Setelah menyingkirkan 9 desainer lainnya, Toton Januar, berhasil mewakili kawasan Asia untuk kategori busana perempuan dalam ajang penghargaan Woolmark Prize tingkat global. Keunikan busana wol yang diciptakan Toton menjadi kunci keunggulannya di depan para juri.

Tahun 2016 adalah tahun pertama bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam ajang penghargaan fesyen ‘Woolmark Prize’. Di kesempatan perdana ini pula-lah Indonesia berhasil meloloskan satu perancang busana-nya, Toton Januar, untuk maju ke tingkat global di Paris pada bulan Januari 2017.

BACA JUGA: ELL: Invite

Sebelum menjadi finalis kategori busana perempuan asal Asia, Toton -dan ke-15 desainer lainnya termasuk 2 label Indonesia -diminta untuk menciptakan 6 karya berbahan baku wol Merino asal Australia, yang dipresentasikan dihadapan 5 juri di Hongkong, 11 Juli lalu. Salah satu busana kemenangan Toton dalam  tingkat Asia yang terinspirasi kostum tradisional Kerajaan Jawa dan Bali.

instagram; thewoolmarkcompany

BACA JUGA: Sekretaris Deplu Australia Kini Dijabat Perempuan untuk Pertama Kalinya

Mereka juga diminta untuk menyampaikan rencana bisnis di masa mendatang.

“Saya belum pernah ikut kompetisi internasional dan saingan-saingan di sini benar-benar berkualitas tinggi tapi yang mengejutkan, kita dari Indonesia dianggap para juri sebagai yang menonjol. Rencana bisnis saya juga dipuji,” kenang perancang pria kelahiran Makassar ini.

BACA JUGA: Balerina Muda Indonesia Pentaskan Karya Koreografer Australia

Ia mengatakan, “Ini sungguh pengalaman yang luar biasa karena benar-benar dari Woolmark-nya sendiri pelaksanaannya sangat profesional, level kompetisinya berbeda.”

Di balik keunikan karyanya, Toton sempat menyimpan rasa minder menghadapi para desainer lain yang ikut bertarung di kompetisi ini.

“Awalnya, saya menebak yang dari China dan Jepang yang akan keluar sebagai finalis. Mereka kan bisnisnya banyak berbasis di Eropa meski mereka warga negara China atau Jepang, mereka basis bisnisnya di eropa. Dan latar belakangnya juga pernah bekerja buat rumah mode internasional seperti Alexander Mcqueen dan J.W. Anderson,” ungkap Toton, lulusan Parsons New School of Design, New York.

Ia lantas menuturkan, “Saya agak sedikit minder tapi juga ingin menunjukkan bahwa apa yang kita punya di negara kita Indonesia ini adalah sesuatu yang berbeda dan bisa jadi nilai plus yang mereka nggak punya.”

Menurut pengakuan Toton, pengolahan wol yang dipadukan dengan kekayaan budaya Indonesia menjadi keunikan karyanya.

“Bahwa kami membuat suatu kerjasama dengan artisan di Indonesia yang membuat bordir dari tangan, kalau di Indonesia kita mungkin punya hal yang diwariskan turun temurun, masih dikerjakan juga oleh manusia-manusia Indonesia,” utara Toton kepada Australia Plus.

Ia menambahkan, “Jadi ini tergolong spesial-lah karena masih ada sentuhan tangannya. Itu mungkin yang membuat juri-jurinya melihat ini sebagai hal yang sudah langka sekarang dan langka kan biasanya identik dengan luxury (kemewahan).”

Toton juga terkesan pada pernyataan juri setelah pengumuman finalis yang dinilainya sangat memotivasi karyanya ke depan.

“Salah satu yang berkesan sih komentar dari Christopher Raeburn ya, yang bilang bahwa kita bisa mengolah wol dengan cara yang baru jadi mereka bisa melihat wol dengan cara yang berbeda dari sebelumnya,” ujar pria yang terjun ke dunia fesyen karena pengaruh ibundanya yang seorang penjahit ini. Busana perempuan karya Xu_Zhi, Toton the Label, Heoh Wan Simulation, M Essential dan Robert Wun di Final Woolmark Prize Asia.

instagram; thewoolmarkcompany

Di kompetisi tingkat global, Toton akan bersaing dengan sejumlah desainer dari 5 kawasan berbeda,yakni Australia dan Selandia Baru; Amerika Serikat; Eropa; India Pakistan Timur Tengah dan Inggris Raya-Irlandia.

“Apa yang dibuat sebenarnya masih kelanjutan yang kemarin ya. Jadi kami harus membuat suatu rencana koleksi untuk 6 ‘look’. Kemarin di Hongkong yang kami presentasikan dalam bentuk pakaian jadi hanya satu ‘look’. Nah, ke-5 ‘look’ lainnya akan diwujudkan dan dipresentasikan di Paris tahun depan.  Keenam-enamnya harus jadi dan bisa dikembangkan lagi,” jelasnya.

“Dan nanti nggak akan ditunjukkan ke juri saja, akan ada fashion show dari koleksi kita juga,” imbuhnya.

Di akhir pembicaraan, ia mengucap harap atas langkahnya ke depan.

“Doakan lancar ya... .”

Diterbitkan dan diperbarui: 22:00 WIB 20/07/2016 oleh Nurina Savitri.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabaret Legendaris Moulin Rouge Gelar Audisi di Australia

Berita Terkait