Bekerja di negara orang tak membuat Tri Handono PhD lupa dengan tanah air dan budaya leluhurPria dari Surakarta itu merintis seni musik gamelan di tanah rantau tersebut
BACA JUGA: Widi Vierra Masih Syok, Pilih Menyendiri
Dia memulainya dari anaknya sendiriBACA JUGA: Jagoan RocknDut Cirebon Maju ke Final
Ridlawan Habib, Pittsburgh
JIKA mata dipejamkan, mendengarkan gending dan lagu Prahu Layar yang dimainkan di rumah Tri Handono PhD benar-benar membuat seseorang tak seperti berada di Amerika
BACA JUGA: ST12 Rilis Album Puspa Repackage
Padahal, pemainnya masih sangat belia"Ayo, yang dari Jogja ikut nembang," ajak Tri kepada rombongan siswa Outstanding Students for The World (OSTW) Kementerian Luar Negeri yang bertamu ke rumahnya
Kediaman Tri terdiri atas dua lantai, terletak di kawasan yang cukup elite di Monroeville, 20 menit perjalanan ke sebelah utara dari pusat Kota Pittsburgh, Negara Bagian Pennsylvania
Malam itu (14/11) Tri menggelar pentas dadakan di ruang tamuTiga gending dolanan anak
dimainkanYakni, Prahu Layar, Gambang Suling, dan Suwe Ora JamuPenabuh saron dan demung adalah Sidney, Silvie, dan Holland Haryotomo, anak-anak TriPenabuh gendangnya
Asih Slamet Raharjo, adik kandung Tri
"Kami merintis gamelan ini sejak 2008Saat itu ayah saya datang untuk menengok cucuLalu, kami ke toko besi dan kayu," katanyaRupanya, bapak Tri yang pensiunan guru tersebut jago membuat gamelan sendiri"Beliau juga yang mengajari cucunya sebelum pulang ke Indonesia," ungkap Tri
Pria kelahiran Salatiga, 11 Oktober 1965, tersebut sekarang bekerja di Westinghouse Electric Company, sebuah perusahaan pembangkit listrik terkenal di AmerikaSebelumnya, alumnus Teknik Elektro UGM itu menempuh gelar master di Universiteit Delft (1987-1993) dan meraih gelar doktor tentang superkonduktor di University of Wollongong, Australia (2001)
"Sebelum di Westinghouse, saya kerja di BPPTAnak pertama lahir di Belanda, anak kedua di Australia, yang ketiga dan yang bungsu lahir di sini," tutur Tri
Istrinya, Ida Melati, asli JakartaMereka menikah pada 14 Juni 1993"Alhamdulillah suasana di Pittsburgh sangat mendukung bagi keluargaPendidikan di sini juga baik," ungkap dia
Yakin dengan kemampuan anak-anaknya, Tri memberanikan diri membentuk grup gamelan dengan nama Taman Budaya Indonesia Pittsburgh"Kami promosi ke keluarga-keluarga Indonesia yang punya anak-anakBanyak yang tertarik untuk ikut latihan," katanya
Rupanya, grup tersebut juga menarik perhatian para tetangga yang merupakan penduduk asli Amerika Serikat (AS)"Ketika kami pentaskan gending Indonesia, banyak orang tua murid kami yang tertarikMereka juga ingin berlatih," terang dia
Departemen Musik Universitas Pittsburgh juga mendengar adanya gamelan yang masuk kota berjuluk City of The Bridges itu"Kami dua kali diundang pentas di Universitas PittsburghResponsnya sangat baikAnda bisa cek dokumentasinya di YouTube," ujar peraih award professional engineer dari Negara Bagian Maryland pada 2011 itu
Pada 2008 pula Universitas Pittsburgh membuka satu jurusan di departemen musik yang khusus mempelajari musik Asia Tenggara, terutama gamelan"Kami sangat bangga, gamelan jadi mata kuliah di Amerika," ujarnya
Sejumlah seniman gamelan beberapa kali diundang ke Pittsburgh untuk menjadi dosen tamu atau sekadar berpentas beberapa hari"Njenengan dari Jogja ya, Mas? Berarti, juga bisa nggamel," ujar Slamet, adik Tri, kepada Jawa Pos sembari menyorongkan gendang
Slamet ternyata sudah tidak perlu menggunakan visa di ASDia menyatakan mempunyai green card alias secara resmi boleh tinggal dan bekerja di AS"Oh, ini bejo (beruntung, Red) saja, Mas, kakak saya ini menang lotre," ujarnya sambil menepuk pundak Tri
Tri lantas bercerita soal lotre adiknya"Saya mendaftarkan lotre green card secara online," ungkap diaData dan foto terbaru dimasukkan secara elektronikTidak ada biaya yang perlu dikeluarkan untuk pendaftaran tersebut
Pendaftaran tersebut biasanya dibuka sekitar Oktober sampai November setiap tahunSetelah beberapa bulan hingga satu tahun, Slamet mendapat kiriman surat resmi dari USCIS Department of State di Kentucky, AS, yang berisi pemberitahuan bahwa dirinya lolos seleksi pertama
Slamet lalu diminta mengisi formulir lagi, lengkap dengan data pendidikan, pengalaman kerja, dan data personal lainFormulir itu kemudian dikirim balik ke Kentucky Processing CenterMenurut informasi, ada 100 ribu orang yang mendapat surat pertama itu dan mereka akan disaring lagi sehingga menjadi 50 ribu orang
Sekitar setahun kemudian, Slamet mendapat surat kedua yang berisi panggilan interview di Kedutaan Besar AS di JakartaSetelah dia melalui interview dan tes kesehatan, visa untuk berangkat ke AS diberikanBiaya tes kesehatan dan formulir aplikasi ditanggung sendiri
"Saat interview, ditanyakan siapa yang menjadi sponsor selama tinggal di ASKarena saya sudah di AS, prosesnya lancar," ungkap SlametLulusan SMA di Solo tersebut sekarang bekerja sebagai electrical technician di Inteligistics, sebuah startup company di bidang tracking system dengan teknologi radio.
Tri menyatakan sangat senang dikunjungi siswa-siswa cerdas dari Indonesia"Warga asal Indonesia di Pittsburgh sekitar 200 orang, rata-rata mahasiswa dan bekerja secara profesionalKami juga mengadakan pertemuan bulanan," terang dia
Warga Pittsburgh juga terkenal ramah dan murah hati"Mereka sangat care dengan tetanggaJadi, seperti hidup di kampung sendiri," ujarnya(c11/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DMasiv Keluarkan Album Special Edition
Redaktur : Tim Redaksi