JAKARTA - Pemerhati Intelijen dari Universitas Indonesia (UI) Stepi Anriani minta masyarakat memberikan apresiasi positif atas keberhasilan Tim Investigasi TNI AD yang diketuai Brigjen TNI Unggul Yudhoyono mengungkap kasus penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta.
Sebanyak 11 anggota Grup 2 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Kandang Menjangan menjadi tersangka kasus itu dan sembilan diantaranya mengakui tindakan mereka.
"Kita harus memberikan apresiasi positif Tim pencari fakta dari TNI AD yang telah bekerja profesional dalam tempo singkat membuka pelaku penyerangan Lapas Cebongan dan tidak menutupi pelaku yang notabene adalah anggotanya," kata Stepi Anriani, di Jakarta, Jumat (5/4).
Keberanian Tim Investigasi mengungkap keterlibatan anggotanya patut diacungi jempol. Sebab bukan persoalan mudah bagi sebuah institusi menyelidiki anggotanya sendiri dan mengumumkannya ke publik, ujar Stepi Anriani.
"Keterbukaan yang dilakukan TNI patut diacungi jempol. Ke depan, kita harus mengawal terus apa yang ditangani oleh Pengadilan Militer," kata peneliti dari Democracy Integrity and Peace (DIP) Centre itu.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Rukman Ahmad, ujar Stepi, secara lengkap dan logis menyampaikan ke publik kasus penyerbuan Lapas Cebongan adalah keinginan TNI AD untuk memberikan informasi secara transparan kepada masyarakat.
"Saya berharap sikap transparan ini bisa dipertahankan oleh TNI AD dalam pengungkapan kasus-kasus yang diduga melibatkan anggotanya dan dicontoh oleh TNI AL, AU maupun Polri," harap Stepi.
Selain itu Stepi Anriani mendesak pihak Polri untuk tidak bermain-main dengan maraknya aksi preman yang saat ini terjadi secara massif hingga menewaskan anggota Kopassus tersebut.
"Peristiwa itu hendaknya jadi momentum bagi Polri untuk memberantas premanisme di berbagai daerah termasuk penegakkan hukum terhadap pelaku kekerasan yang tidak boleh dibiarkan merajalela," harap Stepi Anriani. (fas/jpnn)
Sebanyak 11 anggota Grup 2 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Kandang Menjangan menjadi tersangka kasus itu dan sembilan diantaranya mengakui tindakan mereka.
"Kita harus memberikan apresiasi positif Tim pencari fakta dari TNI AD yang telah bekerja profesional dalam tempo singkat membuka pelaku penyerangan Lapas Cebongan dan tidak menutupi pelaku yang notabene adalah anggotanya," kata Stepi Anriani, di Jakarta, Jumat (5/4).
Keberanian Tim Investigasi mengungkap keterlibatan anggotanya patut diacungi jempol. Sebab bukan persoalan mudah bagi sebuah institusi menyelidiki anggotanya sendiri dan mengumumkannya ke publik, ujar Stepi Anriani.
"Keterbukaan yang dilakukan TNI patut diacungi jempol. Ke depan, kita harus mengawal terus apa yang ditangani oleh Pengadilan Militer," kata peneliti dari Democracy Integrity and Peace (DIP) Centre itu.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Rukman Ahmad, ujar Stepi, secara lengkap dan logis menyampaikan ke publik kasus penyerbuan Lapas Cebongan adalah keinginan TNI AD untuk memberikan informasi secara transparan kepada masyarakat.
"Saya berharap sikap transparan ini bisa dipertahankan oleh TNI AD dalam pengungkapan kasus-kasus yang diduga melibatkan anggotanya dan dicontoh oleh TNI AL, AU maupun Polri," harap Stepi.
Selain itu Stepi Anriani mendesak pihak Polri untuk tidak bermain-main dengan maraknya aksi preman yang saat ini terjadi secara massif hingga menewaskan anggota Kopassus tersebut.
"Peristiwa itu hendaknya jadi momentum bagi Polri untuk memberantas premanisme di berbagai daerah termasuk penegakkan hukum terhadap pelaku kekerasan yang tidak boleh dibiarkan merajalela," harap Stepi Anriani. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mekanisme Perekrutan CPNS Diminta Dirombak
Redaktur : Tim Redaksi