JAKARTA -- Mabes TNI AU berjanji serius menuntaskan kasus narkoba yang melibatkan dua anggotanya di Lanud Pekanbaru Riau. Saat ini penyidik polisi militer AU masih menginterogasi Serma BW dan Serda R.
“Masih dilakukan pendalaman oleh Pom AU,” ujar Kadispen TNI AU Marsma Supriyadi, Sabtu (6/7).
Mantan Kepala Pusat Pengendalian Operasi TNI AU itu memastikan penyidikan akan mengungkap secara luas jaringan Serma BW. “Ada nanti pemanggilan saksi-saksi dan penelusuran bukti-bukti,” katanya.
Supriyadi memastikan semua yang terlibat dalam jaringan narkoba akan ditangkap dan diperiksa. “Saat ini dua orang itu ditahan. Dalam pengembangannya kita menunggu penyidik melakukan proses hukum,” kata mantan instruktur penerbang AU itu.
Serma BW dan Serda R anggota Lanud Pekanbaru Riau dicokok BNN Kamis lalu dan langsung diterbangkan di Jakarta. Penyidik BNN menemukan 300 butir ekstasi siap edar di mobil Serma BW.
Penyidik BNN dan penyidik Pom TNI AU juga melakukan penggeledahan di rumah BW di Pekanbaru dan menyita sejumlah barang bukti pendukung, seperti mesin penghitung uang.
Secara terpisah, Direktur Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Rizal Darmaputera menilai ada problem yang harus segera dibenahi di lingkungan internal TNI. “Belum lama ini ada Kolonel TNI AL di Semarang, sekarang di Pekanbaru. Ini masalah internal yang serius,” kata Rizal.
Alumni IDSS Jenewa itu menyarankan Mabes TNI segera melakukan pengecekan mendadak kepada anggota-angggota yang dicurigai terlibat dengan jejaring narkoba. “Tentu ada indikasi-indikasi yang bisa terlihat, misalnya dari kekayaan yang mencolok atau kinerja sehari-hari yang merosot,” ujarnya.
Godaan mendapatkan cash dalam jumlah menggiurkan menurut Rizal merupakan alasan paling realistis. “Tentu kalau dilihat dari gaji pokok TNI mereka kecil. Mungkin saja ad aiming-iming dari Bandar narkoba yang membuat tergelincir,” katanya.
Hal itu, lanjutnya, bisa diatasi jika atasan rutin melakukan supervisi. Apalagi, sistem control disiplin TNI sebenarnya sudah ketat. “Pertanyaan masyarakat umum kok masih bisa TNI kecolongan, ada anggotanya jadi pengedar dan jumlahnya besar. Ini harus jadi atensi panglima,” kata Rizal.
Sebelumnya, pada April lalu tim penyidik BNN juga mencocok seorang Kolonel TNI AL bernama Antar Setiabudi di Semarang. Kolonel itu langsung dicopot dari jabatannya, dan sekarang sedang menjalani proses hukum di pengadilan militer.
Mei tahun lalu, BNN secara mengejutkan juga berhasil membongkar sindikat narkoba yang mencatut nama Koperasi Badan Intelijen Strategis TNI (Bais). Tak tanggung-tanggung, sebanyak 1,4 juta butir ekstasi dalam sebuah kontainer yang dikirim dari Shenzhen Tiongkok berhasil disita di Tanjung Priok. Seorang pengurus koperasi Bais berpangkat Serma ditangkap dan dipecat dari dinas militer.(rdl)
“Masih dilakukan pendalaman oleh Pom AU,” ujar Kadispen TNI AU Marsma Supriyadi, Sabtu (6/7).
Mantan Kepala Pusat Pengendalian Operasi TNI AU itu memastikan penyidikan akan mengungkap secara luas jaringan Serma BW. “Ada nanti pemanggilan saksi-saksi dan penelusuran bukti-bukti,” katanya.
Supriyadi memastikan semua yang terlibat dalam jaringan narkoba akan ditangkap dan diperiksa. “Saat ini dua orang itu ditahan. Dalam pengembangannya kita menunggu penyidik melakukan proses hukum,” kata mantan instruktur penerbang AU itu.
Serma BW dan Serda R anggota Lanud Pekanbaru Riau dicokok BNN Kamis lalu dan langsung diterbangkan di Jakarta. Penyidik BNN menemukan 300 butir ekstasi siap edar di mobil Serma BW.
Penyidik BNN dan penyidik Pom TNI AU juga melakukan penggeledahan di rumah BW di Pekanbaru dan menyita sejumlah barang bukti pendukung, seperti mesin penghitung uang.
Secara terpisah, Direktur Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Rizal Darmaputera menilai ada problem yang harus segera dibenahi di lingkungan internal TNI. “Belum lama ini ada Kolonel TNI AL di Semarang, sekarang di Pekanbaru. Ini masalah internal yang serius,” kata Rizal.
Alumni IDSS Jenewa itu menyarankan Mabes TNI segera melakukan pengecekan mendadak kepada anggota-angggota yang dicurigai terlibat dengan jejaring narkoba. “Tentu ada indikasi-indikasi yang bisa terlihat, misalnya dari kekayaan yang mencolok atau kinerja sehari-hari yang merosot,” ujarnya.
Godaan mendapatkan cash dalam jumlah menggiurkan menurut Rizal merupakan alasan paling realistis. “Tentu kalau dilihat dari gaji pokok TNI mereka kecil. Mungkin saja ad aiming-iming dari Bandar narkoba yang membuat tergelincir,” katanya.
Hal itu, lanjutnya, bisa diatasi jika atasan rutin melakukan supervisi. Apalagi, sistem control disiplin TNI sebenarnya sudah ketat. “Pertanyaan masyarakat umum kok masih bisa TNI kecolongan, ada anggotanya jadi pengedar dan jumlahnya besar. Ini harus jadi atensi panglima,” kata Rizal.
Sebelumnya, pada April lalu tim penyidik BNN juga mencocok seorang Kolonel TNI AL bernama Antar Setiabudi di Semarang. Kolonel itu langsung dicopot dari jabatannya, dan sekarang sedang menjalani proses hukum di pengadilan militer.
Mei tahun lalu, BNN secara mengejutkan juga berhasil membongkar sindikat narkoba yang mencatut nama Koperasi Badan Intelijen Strategis TNI (Bais). Tak tanggung-tanggung, sebanyak 1,4 juta butir ekstasi dalam sebuah kontainer yang dikirim dari Shenzhen Tiongkok berhasil disita di Tanjung Priok. Seorang pengurus koperasi Bais berpangkat Serma ditangkap dan dipecat dari dinas militer.(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Umumkan Konvensi Capres Hari Ini
Redaktur : Tim Redaksi