Tidak ada yang mengira bahwa Ustaz Rohim adalah mantan narapidana yang sering keluar masuk penjara. Beragam tindak kriminal pernah dia lakoni hingga tujuh kali masuk bui. Tapi, kini kehidupannya berubah 180 derajat. Berbagai aktivitas keagamaan selalu mewarnai hari-harinya
===================
Ustaz Rohim, kini orang memanggilnya. Pria berperawakan sedang asal Desa Sido Mukti, Mbrondong, perbatasan Kabupaten Tuban dan Lamongan yang kini hidup menetap di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) ini, adalah mantan nara pidana yang telah banyak menelan pahit getirnya kehidupan dunia hitam yang dulu ia jalani.
Tujuh Kali keluar masuk penjara tentu bukan hal yang mudah bisa kembali hidup berdampingan dan diterima masyarakat, apalagi bisa menjadi tokoh agama yang kini selalu aktif dibidang keagamaan.
Perjalanan hidup pria yang kini dikaruniai tiga orang anak ini, cukup berliku dan penuh cerita menarik sampai dia akhirnya mendapat gelar ustaz di kalangan masyarakat.
Gus Rohim, sapaan akrab Ustaz Rohim, sejak usia remaja lebih banyak hidup di perantauan. Pergaulannya juga tidak terbatas hingga membuatnya pernah terjerembab ke dalam kehidupan yang keras dan kriminal.
“Sejak tahun 1982 saya sudah merantau, pergaulan saya sampai kenal kedunia preman, dari miras, narkoba dan perkelahian sudah pernah saya rasakan. Bahkan saya sering keluar masuk penjara, bahkan sampai petugas hafal dengan saya,” ungkap pria yang kini berusia 45 tahun ini.
Beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LP) yang pernah dia masuki akibat perbuatannya adalah, LP Surabaya di tahun 1984, LP Muara Enim Palembang (1987), LP Bojonegoro (1989), hingga akhirnya dia berubah setelah dari LP Klas IIB Pangkalan Bun di tahun 2005.
“Dari semua LP yang saya sebutkan, saya terhitung sudah tujuh kali keluar masuk, mayoritas akibat perkelahian (penganiyaan). Mungkin kalau dulu saya boleh dibilang target operasi (TO),” kenang Gus Rohim dibincangi media ini di kediamannya Jalan Matnor.
Diakui Gus Rohim, setelah dia berada di LP Pangkalan Bun, dia merasakan sudah pada puncak kehancuran hidupnya. Baik hancur dari sisi ekonomi, keluarga dan semuanya. Saat ia dipenjara selama tiga bulan akibat kasus penganiayaan di LP Pangkalan Bun, dia merasa tergerak hatinya untuk membalas semua apa yang pernah ia lakukan.
“Sampai saat ini, dalam hati saya, ingin membalas semua, kalau dulu ada undangan minum (mabuk) dimana saja saya hadir, sekarang saya balas, ada undangan pengajian dimana saja kalau tidak ada halangan mendesak saya juga akan hadir,” jelasnya.
Sejak 2005, dia mengaku mulai membenahi hidup, tekatnya yang kuat untuk berubah mendapat Ridho dari Yang Maha Kuasa. Rasa ingin berubah dan membenahi hidup diakui muncul dari puncak hancurnya kehidupan. Saat menjalani masa hukuman dia mengaku lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca Alquran, hingga khatam berkali-kali.
Niat untuk mengubah kehidupan pun berlanjut, yang dulu banyak bergaul dengan preman dan pemabuk serta narkoba, pascakeluar LP Pangkalan Bun lebih banyak bergaul dengan para ustaz dan guru mengaji. Yang dulunya sering berpakaian tidak senonoh, dibalasnya dengan berpakaian muslim.
“Saya merasa berhutang, jadi kenapa saya balik semua dan berubah secara drastis. Awalnya saya ditertawakan memakai sarung dan berpakaian sopan, tapi sekarang malah sebaliknya kalau pakaiannya kurang sopan malah ditertawakan,” paparnya sambil tersenyum.
Dia kini mengembangkan salawatan Rodibul Hadad yang digelar seminggu sekali, bahkan ia juga merintis membangun musala tepat di depan rumahnya. Selain itu, tidak jarang para mantan napi setelah keluar dan jauh dari sanak saudara menjadikan Gus Rohim sebagai rujukan untuk bertukar pikiran dan minta nasehat.
Setiap Kamis dan Senin, dia juga aktif menggelar sholat berjamaah di Gedung Nahdatul Ulama (NU) serta wirid bersama. “Alhamdulillah sekarang, kehidupan bisa normal, keluarga sudah kembali, masalah ekonomipun mengikuti saja. Saya berharap jangan meniru saya, kehidupan tidak akan pernah nyaman jika kita tidak taat pada aturan yang telah ditetapkan,” ucap pemilik Bengkel Mobil Ar Rohim ini. (sam)
===================
Ustaz Rohim, kini orang memanggilnya. Pria berperawakan sedang asal Desa Sido Mukti, Mbrondong, perbatasan Kabupaten Tuban dan Lamongan yang kini hidup menetap di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) ini, adalah mantan nara pidana yang telah banyak menelan pahit getirnya kehidupan dunia hitam yang dulu ia jalani.
Tujuh Kali keluar masuk penjara tentu bukan hal yang mudah bisa kembali hidup berdampingan dan diterima masyarakat, apalagi bisa menjadi tokoh agama yang kini selalu aktif dibidang keagamaan.
Perjalanan hidup pria yang kini dikaruniai tiga orang anak ini, cukup berliku dan penuh cerita menarik sampai dia akhirnya mendapat gelar ustaz di kalangan masyarakat.
Gus Rohim, sapaan akrab Ustaz Rohim, sejak usia remaja lebih banyak hidup di perantauan. Pergaulannya juga tidak terbatas hingga membuatnya pernah terjerembab ke dalam kehidupan yang keras dan kriminal.
“Sejak tahun 1982 saya sudah merantau, pergaulan saya sampai kenal kedunia preman, dari miras, narkoba dan perkelahian sudah pernah saya rasakan. Bahkan saya sering keluar masuk penjara, bahkan sampai petugas hafal dengan saya,” ungkap pria yang kini berusia 45 tahun ini.
Beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LP) yang pernah dia masuki akibat perbuatannya adalah, LP Surabaya di tahun 1984, LP Muara Enim Palembang (1987), LP Bojonegoro (1989), hingga akhirnya dia berubah setelah dari LP Klas IIB Pangkalan Bun di tahun 2005.
“Dari semua LP yang saya sebutkan, saya terhitung sudah tujuh kali keluar masuk, mayoritas akibat perkelahian (penganiyaan). Mungkin kalau dulu saya boleh dibilang target operasi (TO),” kenang Gus Rohim dibincangi media ini di kediamannya Jalan Matnor.
Diakui Gus Rohim, setelah dia berada di LP Pangkalan Bun, dia merasakan sudah pada puncak kehancuran hidupnya. Baik hancur dari sisi ekonomi, keluarga dan semuanya. Saat ia dipenjara selama tiga bulan akibat kasus penganiayaan di LP Pangkalan Bun, dia merasa tergerak hatinya untuk membalas semua apa yang pernah ia lakukan.
“Sampai saat ini, dalam hati saya, ingin membalas semua, kalau dulu ada undangan minum (mabuk) dimana saja saya hadir, sekarang saya balas, ada undangan pengajian dimana saja kalau tidak ada halangan mendesak saya juga akan hadir,” jelasnya.
Sejak 2005, dia mengaku mulai membenahi hidup, tekatnya yang kuat untuk berubah mendapat Ridho dari Yang Maha Kuasa. Rasa ingin berubah dan membenahi hidup diakui muncul dari puncak hancurnya kehidupan. Saat menjalani masa hukuman dia mengaku lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca Alquran, hingga khatam berkali-kali.
Niat untuk mengubah kehidupan pun berlanjut, yang dulu banyak bergaul dengan preman dan pemabuk serta narkoba, pascakeluar LP Pangkalan Bun lebih banyak bergaul dengan para ustaz dan guru mengaji. Yang dulunya sering berpakaian tidak senonoh, dibalasnya dengan berpakaian muslim.
“Saya merasa berhutang, jadi kenapa saya balik semua dan berubah secara drastis. Awalnya saya ditertawakan memakai sarung dan berpakaian sopan, tapi sekarang malah sebaliknya kalau pakaiannya kurang sopan malah ditertawakan,” paparnya sambil tersenyum.
Dia kini mengembangkan salawatan Rodibul Hadad yang digelar seminggu sekali, bahkan ia juga merintis membangun musala tepat di depan rumahnya. Selain itu, tidak jarang para mantan napi setelah keluar dan jauh dari sanak saudara menjadikan Gus Rohim sebagai rujukan untuk bertukar pikiran dan minta nasehat.
Setiap Kamis dan Senin, dia juga aktif menggelar sholat berjamaah di Gedung Nahdatul Ulama (NU) serta wirid bersama. “Alhamdulillah sekarang, kehidupan bisa normal, keluarga sudah kembali, masalah ekonomipun mengikuti saja. Saya berharap jangan meniru saya, kehidupan tidak akan pernah nyaman jika kita tidak taat pada aturan yang telah ditetapkan,” ucap pemilik Bengkel Mobil Ar Rohim ini. (sam)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cuaca Ekstrem Mengancam
Redaktur : Tim Redaksi