TNI-Polri Menempuh Cara Persuasif Untuk Bebaskan Sandera KKB

Senin, 13 November 2017 – 05:17 WIB
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo melaksanakan Ziarah Nasional dalam rangka Hari Pahlawan dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (10/11/2017). Foto: Puspen TNI

jpnn.com, JAKARTA - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan TNI dan Kepolisian bekerja sama dalam menangani penyanderaan warga sipil di Kampung Kimbely dan Kampung Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Upaya pembebasan sandera akan menempuh cara persuasif dan negosiasi.

“Rakyat harus kita lindungi,” tegas Panglima TNI melalui siaran pers Puspen TNI diterima Minggu (12/11).

BACA JUGA: Ini Saran Kang TB demi Akhiri Penyanderaan 1.300 Warga Papua

Terkait momentum peringatan Hari Pahlawan, Panglima TNI mengatakan para Pahlawan Bangsa berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah.

“Para Pahlawan dahulu berjuang bersama, tidak pernah melihat asal usul, baik agama, suku maupun warna kulit. Itu yang perlu di contoh sekarang,” ucapnya.

Pada kesempatan itu, Jenderal Gatot mengajak generasi penerus bangsa yang menikmati kemerdekaan dari jasa para pahlawan untuk bersama-sama berjuang mengisi kemerdekaan demi anak dan cucu di masa mendatang.

BACA JUGA: Anak Amien Rais Dorong Aparat Bekuk Penyandera Warga Papua

Sebelumnya diberitakan, aksi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua kian menjadi. Selain mengisolasi dan menyandera 1.300 orang di dua desa di Mimika, ada pula yang disiksa hingga diperkosa.

Informasi ini disampaikan Wakil Bupati Mimika, Yohanis Bassang yang diperoleh dari salah seorang warga yang berhasil kabur.

BACA JUGA: TNI Harus Segera Bebaskan Sandera KKB Papua

Dari pengakuan warga tersebut, Yohanis mendapat informasi bahwa KKB Papua mulai melakukan penyiksaan dan bahkan ada yang diperkosa.

"Bahkan ada perempuan yang diperkosa. Pokoknya kejam sekali," kata Yohanis seperti yang dilansir Fajar Online (Jawa Pos Group), Jumat (10/11).

Dari 1.300 warga yang disandera, 300 orang bermukim di Desa Kimbely dan 1.000 orang di Desa Banti.

Hingga Kamis, 9 November, aparat keamanan belum dapat menjangkau lokasi penyanderaan yang terletak di kawasan pegunungan.

Yohanis menuturkan, warga tak dapat keluar dari desa karena dikawal ketat kelompok bersenjata.

Pria dengan aksen Toraja itu mengungkapkan, dari sekitar 1.300 warga dua desa yang disandera, 800 orang di antaranya pendatang. Sekitar 300 merupakan penduduk asal Tana Toraja, sedangkan 500 orang lainnya suku Bugis, Jawa, dan Buton.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KKB Papua Menjarah, Memerkosa, Melarang Warga Bepergian


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler