KAIRO - Ketegangan masih menyelimuti Mesir. Keputusan Komisi Tertinggi Pemilihan Presiden (SPEC) untuk menunda pengumuman hasil pemilihan presiden (pilpres) sampai hari ini atau besok membuat semakin banyak massa berkumpul di Tahrir Square. Kemarin (22/6) Ikhwanul Muslimin dan kelompok sekuler pun turun ke jalan.
Tema unjuk rasa yang dilakukan selepas ibadah Jumat itu masih tetap sama. Yakni, menentang kembali berkuasanya militer dalam pemerintahan. "Ikhwanul Muslimin akan mengumumkan sebuah proyek nasional demi menyelamatkan revolusi," jelas jubir Partai Keadilan dan Kebebasan (FJP), partai politik bentukan Ikhwanul Muslimin, kemarin.
Deklarasi proyek nasional itu, menurut FJP, lahir dari kesepakatan bersama Ikhwanul Muslimin dan beberapa partai sekuler. Termasuk, Mohamed ElBaradei, tokoh reformis Mesir, dan Abdel Moneim Abul Fotouh. Mereka berupaya keras menghadang manuver rezim Hosni Mubarak yang dilancarkan melalui dewan militer alias Supreme Council of the Armed Forces (SCAF).
Hingga kemarin, Ikhwanul Muslimin tetap bertahan pada keyakinan mereka bahwa Mohammed Mursi memenangi pilpres. Sedangkan kubu promiliter juga meyakini kandidat pilihan mereka, Ahmed Shafiq, sebagai pemenang. Beberapa organisasi independen menyebut perolehan suara Mursi lebih besar. Namun, mereka tetap harus menunggu hasil resmi dari SPEC.
Sementara itu, perselisihan SCAF dan Ikhwanul Muslimin kian meruncing. Kemarin SCAF menuduh kelompok Islam yang popularitasnya meroket setelah Mubarak lengser pada 11 Februari 2011 itu sebagai provokator.
"Dengan merilis hasil penghitungan suara awal sebelum pengumuman hasil resmi, mereka (Ikhwanul Muslimin) telah menyebarkan benih perpecahan dalam masyarakat," tuding SCAF. (AFP/AP/hep/c7/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapal Imigran Karam di Christmas Island
Redaktur : Tim Redaksi