Top, Kelompok Nelayan Binaan PDIP Temukan Lampu Berbahan Bakar Air Garam

Sabtu, 22 Oktober 2016 – 15:35 WIB
Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung (tengah) bersama Ketua DPP PDIP Wiryanti Sukamdani dan Rokhmin Dahuri saat Rakorbid Kemaritiman di Jakarta, Sabtu (22/10). Tampak lampu lentera dengan energi dari air garam yang dipamerka di rakorbid itu. Foto: DPP PDIP fot JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA - DPP PDI Perjuangan menggelar rapat koordinasi bidang (rakorbid) kemaritiman di Jakarta, Sabtu (22/10). Rakorbid itu tidak hanya membahas strategi guna menguatkan  program pemerintah di bidang kemaritiman, tetapi juga untuk memamerkan penemuan dari sektor kelautan.

Ada lampu lentera yang energinya berasal dari air garam dipamerkan di Rakorbid DPP PDIP yang juga dihadiri Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri dan mantan Menteri Lingkungan Hidup Sonny Keraff itu. Penciptanya adalah Hagy Leondra yang juga menjadi pemegang hak paten lentera berbahan bakar air garam.

BACA JUGA: Lewat WeShop, Belanja Online Barang Luar dengan Harga Miring

Menurut Hagy, ia menciptakan lampu itu untuk memenuhi kebutuhan nelayan sedang melaut. Biasanya, nelayan yang melaut menggunakan lampu jenis petromaks berbahan bakar minyak tanah.

Karenanya, Hagi menciptakan lampu yang bisa dimanfaatkan nelayan. Namun, energinya bukan dari minyak tanah ataupun baterai, melainkan air garam.

BACA JUGA: Pesawat Trump Perang Urat Saraf dengan Punya Clinton, Cek Perbandingannya..

Bahkan, bagi nelayan yang sedang bekerja, air laut pun bisa dimanfaatkan untuk lentera dengan cahaya lampu light-emitting diode (LED) itu. "Perlu garam satu sendok, dicampur air biasa sekitar 125 cc," katanya sembari mencampurkan air dan garam di botol bekas kemasan air mineral.

Selanjutnya, air garam itu dimasukkan ke tabung lampu yang berisi batangan sel yang mengandung magnesium. Cukup sekali tekan, lampu LED bercahaya putih pun menyala.

BACA JUGA: Spektakuler, Candi Prambanan Menjadi Media Proyeksi Pertama di Dunia

Lampu yang digunakan adalah LED 1,6 watt yang setara dengan lampu pijar 25 watt. Menurut dia, daya tahan energi air garam untuk lentera LED bisa mencapai 10 jam. “Setelah itu air lautnya diganti lagi," tuturnya.

Sedangkan batang sel magnesium juga perlu diganti setiap 10 hari sekali. Harga batang sel magnesium itu sekitar Rp 25 ribu.

Menurut Hagy, dengan lentera LED yang energinya dari batang sel magnesium maka nelayan bisa berhemat ketimbang menggunakan petromaks berbahan bakar minyak tanah. Sebab, untuk melaut selama 30 hari, nelayan bisa menghabiskan Rp 360 ribu hanya untuk menyewa satu lampu petromaks.

Sementara dengan lentera ciptaan Hagy, nelayan cukup menghabiskan Rp 75 ribu untuk batang magnesium per lampu untuk 30 hari. Yang tak kalah istimewa, energi dari batang sel magnesium yang dipacu dengan air garam itu juga bisa dimanfaatkan untuk mengisi ulang daya baterai handphone.

Dan bagi nelayan, LED itu juga bisa dimanfaatkan untuk mengumpulkan ikan sebelum ditangkap  "Ini bisa jadi cahaya di perahu untuk pengumpul ikan juga. Yang pasti, tak seperti energi berbasis fosil, ini ramah lingkungan karena tak ada residu berbahaya," imbuh Hagy.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri yang kini menjadi ketua DPP PDIP bidang Kemaritiman menyebut lentera inovasi Hagy itu merupakan salah satu hasil dari kelompok Gerakan Nelayan dan Tani Seluruh Indonesia. Kelompok itu dulunya diresmikan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi.

"Salah satu produknya ya ini. Mudah-mudahan produk lain masih bisa kita keluarkan," kata Rokhmin.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perangkap Nyamuk Berteknologi Violeds


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler