Transplantasi Jantung Babi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kamis, 13 Januari 2022 – 11:18 WIB
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Operasi cangkok jantung manusia dengan jantung babi sukses di Amerika Serikat, Jumat (7/1).

David Bennett, seorang laki-laki berusia 57 tahun penderita penyakit jantung akut, setuju mengganti jantungnya yang sudah soak dengan jantung babi. Operasi berlangsung lancar, dan Bennett selamat.

BACA JUGA: Mayoritas Operasi Pemasangan Ring Jantung Berhasil, Pasien Lebih Sehat

Para dokter mengatakan kini kondisi Bennett stabil dan sedang dalam masa pemulihan, meskipun masih terus diawasi secara ketat. Para dokter juga mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengeklaim bahwa prosedur itu berhasil.

Ini merupakan transplantasi pertama di dunia yang mencangkokkan jantung babi kepada manusia.

BACA JUGA: Berapa Lama Jangka Istirahat Setelah Operasi Jantung?

David Bennett, sang pasien, sudah berputus asa dan tidak punya pilihan kecuali mati. Ia kemudian mendapat tawaran untuk mengganti jantungnya dengan jantung babi. Bennett setuju. Operasi dilakukan dan beberapa hari kemudian Bennett selamat dan dikabarkan dalam kondisi sehat.

Operasi yang dilakukan oleh tim di University of Maryland ini adalah pertama kalinya di dunia. Jika terbukti berhasil, para ilmuwan berharap organ babi bisa membantu meringankan kekurangan organ donor yang selama ini menjadi persoalan pelik.

BACA JUGA: Operasi Obesitas Bisa Menurunkan Bahaya Serangan Jantung

Tokoh penting di balik operasi ini adalah dr. Muhammad Mohiuddin.

Dia adalah pakar xenotransplantasi atau transplantasi organ binatang ke manusia, paling terkemuka di Amerika Serikat. Ia mengatakan, jika eksperimen ini berhasil, maka dunia akan memiliki pasokan organ tidak terbatas untuk pasien-pasien yang menderita sakit akut dan membutuhkan donor organ.

Dokter Mohiudin adalah seorang muslim. Dia lahir di Karachi, Pakistan. Setelah menyelesaikan kuliah kedokteran di Dow Medical College ia hijrah ke Amerika Serikat di awal 1990. Ia menyelesaikan fellowship pertamanya dalam Biologi Transplantasi di University of Pennsylvania dan mulai menggeluti xenotransplantasi pada 1992.

Mohiuddin adalah anggota dewan terpilih dari Asosiasi Transplantasi Xeno Internasional. Dia adalah anggota masyarakat bergengsi Transplantation Society dan American Society of Transplant Physicians. Publikasi ilmiah terbarunya di bidang xenotransplantasi jantung mendapat perhatian luas di media massa di seluruh dunia.

Fakta bahwa Mohiudin adalah seorang muslim membuat terobosannya ini menjadi lebih kontroversial. Babi adalah binatang yang haram untuk dikonsumsi menurut agama Islam dan Yahudi.

Karena itu, transplantasi dengan memakai organ binatang haram menjadi kontroversi yang luas di kalangan penganut agama samawi, terutama Islam.

Perdebatan antara ilmu pengetahuan dan iman kembali mengemuka. Apakah ilmu pengetahuan yang menghasilkan terobosan seperti yang dilakukan oleh Dokter Mohiudin bisa diterima dalam ajaran agama.

Mohiudin mengakui dilema ini. Dalam sebuah wawancara dengan televisi Turki, November 2021, Mohiudin mengaku bahwa mencangkok organ babi pada manusia memang memantik perdebatan dalam Islam. Bagi muslim babi haram, tetapi bagi umat lain babi adalah makanan.

Ketika ditanya mengapa bukan organ dari domba atau sapi yang digunakan dalam cangkok organ ke manusia, Mohiudin memberikan alasan ilmiah.

Timnya sudah memetakan genom babi secara lengkap dan berhasil mengungkap perbedaan babi dari manusia, serta perubahan apa yang diperlukan agar organ-organnya bisa diterima oleh tubuh manusia.

Sebaliknya, Mohiudin mengakui bahwa sampai sekarang belum banyak diketahui tentang kesamaan organ manusia dengan kambing atau sapi.

Teori evolusi Darwin memercayai manusia punya kesamaan genetika hampir seratus persen dengan simpanse. Dengan demikian bisa diasumsikan bahwa organ kedua spesies itu punya banyak kesamaan.

Namun, kenyataannya para peneliti lebih fokus meneliti kesamaan organ manusia dengan babi daripada dengan simpanse.

Babi menjadi salah satu binatang yang memiliki potensi besar mengatasi masalah krisis organ pada manusia. Alasannya, karena organ-organ tubuh babi sangat mirip dengan organ manusia.

Jantung babi dewasa memiliki ukuran yang hampir sama dengan jantung orang dewasa.

Organ tubuh babi yang memiliki potensi untuk dicangkok ke manusia adalah ginjal, hati dan paru-paru. Babi menjadi pilihan para ilmuwan karena binatang ini mudah diternakkan dan gampang berkembang biak.

Sebelumnya, beberapa upaya untuk mencangkok organ babi ke manusia gagal karena adanya perbedaan genetika. Namun, dengan perkembangan teknologi rekayasa genetika, para ilmuwan mengeklaim bisa membuat tubuh manusia menerima organ tubuh babi.

Mohiudin mengatakan operasi ini adalah puncak dari riset selama bertahun-tahun. Ia sudah mendedikasikan hidupnya selama 30 tahun untuk melakukan penelitian ini. Selama ini, krisis donor organ menjadi masalah yang sulit dipecahkan di Amerika dan di seluruh dunia.

