Tokoh Muslim Dunia Yakini Albert Einstein Bukan Ateis, tetapi Tak Percaya Nabi & Agama

Sabtu, 02 Mei 2020 – 22:40 WIB
Albert Einstein. Foto: Harris and Ewing Collection/Library of Congress, Washington, D.C.

jpnn.com - Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (Muslim World League/MWL) Sheikh Dr. Mohammed Bin Abdulkarim Al-Issa meyakini Albert Einstein bukanlah seorang ateis. Alasannya, fisikawan terkemuka itu percaya pada kekuatan lebih tinggi yang mengendalikan semesta.

Issa dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa Einstein bukan seorang ateis dalam buku teks ataupun caranya berbicara. “Einstein, berdasar pada karya tulisnya dan apa yang secara personal saya dengar dari para ilmuwan, meyakini bahwa ada kekuatan yang mengatur semesta ini,” ujarnya.

BACA JUGA: Otak Jenius Pelatih Ini Setara Einstein?

Namun, kata Issa menambahkan, memang Einstein tidak percaya pada para nabi yang secara khusus mengabarkan pesan surgawi. “Dia tidak percaya pada itu, tetapi dia yakin bahwa ada sebuah kekuatan yang mengatur semesta,” sambung Issa.

Oleh karena itu Issa menepis klaim kalangan ateis yang menyebut Einstein tidak percaya pada eksistensi Khalik pengatur jagat. "Itu tidak benar," ucap Issa.

BACA JUGA: Selamat! Lydia Sebastian Dinyatakan Lebih Pintar dari Einstein dan Hawking

Selama beberapa tahun keyakinan Einstein telah menjadi bahan berdebatan panas. Dua kubu yang berbeda pendapat tentang keyakinan Einstien mendasari argumen mereka pada pernyataan-pernyataan ilmuwan kelahiran Jerman tersebut.

Pihak yang meyakini Einstein bukan ateis merujuk pada pernyataannya yang kondang tentang sains tanpa agama adalah lumpuh, sedangkan agama tanpa ilmu pengetahuan berarti buta. Adapun pihak-pihak yang percaya Einstein seorang ateis  mendasarkan argumen mereka pada pernyataan tokoh kelahiran Munich, 14 Maret 1879 itu mengenai Tuhan.

BACA JUGA: Dul Jaelani Mengaku Sempat Jadi Ateis

“Saya tidak percaya pada personal Tuhan dan tak pernah menyangkal ini, tetapi mengekspresikannya secara jelas,” ujar Einstein.

Pada 1954, Einstein dalam sebuah surat menyebut Tuhan tak lebih dari ekspresi dan produk kelemahan umat manusia. Ilmuwan paling kondang pada abad ke-20 itu juga menganggap Bibel merupakan koleksi legenda yang mulia tetapi masih primitif.

Setahun sebelum kematian Einstein pada 1955, ilmuwan berdarah Yahudi itu menulis surat kepada seorang filsuf. Einstein dalam suratnya mengaku senang menjadi milik orang-orang Yahudi, namun menganggap Yudaisme seperti semua agama lainnya yang merupakan sebuah inkarnasi dari takhayul paling kekanak-kanakanan.

Walter Isaacson sang penulis biografi Einstein: His Life and Universe menyebut ilmuwan top itu secara umum menghindari memberikan jawaban sederhana. Seperti orang kebanyakan lainnya, fisikawan yang mengembangkan Teori Relativitas itu juga memiliki spiritualitas yang bervariasi dari waktu ke waktu.

“Kadang-kadang dia mengekpresikan dirinya sendiri lebih spiritual dan adakalanya lebih seperti pembangkang dari agama,” ujar Isaacson.(alarabiya/ara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler