Tragedi SJ182: Yaman Gelisah, Berkali-Kali Telepon Tanya Istri dan 3 Anak yang Tak Kunjung Tiba

Selasa, 12 Januari 2021 – 06:06 WIB
Yayu seorang asisiten rumah tangga menunjukkan foto keluarga yang diduga menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1). Foto: Mulyana/Antara

jpnn.com, SERANG - Satu keluarga di Kota Serang, Banten, diduga menjadi bagian dari korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kabupaten Kepulauan Seribu, Sabtu lalu.

Satu keluarga tersebut terdiri dari empat anggota yaitu satu bayi yang berumur di bawah satu tahun yaitu Fao Nuntius Zai, Sedangkan korban lainnya itu adalah Umbu Kristin Zai (2), Zursisya Zuar Zai (9) dan Arneta Fauzia (38) ibu kandung dari ketiga anak tersebut.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Pencarian Penumpang Sriwijaya Air, FPI Akan Temui Rizieq, Santunan dari Jasa Raharja

Seperti yang diceritakan oleh asisten rumah tangga keluarga korban itu Yayu (50) di Serang, Senin, bahwa keluarga ini merupakan pendatang di Kota Serang yang sebelumnya tinggal di Kota Bogor.

Menurut Yayu, mereka pindah dan mengontrak di salah satu rumah di Komplek Taman Lopang Indah, RT/RW 01/013 Kelurahan Unyur, Kecamatan Serang, Kota Serang sejak bulan Oktober 2020 hingga saat ini.

BACA JUGA: Simak! Update dari Basarnas Terkait Temuan Potongan Jenazah dan Bagian Pesawat Sriwijaya Air

Sedangkan suami korban yaitu Yaman, bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di salah satu perusahaan di Kalimantan Barat (Kalbar).

"Kalau ibu (Arneta Fauzi) memang ngontrak di sini sudah kurang lebih sekitar 3 bulanan sampai sekarang. Tadinya kan tinggal di Bogor karena suaminya ini kerja di Kalimantan jadi ABK," katanya. 

BACA JUGA: Basarnas Ungkap, Sriwijaya Air 182 Tidak Memancarkan Sinyal Sebelum Hilang Kontak

Dia menjelaskan  sempat mengantarkan korban ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang pada pagi pukul 09:00 WIB hari Sabtu (9/1). Rencananya ibu dan tiga anaknya tersebut akan berkunjung ke Pontianak untuk menemui suaminya.

Akan tetapi, kata Yayu, dari pemberangkatan yang sudah dijadwalkan tersebut mengalami keterlambatan sehingga dirinya pun ikut menunggu menemani korban.

"Hari Kamis (7/1) sudah ke bandara tapi ketinggalan pesawat, terus hari Jumat (8/1) jadwalnya juga diundur karena dianya kecapekan kayanya. Terus ngambil yang jam setengah dua itu hari Sabtu, berangkat jam 9 pagi dari sini," kata dia.

Dia mengungkapkan tidak lama setelah pemberangkatan dari bandara, suami korban kemudian menelepon kepada anak sulungnya Auliya (19) untuk menanyakan istri dan anak-anaknya yang tak kunjung tiba di Pontianak.

"Karena si Neng Auliya itu enggak ikut berangkat, pas sorenya itu bapak (Yaman) telepon nanyain si ibu kok gak nyampe-nyampe katanya. Udah gitu ngedenger berita dari TV pesawat yang ditumpangi ibu kecelakaan, dari situ saya kaget," kata dia.

Sementara itu, Wali Kota Serang Syafrudin mengatakan informasi yang diterima oleh pihaknya bahwa keempat korban dalam peristiwa itu merupakan warga Bogor yang tinggal di rumah kontrakan di Kota Serang.

"Karena ini informasinya belum valid dan belum tentu benar, maka kami akan coba memastikan dulu. Menurut info ada 4 orang dalam satu keluarga korban atas jatuhnya pesawat SJ182 kemarin," kata Syafrudin.

Dia menuturkan Pemerintah Kota (Pemkot) Serang saat ini sedang menelusuri data terkait kependudukanya. Jika memang korban tersebut sudah menjadi warganya, maka pihaknya berencana akan memfasilitasi keluarga korban ke posko crisis center di Terminal II Bandara Soekarno-Hatta Tangerang.

Kemudian, pihaknya juga mengucapkan duka cita yang sangat mendalam kepada para keluarga korban pesawat Sriwijaya Air itu.

"Atas nama pemerintah Kota Serang turut belasungkawa dan berduka cita kepada korban. Kalau masalah fasilitas kepada keluarga korban kita nanti akan musyawarah dulu dengan OPD terkait," kata Syafrudin. (antara/jpnn)

 

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler