Tren Naturalisasi Tim Asia Tenggara

Cara Instan Angkat Prestasi

Jumat, 23 November 2012 – 07:54 WIB
Cristian Gonzales. Foto: Charlie L/indopos
PADA ajang Piala AFF 2012, pemain-pemain naturalisasi yang memperkuat negara Asia Tenggara semakin banyak. Indonesia menjadi salah satu tim yang tak ketinggalan memanfaatkan pemain pindah kewarganegaraan tersebut.
------
Menjadi pemain nasional adalah sebuah kebanggaan. Seorang pemain harus mengikuti seleksi ketat, berlapis, dan bersaing dengan ribuan pemain sepak bola profesional lain untuk terpilih menjadi penggawa timnas.

Namun, beberapa tahun terakhir, demi menggapai prestasi, negara-negara di Asia Tenggara memiliki cara lain, naturalisasi. Yakni, merekrut pemain-pemain dari negara lain yang memiliki skill mumpuni dan langsung diberi kewarganegaraan agar mampu membela negara dengan instan.

Sejarah adanya pemain naturalisasi dimulai dari Singapura. Mereka melakukan proses naturalisasi pada ajang Tiger Cup (sekarang Piala AFF) 2002. Pemain-pemain yang mereka naturalisasi, antara lain, Daniel Bennett (Inggris), Egmar Goncalves (Brasil), dan Mirko Grabovac (Yugoslavia).

Perjalanan prestasi Singapura setelah melakukan proses naturalisasi itu ternyata tak langsung mulus. Pada 2002 Negeri Singa itu bahkan gagal lolos dari fase penyisihan grup dan hanya menempati peringkat ketiga. Namun, Singapura tak menghentikan proses tersebut.

Pada Piala Tiger 2004, mereka mulai lebih selektif dalam naturalisasi. Singapura menaturalisasi pemain asal Nigeria, Itimi Dickson dan Agu Casmir. Hasilnya, Singapura berhasil menjadi jawara pada perhelatan tersebut. Di final Singapura menaklukkan Indonesia, baik pada laga kandang maupun tandang.

Vietnam tak mau ketinggalan. Mereka turut melakukan gerakan naturalisasi. Tak tanggung-tanggung, beberapa pemain mereka ambil. Beberapa nama yang pernah dinaturalisasi adalah Phan Van Santos (Fabio Santos) asal Brasil, Dinh Hoang Max (Maxwell Eyerakpo) asal Nigeria, Le Van Tan (Jonathan Quartey) asal Ghana, serta Le Trung Son (Jefferson Valentin) asal Brasil. Namun, pemain-pemain itu tak sampai masuk dalam tim inti karena VFF menolak pemain naturalisasi memperkuat timnas.

Selanjutnya, Filipina paling banyak melakukan naturalisasi pada ajang Piala AFF 2010. Dengan bantuan pemain-pemain itu, mereka sukses mendongkrak penampilan dan mampu menembus semifinal. Padahal, sejak Piala Tiger digelar, tim berjuluk The Azkals itu tak pernah bisa lolos dari fase grup.

Tak tanggung-tanggung, saat itu ada sembilan dari sebelas pemain yang merupakan naturalisasi. Mereka, antara lain, Younghusband bersaudara dan Neil Etheridge.
Nah, gerakan negara-negara pesaing Indonesia itu mulai membuat PSSI tertarik.

Pemain naturalisasi pertama yang mendapatkan tempat di timnas adalah Cristian Gonzales. Namun, El Loco, julukan Gonzales, mendapatkan status tersebut setelah melakukan pengajuan berkali-kali.

Sebelumnya, pemain asal Uruguay tersebut beberapa kali ditolak untuk mendapatkan status WNI meski telah beristrikan perempuan Indonesia, Eva Siregar.

Namun, setelah tenaganya mulai dibutuhkan timnas, Gonzales dapat mendapatkan status tersebut. Penanggung jawab naturalisasi pemain saat itu, Iman Arif, menjelaskan bahwa langkah naturalisasi diambil bukan dengan membabi buta. Alasannya, pelatih Alfred Riedl sedang mencari pemain dan ada pemain yang memenuhi syarat untuk dinaturalisasi.

"Kami sangat selektif. Dari 50 nama yang ada, hanya lima pemain yang akhirnya dinaturalisasi," katanya saat ditemui kemarin (22/11).

Gelombang pertama naturalisasi itu adalah Gonzales, Ruben Wuarbanaran, Diego Michiels, dan Joey Suk. Lima pemain lainnya menyusul telah diambil sumpahnya pada 2011. Mereka adalah Tonnie Cusell, Stefano Lilipaly, Johnny van Beukering, serta dua pemain asal Nigeria yang bermain di ISL, Greg Nwokolo dan Victor Chuckwuekezie Igbonefo.

Namun, dalam perjalanannya tak semua pemain naturalisasi bisa memperkuat timnas. Mereka rata-rata tak terpilih karena tidak cocok dengan strategi pelatih.

Nah, pada Piala AFF 2010, tuah pemain naturalisasi memang membuat PSSI kepincut. Menurut Iman, kondisi itu didukung dengan belum munculnya pemain lokal yang benar-benar bagus di posisi yang diinginkan Riedl.

"Ada pemain yang cedera, ada yang kurang di posisi itu. Karena itu, akhirnya kami naturalisasi," ujarnya.

Pelatih timnas Indonesia sekarang Nilmaizar sendiri mengaku cukup terbantu dengan adanya pemain naturalisasi karena skuadnya dalam kondisi tak maksimal. Dari nama-nama yang didaftarkan untuk Piala AFF, jika tak disertakan pemain naturalisasi bukan tidak mungkin pemainnya sangat minim.

"Adanya mereka. Kami maksimalkan pemain yang ada. Tapi, saya yakin pemain lokal juga masih banyak yang kualitasnya tidak kalah," terang Nil, sapaan karib Nilmaizar.

Dia menyebut opsi memilih pemain naturalisasi tak bisa lagi dihindari karena kondisi skuadnya juga minim. Karena itu, dia tetap memenuhi saran PSSI sembari melihat dan menyeleksi kualitas pemain-pemain tersebut. (muhammad amjad/c2/diq)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inter Milan Tumbang di Kandang Rubin Kazan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler