Trimedya: Jika SBY Ada Bukti, Kenapa Tak Ditangkap?

Jumat, 17 Juli 2009 – 19:33 WIB
JAKARTA - Ketua Komisi III DPR RI yang membidangi keamanan dalam negeri, Trimedya Pandjaitan dari Fraksi PDIP, meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jangan buru-buru mengeluarkan pernyataan yang dapat meresahkan masyarakat, karena dapat memancing masyarakat untuk bertindak sendiri-sendiri"Apalagi dalam pernyataannya, SBY telah mengarahkan seolah-olah ditujukan pada cawapres yang diusung oleh PDIP dan Gerindra pada pilpres lalu, yakni Prabowo Soebianto," tegas Trimedya di tempat kejadian peristiwa, Hotel JW Marriot, Kuningan, Jakarta, Jumat (17/7).

Kalau benar SBY memiliki bukti-bukti adanya keterlibatan Prabowo dalam aksi-aksi teror seperti yang dinyatakannya dalam konferensi pers siang tadi di Istana, lanjut Trymedia, kenapa tidak langsung ditangkap saja? "Saya yakin Prabowo sama sekali tidak terlibat dalam peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton ini

BACA JUGA: Bom di Kamar 1808 Siap Diledakkan

Kalau memang ada ketidakpuasan dari pihak yang kalah, itu biasa
Tapi menuding orang yang kalah melakukan itu, rasanya juga terlalu dini," ungkapnya.

Trimedya malah menyesalkan jika memang SBY punya bukti-bukti tentang adanya gerakan-gerakan yang mengancam keselamatannya, namun tidak melakukan apapun untuk mencegahnya

BACA JUGA: Sejumlah Pejabat Perusahaan Tambang jadi Korban

"Biasanya mekanisme kerja intelijen itu, orang yang disangka sebagai pelaku ditangkap dahulu, baru kemudian dibeberkan bukti-buktinya kepada publik
Ini sekarang, SBY seolah telah mengungkapkan bukti-bukti, tapi pelakunya belum ada satupun yang tertangkap

BACA JUGA: Dipastikan Bom Bunuh Diri, Dua Pelaku Diidentifikasi

Ini bukan kerja intelijen namanya," tegas Trimedya lagi.

Sementara di tempat terpisah, Wakil Ketua Komisi I DPR, Yusron Ihza Mahendra, mengingatkan berbagai pihak untuk segera menghentikan spekulasi dan aksi saling tuduhPemerintah secara resmi harus memberikan penjelasan yang benarBila penjelasan tidak dilakukan, sangat dimungkinkan ada pihak-pihak tertentu bakal memanfaatkan situasi yang sedang memanas pasca-pilpres ini.

"Spekulasi dan aksi saling tuding harus segera dihentikanPemerintah harus secepatnya mengungkap dan memberikan keterangan yang sebenarnya kepada rakyat Indonesia," kata Yusron.

Yusron mencermati, bahwa kasus meledaknya bom di dua hotel yang letaknya berdekatan dan dalam waktu yang relatif bersamaan itu, mengindikasikan bahwa fungsi intelijen dalam hal ini BIN dan kepolisian (Densus 88), tidak bekerja secara efektif"Kedua institusi yang paling bertanggung jawab itu tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baikSeharusnya, BIN bisa bekerjasama dengan Densus 88 dalam memberikan informasi awalTetapi pada kenyataannya, mereka bekerja dengan sendiri-sendiri," katanya.

Namun, Yusron juga bisa memaklumi berbagai kendala yang dimiliki BIN"Dalam kasus ini, saya tidak bermaksud memojokkan BIN, mengingat beban tugasnya sangat berat sementara sarana dan prasarana sangat terbatas, serta tidak adanya wewenang BIN untuk penyadapanAkibatnya, kerja BIN menjadi terhalang," ujarnya.

Berbeda dengan Trimedya dan Yusron, anggota Komisi I DPR Effendi Choire, menduga bahwa terjadinya ledakan di dua hotel yang mayoritas dikunjungi oleh warga negara asing tersebut, tidak terlepas dari adanya konspirasi luar dan dalam negeri untuk menghancurkan nama cawapres Prabowo Subiyanto"Tidak ada satu alasan pun yang menyebabkan teroris beraksi kembaliPersoalan yang ada, hanya menyangkut masalah pilpres dan KPU, di mana Prabowo menjadi sosok yang paling bersikukuh mempersoalkan kecurangan dalam pilpres tersebut," tutur Effendi.

Menurut dia, kejadian ini bisa menjadi semacam peringatan keras bagi Prabowo untuk tidak macam-macam pada proses pilpresSementara lainnya, adalah soal klub sepakbola Manchester United (MU) yang akan bertandang ke IndonesiaMU bisa dipandang sebagai keberhasilan pemerintah membawanya ke Indonesia lewat PSSI.

Jadi intinya, menurut Effendi, tragedi ini sangat berpotensi bagi siapapun untuk memperkeruh keadaan"Pemerintah harus segera menyelesaikannyaJangan sebaliknya, terjebak dengan berbagai spekulasi," saran Effendi pula(fas/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kamar 1808 Atas Nama Nurdin A


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler