Tri Rismaharini Bongkar Kesuksesan Membina Bledhek Anak Jalanan Bertato

Sabtu, 02 Januari 2021 – 17:40 WIB
Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan bantuan saat kunjungan kerja, Sabtu (2/1). Foto: Humas Kemensos.

jpnn.com, MOJOKERTO - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini alias Bu Risma mengungkap pengalaman dan kisah suksesnya membina anak jalanan selama menjadi wali kota Surabaya. 

Dari sekian banyak anak jalanan yang dibina Pemerintah Kota Surabaya di bawah kepemimpinan Bu Risma, salah satunya ada yang berjuluk Bledhek. 

BACA JUGA: Keinginan Bu Risma Bakal Terwujud, Alhamdulillah

Nah, Bledhek (bahasa Jawa) berarti petir dalam bahasa Indonesia, merupakan salah satu contoh suksesnya Risma dalam membina anak jalanan.

Bu Risma mengungkap bahwa saat pertama kali bertemu Gledhek, badan anak tersebut penuh dengan tato.

BACA JUGA: Mensos Risma Blusukan ke Bantaran Kali Temui Pemulung dan Gelandangan

Perempuan kelahiran Kediri, Jawa Timur, 20 November 1961 itu pun lantas menantang akan membina Bledhek menjadi anak yang berguna, asal yang bersangkutan mau sungguh-sungguh berubah. 

"Ada namanya Bledhek. Saya tanya, "Kamu mau ikut ibu ngga? Badannya penuh tato di sini dan dan sini. (Saya bilang) "Kalau mau ikut ibu dan sekolah hapus (tatonya) semua"," cerita Risma dalam pertemuannya dengan anak-anak jalanan di Yayasan Mojopahit di Balong Cangkring (BC), Kelurahan Pulorejo, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (2/1).

BACA JUGA: Kabar Baik dari Tri Rismaharini, Tiga Bansos Salur Serentak se-Indonesia Awal 2021

Nah, Risma pun mengungkap bahwa sekarang Bledhek sudah berprestasi. Bahkan, kini tengah menempuh pendidikan di bangku kuliah pada salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Surabaya.

"Tiga  tahun lalu Bledhek jadi Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera) di Balai Kota Surabaya. Dan dua tahun lalu dia kuliah di salah satu PTN di Surabaya," kata Risma.

Di hadapan anak-anak jalanan Yayasan Mojopahit, itu Risma pun menghubungi Bledhek melalui saluran telepon.

Risma memperdengarkan percapakannya  dengan Bledhek di hadapan anak-anak yang tumbuh di kawasan eks lokalisasi BC.

Risma minta Bledhek menceritakan kisah masa lalu sebelum mendapatkan pembinaan dari Pemkot Surabaya.

Namun tampaknya, penjelasan Bledhek sebatas kesan-kesan singkat saja, sehingga Risma beberapa kali memotong pernyataan yang bersangkutan.

Risma ingin menjadikan kisah Bledhek sebagai contoh bagi anak-anak di yayasan bahwa bila mereka bersunggguh-sungguh mau berubah menjadi lebih baik, maka kesempatan itu terbuka lebar. 

Mensos Risma memberikan dukungan dan membangkitkan motivasi anak-anak yang mengalami gangguan psikologis karena pernah tumbuh di lokalisasi. 

Perempuan pertama yang menjadi wali kota Surabaya itu meminta anak-anak jalanan ini tidak lari,  dan berani menghadapi kenyataan.

"Jangan lari. Kalau kalian lari dari kenyataan, lalu lari ke narkoba, itu lebih berat lagi. Karena kalau kalian ke narkoba maka tidak akan bisa kembali," nasihat Bu Risma. 

Dia pun mengingatkan kalau mau ikut dengannya, maka sekaranglah saatnya untuk berubah. Menurut Risma, penyesalah di hari tua sudah tidak ada gunanya.

"Ayo anak-anak, mau ikut ibu ngga, tetapi kalian harus bersungguh-sungguh. Memang sulit, tidak mudah tetapi kalau kalian mau ikut ibu, mau berubah harus sekarang. Jangan menyesal kalau sudah tua, tidak ada gunanya," kata Mensos Risma.

Lebih lanjut Risma menuturkan untuk  penanganan terhadap berbagai permasalahan tersebut, ia memetakan apa yang hendak dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat yang ditemuinya.

Menurut Risma, setiap tempat yang ia kunjungi permasalahnnya berbeda-beda, sehingga harus memetakan persoalan dan mencari solusinya.

“Jadi kami coba memetakan apa-apa yang bisa dilakukan, sehingga kami bisa me-review baik sumber daya yang ada di kami atau anggarannya," katanya. 

Di Mojokerto, Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang ia temui  berbeda dengan di lokasi lain. “Ini tadi ada lansia, pengemis, tukang becak, anak jalanan, lah itu treatment beda dengan yang saya lakukan misalnya di Ponorogo,” ungkapnya. 

Lebih lanjut, dalam pencarian solusi, para penghuni eks lokalisasi ini tidak hanya sekadar diberi bantuan. Namun, Risma berharap bantuan yang diberikan mampu membuat para penghuni eks lokasisasi ini mandiri.

“Jadi tidak hanya sekadar dibantu lalu dilepas. Tidak bisa kalau hanya sekadar pendampingan dan pelatihan, marketing nantinya juga kita akseskan. Termasuk dengan bangunan yang ada di sini,” katanya. 

Dalam kesempatan tersebut, Mensos Risma  menyerah secara simbolis bantuan beras Rp 24 juta.

Kemudian bantuan untuk Institusi Penerima Wajib Lapor se-Jawa Timur Rp 166 juta, 80 paket nutrisi untuk 80 anak dampingan Yayasan Majapahit senilai Rp 24 juta. Serta terintegrasi dan pembinaan lanjut IPWL Yayasan Eklesia Rp 36 juta. 

Selain di Balong Cangkring,  rombongan Mensos Risma yang didampingi Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos Harry Hikmat juga menyapa warga penderita kusta di Desa Sumber Glagah, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Di desa ini, terdapat ratusan orang yang menderita kusta. 

Kemensos akan mengomunikasikan penanganan para penderita dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terkait dukungan obat. "Kami bisa supply terus ke warga sini nanti. Kami kan nggak bisa diam melihat ini," kata Bu Risma. (*/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler