinya untuk meminta bantuan.

Saat itu kondisi korban sudah tidak sadarkan diri, kemudian kakak pasien mengecek saturasi oksigen dengan oximeter, hasilnya saturasi oksigen Titin di angka 40 persen.

Keluarga pun langsung menghubungi mobil ambulans milik sukarelawan setempat.

“Adik saya sudah tidak sadar. Kemudian dikasih bantuan pakai oksigen kecil akhirya bisa sadar tetapi untuk bernapas masih susah,” kata Edwin Riki kakak keponakan pasien.

Tak berpikir lama suami dan kakak keponakan Titin, dibantu dengan sukarelawan membawa pasien mencari rumah sakit kembali karena kondisi pasien semakin kritis.

Menumpang mobil ambulans tersebut, pasien dibawa menuju rumah sakit di kawasan Kecamatan Mojosari, Mojokerto.

Pertama, paisen dibawa ke Rumah Sakit Kartini di Jalan Airlangga Kelurahan Kauman. Namun, RS tersebut terpaksa menolak akibat full bed.

“Kemudian kami bawa ke RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari lewat pintu belakang, kami diminta kembali katanya yang di belakang untuk non Covid-19, khusus Covid-19 lewat pintu depan,” ujar Riki.

Khawatir dengan kondisi pasien yang semakin kritis, mobil ambulans milik relawan tersebut langsung membawa pasien ke RS Mawaddah Medika Kecamatan Ngoro, Mojokerto.

Di sana pun sama, pasien ditolak oleh pihak RS karena stok oksigen kosong. Kemudian pasien kembali dibawa ke RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari lewat pintu depan atau sisi utara.

“Sampai di situ pintu gerbang digembok, saya klakson-klakson cuek tidak ada yang mendatangi kami. Akhirnya saya turun masuk ke IGD laporan kalau adik saya saturasinya tinggal 25 sampai 30 persen butuh oksigen tekanan tinggi secepatnya. Kata perawatnya tidak bisa karena masih observasi pasien lain padahal di situ saya lihat cuma ada 3 sampai 4 pasien dan bed masih ada yang kosong, bahkan tenda BNPB itu juga kosong tidak ada pasien,” tegas Riki.

Menurut Riki, informasi dari perawat yang ada di IGD RSUD Prof Dr Soekandar selain masih menangani pasien observasi, tenaga kesehatan di rumah sakit pelat merah itu banyak yang terpapar Covid-19.

“Katanya nakesnya kurang, banyak yang terpapar Covid-19. Sedangkan nakes yang lain masih observasi pasien lain,” ujarnya.

Melihat kondisi adik yang semakin kritis, Riki tetap berusaha meminta kepada perawat di IGD RSUD Soekandar untuk bisa memberikan pertolongan pertama kepada adiknya.

“Adik sudah tidak sadar di dalam ambulans depan pintu gerbang yang digembok itu. Kami tunggu 10 menit untuk negosiasi supaya dapat pertolongan oksigen karena kita pakai oksigen kecil di dalam ambulans itu. Tetap tidak bisa meski hanya minta bantuan oksigen dibawa ke mobil,” tegasnya.

Riki kemudian menghubungi salah satu dokter yang ada di RS Sakinah Kecamatan Sooko, Mojokerto. Meski penuh, dia diminta oleh dokter segera membawa adiknya ke rumah sakit tersebut karena kondisinya semakin kritis.

“Kami telepon dokter di Rumah Sakit Sakinah katanya juga sama penuh. Saya bilang ini saturasinya 25 sampai 30, akhirnya diminta secepatnya bawa ke Rumah Sakit Sakinah,” ceritanya.

Sampai di RS Sakinah sekitar pukul 06.30 WIB, pasien langsung diberikan pertolongan oksigen meski harus ditangani di depan pintu masuk IGD karena bed di RS tersebut penuh.

Saat masuk IGD Sakinah langsung dites swab antigen, hasilnya positif. Hasil swab PCR keluar Jumat 23 Juli 2021 hasilnya juga positif. Sedangkan hasil rontgen paru-parunya putih karena corona.

“Memang penuh rumah sakitnya. Tapi adik saya saturasinya bisa naik cepat sampai 70 dia sadar, tapi satu jam drop lagi naik turun seterusnya seperti itu,” ujarnya.

Jumat siang akhirnya pasien dipindah ke ruang isolasi RS Sakinah karena dari hasil swab PCR dinyatakan positif Covid-19.

Namun, tetap saja kondisi saturasi oksigennya masih belum bisa stabil. Selain terpapar Covid-19 ibu muda itu juga mempunyai riwayat sakit asma.

“Akhirnya adik saya pukul 21.00 WIB, menghembuskan napas terahir dan dimakamkan dengan protokol kesehatan,” ungkapnya.

Sementara saat ini Suyanto sang suami menjalani isolasi di Posdes Desa Warugunung Kecamatan Pacet, karena hasil swab antigen dinyatakan positif Covid-19.

“Tadi saya dan suami adik keponakan saya swab antigen, hasilnya saya negatif dan suaminya positif. Kedua anaknya, alhamdulillah sehat semua,” jelasnya.

Riki berharap kesulitan mendapatkan layanan di rumah sakit tidak dialami pasien lainnya di Kabupaten Mojokerto. Terlebih lagi pasien yang kondisinya sudah kritis seperti almarhumah Titin.

"Masyarakat juga sangat butuh ambulans dan oksigen. Namun, pinjam ambulans puskesmas sulit. Pemerintah Kabupaten Mojokerto  bagi oksigen gratis, tapi saat didatangi habis. Yang digratiskan berapa kuota?," tandasnya.


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler