jpnn.com, TONGA - Letusan gunung berapi dan tsunami telah menghancurkan Tonga.
Kini, masyarakat di negara kepulauan Pasifik itu sangat membutuhkan bantuan tangan internasional
BACA JUGA: 20 Orang Tewas, Truk Pengangkut Bahan Peledak Bertabrakan dengan Sepeda Motor
Sejumlah negara mulai mengirimkan bantuan, sebagai jawaban masyarakat internasional menanggapi seruan untuk pengiriman bantuan mendesak ke Tonga.
Lebih banyak kapal dan pesawat yang membawa bantuan akan tiba di Tonga dalam beberapa hari mendatang.
BACA JUGA: Kronologis Kecelakaan di Simpang Rapak, 5 Tewas, 4 Mobil dan 14 Motor Rusak Berat
Negara kepulauan Pasifik itu telah dilanda bencana letusan gunung berapi dan tsunami yang menghancurkan.
Penerbangan pertama dari Australia dan Selandia Baru mendarat di Tonga pada Kamis (20/1) dengan pasokan air yang sangat dibutuhkan untuk sanitasi dan kebersihan serta tempat berlindung, peralatan komunikasi, dan generator listrik.
BACA JUGA: Berita Dukacita, 6 TKI Ilegal Tewas Gegara Kapal yang Ditumpangi Karam
Sebuah kapal penopang maritim Selandia Baru HMNZS Aotearoa, membawa 250 ribu liter air dan mampu menghasilkan 70 ribu liter air per hari melalui proses desalinasi, diperkirakan akan tiba di Tonga pada Jumat.
Selain itu, pesawat pengirim bantuan kedua dari Australia, yang pada Kamis (20/1) harus kembali karena masalah dalam penerbangan, sekarang diharapkan tiba pada Jumat di Tonga.
Demikian kata Komisi Tinggi Australia di Tonga pada laman Facebook.
Lebih banyak bantuan sedang dalam perjalanan dengan HMAS Adelaide dalam perjalanan dari Brisbane dan akan tiba di Tonga pada pekan depan, kata komisi tinggi Australia itu.
Gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai meletus dengan ledakan yang memekakkan telinga pada Sabtu (15/1).
Ledakan gunung itu memicu tsunami yang menghancurkan desa-desa, resor dan banyak bangunan dan memutus komunikasi bagi negara berpenduduk sekitar 105 ribu orang itu.
Tiga orang dilaporkan tewas, kata pihak berwenang.
Abu telah menyelimuti negara pulau itu dan merusak sebagian besar sumber air minumnya.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam sebuah pengarahan mengatakan Tonga telah meminta bantuan mendesak dan PBB terus berkomunikasi erat dengan pihak berwenang di Tonga.
"Tim penilai telah mencapai sebagian besar negara, termasuk pulau-pulau terpencil dan terisolasi," kata Dujarric.
"Kami tetap sangat prihatin mengenai akses ke air bersih untuk 50 ribu orang di seluruh negeri."
"Pengujian kualitas air terus berlanjut, dan kebanyakan orang mengandalkan air kemasan," ujarnya.
Sekitar 60 ribu orang telah terkena dampak kerusakan tanaman, ternak, dan perikanan akibat hujan abu, intrusi air asin dan potensi hujan asam, kata Dujarric.
Dia juga menyebutkan adanya laporan kelangkaan bahan bakar.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne pada Jumat mengatakan sumbangan uang tunai dari Australia sebesar 1 juta dolar AS ke Tonga untuk bantuan kemanusiaan perlu diikuti dengan dukungan yang lebih substansial untuk pembangunan kembali di negara pulau itu.
"Dampak letusan gunung berapi ini dan tsunami berikutnya serta kerusakan akibat genangan banjir akan menjadi tantangan berkelanjutan bagi Tonga, khususnya terkait infrastruktur," kata Payne kepada radio Australia.
Dia menambahkan bahwa Selandia Baru dan Fiji juga bekerja sama dengan Tonga untuk menangani situasi.
Jalur-jalur komunikasi telepon antara Tonga dan dunia luar tersambung kembali pada Rabu malam (19/1) meski pemulihan layanan internet penuh kemungkinan akan memakan waktu satu bulan atau lebih.
Masyarakat Tonga telah beralih ke media sosial untuk mengunggah gambar-gambar tentang kondisi kehancuran akibat tsunami di negara itu dan menyampaikan pesan-pesan tentang keterkejutan mereka setelah ledakan besar gunung.
Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengatakan kekuatan letusan gunung itu diperkirakan setara dengan 5 hingga 10 megaton bom TNT, atau lebih dari 500 kali bom nuklir yang dijatuhkan Amerika Serikat di kota Hiroshima, Jepang pada akhir perang dunia dua.(Antara/Reuters/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang