JAKARTA - Sejumlah aktivis dari dekade 80-an berkumpul di Taman Ismail Marzuki (TIM). Mereka mengenang tujuh hari wafatnya aktivis Amir Husin Daulay.
Pada kesempatan tersebut para aktivis membacakan puisi karya WS Rendra. Sebelum meninggal, almarhum Amir sudah memang telah merencanakan acara pembacaan puisi tersebut.
Jangan takut, Ibu!
Jangan mau gigertak
Jangan mau diancam
Karena ketakutan meningkatkan penjajahan
Begitulah kiranya sepenggal puisi berjudul "Jangan Takut Ibu" karya penyair WS Rendra. Puisi tersebut dibacakan oleh Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Trimedya Pandjaitan.
"Amir tahu saya penikmat teater. Amir minta saya harus baca puisi Rendra berjudul Jangan Takut Ibu," kata Trimedya dalam sambutannya, di Galeri Cipta, TIM, Jakarta, Jumat (12/7) malam.
Dia menambahkan, Amir sendiri yang membagikan puisi kepada para aktivis untuk dibacakan. "Kenapa dapat puisi Jangan Takut Ibu? Karena posisi Bu Mega (Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri) yang baru ditinggalkan almarhum Taufiq Kiemas (suami Megawati). Amir sendiri yang bagi puisi-puisi untuk dibacakan para aktivis," imbuh Trimedya yang juga anggota Komisi III DPR.
Dia mengaku mengenal Amir sejak 1987. "Saya tidak bisa menghadiri pemakaman karena sedang di luar negeri," ucapnya.
Seperti diketahui, Amir merupakan aktivis senior pendiri Prodem meninggal dunia 6 Juli 2013. Selain Trimedya, hadir pula di antaranya Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila, Kepala BN2TKI Jumhur Hidayat, anggota Komisi III dari Fraksi Gerindra, Desmond Junaedi Mahesa dan dari Fraksi PDIP Eva Kusuma Sundari.
"Dalam keseharian saya dampingi almarhum Amir. Saya sendiri tidak tahu aktivis itu apa, makhluk apa," kata isteri mendiang Amir, Sri Hidayati.
Sri akhirnya menyadari bahwa aktivis itu komitmen seumur hidup. "Aktivis itu adalah komitmen tidak luntur dan menyatu dalam kehidupan sehari-hari," ucapnya.
Dia mengaku beruntung mempunyai suami seperti Amir. "Meski telah wafat, beliau masih dikelingi sahabat yang mencintai beliau," ucapnya.
Dia menceritakan ketika Amir membeli buku kumpulan WS Rendra berjudul "Doa untuk Anak Cucu". "Buku itu tidak pernah lepas dari tangan beliau. Beliau baca sampai meneteskan air mata. Beliau katakan, berapa puluh tahun yang lalu ya puisi ini ditulis. Saya lihat beliau terkesan," tuturnya," tandasnya. (jpnn)
Pada kesempatan tersebut para aktivis membacakan puisi karya WS Rendra. Sebelum meninggal, almarhum Amir sudah memang telah merencanakan acara pembacaan puisi tersebut.
Jangan takut, Ibu!
Jangan mau gigertak
Jangan mau diancam
Karena ketakutan meningkatkan penjajahan
Begitulah kiranya sepenggal puisi berjudul "Jangan Takut Ibu" karya penyair WS Rendra. Puisi tersebut dibacakan oleh Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Trimedya Pandjaitan.
"Amir tahu saya penikmat teater. Amir minta saya harus baca puisi Rendra berjudul Jangan Takut Ibu," kata Trimedya dalam sambutannya, di Galeri Cipta, TIM, Jakarta, Jumat (12/7) malam.
Dia menambahkan, Amir sendiri yang membagikan puisi kepada para aktivis untuk dibacakan. "Kenapa dapat puisi Jangan Takut Ibu? Karena posisi Bu Mega (Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri) yang baru ditinggalkan almarhum Taufiq Kiemas (suami Megawati). Amir sendiri yang bagi puisi-puisi untuk dibacakan para aktivis," imbuh Trimedya yang juga anggota Komisi III DPR.
Dia mengaku mengenal Amir sejak 1987. "Saya tidak bisa menghadiri pemakaman karena sedang di luar negeri," ucapnya.
Seperti diketahui, Amir merupakan aktivis senior pendiri Prodem meninggal dunia 6 Juli 2013. Selain Trimedya, hadir pula di antaranya Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila, Kepala BN2TKI Jumhur Hidayat, anggota Komisi III dari Fraksi Gerindra, Desmond Junaedi Mahesa dan dari Fraksi PDIP Eva Kusuma Sundari.
"Dalam keseharian saya dampingi almarhum Amir. Saya sendiri tidak tahu aktivis itu apa, makhluk apa," kata isteri mendiang Amir, Sri Hidayati.
Sri akhirnya menyadari bahwa aktivis itu komitmen seumur hidup. "Aktivis itu adalah komitmen tidak luntur dan menyatu dalam kehidupan sehari-hari," ucapnya.
Dia mengaku beruntung mempunyai suami seperti Amir. "Meski telah wafat, beliau masih dikelingi sahabat yang mencintai beliau," ucapnya.
Dia menceritakan ketika Amir membeli buku kumpulan WS Rendra berjudul "Doa untuk Anak Cucu". "Buku itu tidak pernah lepas dari tangan beliau. Beliau baca sampai meneteskan air mata. Beliau katakan, berapa puluh tahun yang lalu ya puisi ini ditulis. Saya lihat beliau terkesan," tuturnya," tandasnya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tes CPNS 2013 Dimajukan September
Redaktur : Tim Redaksi