Di Amerika ada sekitar 110.000 orang yang sedang menunggu donasi organ dan lebih dari 6.000 pasien meninggal dunia setiap tahun karena tidak mendapatkan organ tubuh yang diperlukan. Problem yang sama terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Beberapa negara yang lebih pragmatis seperti China memanfaatkan organ jantung para narapidana hukuman mati untuk didonasikan kepada yang membutuhkan. Para penjahat yang dihukum mati itu organnya akan diambil menjadi milik negara.

Di negara komunis seperti China hal semacam ini bisa dilakukan tanpa perlawanan berarti dari masyarakat. Kalau ada perlawanan dari aktivis demokrasi dan hak asasi manusia, pemerintah China dengan mudah bisa menghentikannya secara represif.

Suplai organ untuk didonorkan juga bisa diambil dari korban kecelakaan fatal atau korban bencana alam. China bisa melakukannya, tetapi hal itu tidak mudah dilakukan di negara-negara demokratis, termasuk di Indonesia.

Persoalan donor organ menjadi masalah yang pelik di Indonesia karena jumlah suplai terlalu kecil dibanding kebutuhan. Hal yang terjadi kemudian muncul pasar gelap. Banyak orang yang menjual organ tubuhnya, terutama ginjal, dengan harga tertentu untuk menambal kebutuhan ekonomi.

Donasi organ masih menghadapi masalah syariat di Indonesia. Masyarakat muslim meyakini bahwa seluruh organ tubuh akan dimintai pertanggungjawaban di Hari Kiamat, termasuk hati dan mata.

Inilah simpul perdebatan antara ilmu pengetahuan dengan agama yang rumit dan senantiasa memantik kontroversi. Perdebatan antara rasio dan iman sudah menjadi perdebatan sejak masa-masa awal perkembangan peradaban Islam.

Kelompok rasional yang diwakili oleh para filsuf selalu beradu pendapat dengan kelompok iman yang diwakili oleh para ahli fikih. Para ahli syariah fikih selalu keukeuh dengan padangannya bahwa Islam sudah final dan karenanya pintu ijtihad tidak bisa dibuka lagi.

Dalam tradisi barat, perdebatan iman dan akal sudah selesai dengan munculnya Renaissance yang memenangkan akal atas iman. Akal mendapatkan tempat utama dalam peradaban Barat, sementara iman ditempatkan pada sudut sempit di ranah privat.

Dalam Islam perdebatan itu tidak pernah selesai sampai sekarang. Para filsuf berpendapat, dengan kekuatan akal yang dikaruniakan Allah seharusnya manusia terus berkembang dan tidak mandek dalam pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah kontemporer.

Para ahli syariah menganggap ajaran Islam sudah kafah dan sempurna, dan hukum-hukum Allah sudah bersifat final. Sebagian kalangan Islam kemudian memilih mengisolasi diri dengan menekuni tasawuf dan mistisisme untuk menghindari keriuhan ini.

Perdebatan panjang antara rasionalisme dan fatalisme--di antara sesama muslim maupun antara peradaban Islam dengan Barat--dijawab oleh pemikir Pakistan Muhammad Iqbal (1877-1938).

Iqbal meletakkan dasar-dasar pemikiran yang bisa menjembatani dua kubu yang terpisah itu.

Iqbal dianggap sebagai pemikir Islam yang paling otoritatif dan paling berpengaruh di dunia Islam modern. Pemikirannya dikumpulkan dalam buku ‘’Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam’’, sampai sekarang masih tetap menjadi rujukan terkemuka ketika orang berbicara mengenai perdebatan Islam dan ilmu pengetahuan.

Bagi Iqbal, tidak ada pertentangan antara akal dan iman. Oleh para sekuler iman dianggap tidak terjangkau akal, dan karena itu dianggap sebagai tidak ilmiah dan tidak bisa dipercaya. Iqbal membantah dengan menyatakan bahwa akal mempunyai kemampuan ‘’beyond rationality’’ melampaui rasionalitas, untuk menembus hal-hal yang tidak terbatas, termasuk keberadaan Tuhan.

Iqbal menegaskan bahwa iman bisa dijelaskan melalui rasio dan akal, dan karena itu iman adalah ilmiah. Kepada kalangan konservatif Islam, Iqbal menegaskan bahwa Al-qur'an terus-menerus mengingatan orang beriman untuk berpikir dan mempergunakan akal.

Karena itu pintu ijtihad harus tetap terbuka untuk menjawab masalah-masalah kontemporer.

Iqbal memperkenalkan trilogi iman, pemikiran, dan penemuan (faith, thought, discovery). Iman menjadi dasar pemikiran, dan dari pemikiran itu kemudian muncullah penemuan. Itulah yang menjadi api Islam. Itulah yang membuat peradaban Islam memperoleh kejayaan di dunia sejak abad ke-7 sampai 14.

Ketika peradaban Barat masih menjadi peradaban jahiliyah, Islam sudah menjadi peradaban yang sangat maju. Namun, stagnasi pemikiran pada abad ke-15 membuat Islam terjebak dalam isolasionisme dan fatalisme.

Pemikiran Iqbal masih tetap relevan sampai sekarang. Persoalan-persoalan kemanusiaan kontemporer yang dihadapi manusia modern sekarang ini bisa dijawab oleh konsep peradaban Islam sebagaimana yang dirumuskan oleh Iqbal.

Transplantasi organ babi akan menjadi tantangan besar umat Islam.

Memilih mati karena menolak transplantasi organ babi adalah sikap fatalistik. Namun, mengadopsi mentah-mentah temuan baru tanpa mempertimbangkan syariat adalah pikiran sesat. (*)

 


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler