Total Football

Selasa, 22 Juni 2021 – 16:38 WIB
Pilar Belanda merayakan salah satu gol ke gawang Makedonia Utara. Foto: Twitter@EURO2020

jpnn.com - Di bangku sekolah dasar kita diajari bahwa Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun.

Tiga setengah abad bukan rentang waktu yang main-main. Tidak ada satu pun negara di dunia yang mengalami penjajahan kolonial selama itu.

BACA JUGA: 16 Besar EURO 2020: Siapa Lawan Belanda Berikutnya?

Para sejarawan dan politisi banyak yang menggugat mempertanyakan kebenaran fakta itu.

Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri mempertanyakan kebenaran sejarah itu. Pertanyaan itu terlontar saat dia dikukuhkan sebagai Profesor Guru Besar Tidak Tetap bidang Kepemimpinan Strategi di Universitas Pertahanan (Unhan) Jumat (11/6).

BACA JUGA: Klasemen Akhir Grup C EURO 2020 Usai Belanda dan Austria Menang

Politisi Gerindra Fadli Zon sering bercanda bahwa Indonesia malah tidak pernah dijajah oleh Belanda, karena Indonesia sebagai bangsa baru lahir pada 1945 ketika Belanda sudah tidak lagi ada.

Petualangan bangsa Eropa ke wilayah timur dimulai dengan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada abad ke-15 yang menyebabkan putusnya jalur perdagangan negara-negara barat ke dunia timur.

BACA JUGA: Belanda Menang, Georginio Wijnaldum Melewati Rekor Marco Van Basten

Sejumlah negara Eropa pun mulai melaksanakan penjelajahan samudra untuk mencari jalur alternatif.

Penjelajahan itu kemudian membawa bangsa Eropa ke sejumlah tempat baru. Salah satunya berhasil tiba ke Nusantara dengan niat awal untuk berdagang.

Sejarawan M. C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (2007) mencatat, bangsa Portugis di bawah Francisco Serrao berhasil mencapai Hitu (Ambon sebelah utara) pada 1512.

Sejumlah negara Eropa lainnya pun silih berganti datang ke Nusantara. Spanyol, misalnya, pertama kali mendarat di Maluku (Tidore) di bawah Sebastian del Cano pada 1522.

Kemudian bangsa Belanda di bawah Cornelis De Houtman tiba di pelabuhan Banten pada 1596.

Kedatangan Belanda mulanya untuk berdagang. Namun, keadaan itu perlahan-lahan mulai berubah. Tingginya persaingan perdagangan antarnegara menyebabkan salah satu negara, Belanda, berusaha menguasai sumber rempah-rempah.

Belanda mulai membentuk VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) pada 20 Maret 1602.

Namun organisasi itu bukan mewakili kerajaan, tetapi merupakan kelompok-kelompok dagang semacam perusahaan trans-nasional sekarang.

VOC kemudian mulai melakukan monopoli perdagangan hingga pada akhirnya mulai menanamkan kekuasaannya di beberapa wilayah di Nusantara.

Kedatangan Cornelis Houtman pada 1596 dianggap sebagai sebagai masa awal penjajahan Belanda, karena Houtman memeras untung sebanyak-banyaknya dengan melakukan berbagai ancaman.

Jika kedatangan Houtman dijadikan sebagai patokan maka durasi penjajahan 350 tahun bisa dibenarkan.

Presiden pertama RI Soekarno juga seringkali menyebut bahwa Indonesia memang dijajah selama 350 tahun.

Namun, banyak sejarawan yang menggugat fakta itu. Pidato Soekarno tidak bisa dianggap sebagai fakta melainkan sebuah propaganda politik untuk membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme rakyat Indonesia.

Upaya meluruskan penjajahan 350 tahun itu pun mulai dikaji ulang. Sejarawan keturunan Belanda-Indonesia, G.J Resink, merupakan orang yang juga mempertanyakan kebenaran Indonesia dijajah 350 tahun.

Resink melihat bahwa persoalan usia penjajahan terbentur pada konsep ‘Indonesia’ yang belum lahir dan konsep geografis itu sendiri. Apalagi di masa-masa itu, Indonesia hanyalah sekumpulan kerajaan-kerajaan yang memiliki kedaulatannya masing-masing.

Terlepas dari kontroversi itu harus diakui bahwa Belanda adalah bangsa hebat. Negara kecil, dengan penduduk 17 juta yang daratannya berada di bawah ketinggian laut itu, mampu menjadi kekuatan dagang dan politik global yang disegani pada waktu itu.

Di dalam percaturan geopolitik global mutakhir sekarang Belanda tidak terlalu menonjol dibanding kiprahnya di abad ke-17. Meski begitu Belanda tetap menjadi bangsa yang disegani di Eropa.

Gelaran Euro 2020 ini membuktikan bahwa Belanda layak diperhitungkan sebagai salah satu kandidat juara.

Tim sepak bola nasional Belanda di bawah komandan Frank de Boer menyikat semua lawannya dan lolos ke babak 16 Besar dengan nilai sempurna.

Belanda menjadi juara Grup C dengan mengalahkan Ukraina 3-2 pada pertandingan pembuka di Stadion Johan Cruyff Amsterdam.

Pada matchday kedua, Belanda mengalahkan Austria 2-0.

Lalu dalam pertandingan terakhir Belanda menghajar Makedonia Utara 3-0.

Belanda selalu menjadi kekuatan yang diperhitungkan karena negeri ini memperkenalkan cikal bakal sepak bola modern "total football".

Taktik ini membawa sepak bola Belanda ke tangga kesuksesan.

Total football adalah permainan ofensif yang menitikberatkan pada pergerakan fleksibel dari setiap pemain, setiap pemain tidak memiliki posisi tetap dalam sebuah pertandingan, dan selalu bergerak dalam rotasi sehingga memiliki penguasaan bola lebih banyak ketimbang lawan.

Rinus Michels menemukan sistem ini pada dekade 1970 ketika menangani Ajax Amsterdam.

Bersamaan dengan itu Ajax mempunyai pemain berbakat seperti Johan Cruyff yang mampu menerjemahkan total football dengan brilian.

Pada Piala Dunia 1974 di Jerman Barat, tim Belanda yang dilatih Rinus Michels mengejutkan dunia dengan menerapkan strategi total football yang agresif dan indah. Belanda melaju sampai ke final.

Namun, di partai puncak itu Belanda kalah dari tuan rumah Jerman Barat yang dipimpin oleh "Kaisar" Franz Beckenbauer.

Belanda dijuluki sebagai juara tanpa mahkota. Sejak itu sistem total football merevolusi sepak bola dunia.

Semua tim Eropa mengadopsi sistem itu. Ajax Amsterdam menjadi penguasa Eropa. Dan ketika Michels melatih Barcelona, ilmu total football dibawanya serta. Barcelona pun menjadi kekuatan yang disegani di Eropa.

Generasi emas total football Belanda membawa berkah bagi AC Milan di dekade 1990-an.

Trio Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkard menjadi bintang Milan yang merajai kompetisi Serie A dan menjadi jawara Eropa. Generasi emas ini juga membawa Belanda menjadi juara Piala Eropa 1988.

Itulah puncak tuah total football bersama generasi emas terbaiknya. Sejak itu Belanda seperti tenggelam.

Tuah total football yang menyebar ke seluruh dunia belum bisa mengangkat Belanda menjadi juara.

Euro 2020 ini akan menjadi ajang pembuktian kebangkitan Belanda. Perpaduan pemain-pemain muda yang trengginas dan pemain senior yang berpengalaman membuat tim Belanda menjadi seimbang.

Harapan untuk meraih juara melalui total football sekarang memuncak lagi di Belanda.

Sebagai bekas jajahan Belanda, Indonesia seperti putus hubungan total. Strategi perjuangan Bung Karno ketika merdeka pada 1945 adalah memutus masa lalu penjajahan yang kelam.

Karena itu apa saja yang berbau Belanda disingkirkan, termasuk bahasa, budaya, dan juga sepak bola.

Wiel Coerver dari Belanda melatih Indonesia pada 1974, singkat tapi melahirkan generasi emas Indonesia seperti Iswadi Idris dan kawan-kawan yang merajai Asia Tenggara dan Asia.

Sayang proyek dengan Belanda terputus dan perkembangan sepak bola Indonesia pun akhirnya terputus-putus. (*)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler