Tokyo 2020: Ratu Sprinter Jamaika Kenang Masa Kecilnya yang Penuh Kekurangan, Tak Punya Sepatu

Jumat, 30 Juli 2021 – 17:41 WIB
Atlet lari andalan Jamaika, Shelly-Ann Fraser-Pryce. Foto: (Britannica)

jpnn.com, TOKYO - Atlet lari Jamaika Shelly-Ann Fraser-Pryce adalah sprinter yang sangat diandalkan negaranya untuk bisa berprestasi di Tokyo 2020.

Siapa sangka, peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012 ini dahulu berasal dari keluarga yang miskin.

BACA JUGA: Cemerlang di Olimpiade Tokyo, Bagaimana Nasib Takefusa Kubo di Real Madrid?

Atlet kelahiran 27 Desember 1986 ini adalah spesialis di nomor 60 meter, 100 meter dan 200 meter. Namanya menjadi salah satu andalan Jamaika usai meraih beberapa gelar bergengsi seperti emas Olimpiade dan emas Kejuaraan Dunia.

Tidak heran dirinya dijuluki sebagai Pocket Rocket karena tubuhnya yang mungil dan memiliki kekuatan lari yang sangat cepat.

BACA JUGA: Mundur dari Olimpiade Tokyo 2020, Begini Curhatan Simone Biles...

Fraser-Pryce adalah wanita tercepat kedua sepanjang masa dengan catatan waktu 10,63 detik di bawah Florence Griffith yang punya catatan 10,49 di Olimpiade Seoul 1988.

Sang pelari akan mengincar medali emas ketiganya pada nomor 100 m di Olimpiade Tokyo 2020, Sabtu (31/7) WIB, sebelum memutuskan pensiun usai Kejuaraan Atletik Dunia pada 2022 mendatang.

Selain memiliki sederet prestasi di trek lari, Shelly-Ann Fraser-Pryce ternyata memiliki hati yang mulia dengan membantu anak-anak tidak mampu. Hal ini ia lakukan karena terdorong dari pengalaman kelam masa kecilnya.

Fraser-Pryce kecil tumbuh di Waterhouse, sebuah daerah miskin di kota Kingston, Jamaika. Di mana sejak kecil ia menjalani kehidupan serba susah hingga tidak pernah menggunakan alas kaki saat pergi sekolah.

Tapi berkat bantuan seseoarang, dirinya bisa diangkat derajatnya untuk bisa sukses. Hal itulah yang membuat ia akhirnya terdorong membantu sesama.

Melalui yayasan miliknya yang diberi nama seperti julukannya, Pocket Rocket, Fraser-Pryce memberikan beasiswa berupa uang sekolah, buku, seragam, akomodasi, dan uang makan siang kepada anak-anak Jamaika yang memiliki kekurangan.

"Ketika saya mulai sekolah menengah pada 1999, saya mendapat hak istimewa dan diberkati pada saat yang sama untuk bertemu dengan seorang wanita bernama Jeanne Coke,"

"Dia melihat sesuatu dalam diri saya dan mulai mendanai pendidikan saya, buku-buku saya, seragam saya, makan siang saya dan segalanya. Dia menunjukkan kasih sayang dan cinta kepada saya dalam banyak cara. Dari situlah saya tergerak." ucap Fraser-Pryce, dikutip dari laman resmi Olimpiade.

Berkat aksinya, Fraser-Pryce pun dinobatkan jadi Duta Niat Baik Nasional UNICEF untuk Jamaika sejak Februari 2010 dan jadi Duta Perdamaian pada tahun yang sama berkat aksi sosialnya tersebut. (olympic/mcr16/jpnn)


Redaktur & Reporter : Muhammad Naufal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler