DAMASKUS - Oposisi Syria membebaskan 48 warga Iran yang mereka tawan sejak awal Agustus tahun lalu. Kemarin (9/1) Free Syrian Army atau FSA (kubu oposisi bersenjata) menukarkan kebebasan 48 peziarah Syiah itu dengan 2.310 tawanan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Selain warga Syria, tawanan pemerintah itu berasal dari Turki dan sejumlah negara lain.
"Ini adalah hasil diplomasi sipil yang kami lakukan berbulan-bulan," kata Serkan Nergis, jubir Humanitarian Relief Foundation (IHH), organisasi amal asal Turki yang terlibat dalam negosiasi.
Selain oposisi Syria dan IHH, Iran juga terlibat aktif dalam negosiasi. Pertukaran tawanan itu kali pertama sejak Syria jatuh ke dalam krisis pada Maret 2011.
Jubir FSA Ahmed al-Khatib membenarkan pertukaran tawanan itu. Begitu bebas, para tawanan langsung menuju bus-bus yang sudah dipersiapkan untuk selanjutnya pulang ke negara asal masing-masing. Selain dibantu Turki dan Iran, kata Khatib, pertukaran tawanan itu terwujud berkat bantuan Qatar. Beberapa tawanan yang bebas berdasar kesepakatan pertukaran tersebut juga berasal dari Qatar.
Kemarin televisi Iran memberitakan bahwa 48 warga negaranya yang ditawan oleh oposisi Syria akhirnya bebas. Tetapi, laporan itu tidak disertai dengan tayangan gambar (foto). Pada 5 Agustus tahun lalu, setelah menangkap para warga Iran itu, FSA merilis video yang memperlihatkan bahwa para tawanan tersebut mengantongi kartu identitas militer. FSA yakin rombongan itu bukan peziarah, tetapi personel Garda Revolusi (tentara Iran) yang membantu rezim Assad.
Saat itu, FSA mengancam membunuh para tawanan Iran itu. Kecuali, rezim Assad berhenti melancarkan aksi militer terhadap oposisi. FSA yakin para personel Garda Revolusi itu memberikan bantuan militer kepada pasukan Assad. Apalagi, Teheran dan Damaskus merupakan sekutu dekat. Iran juga tetap membela Assad meski dunia internasional terus mendesak agar dia mundur.
Pada 8 Agustus lalu, Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi mengakui bahwa beberapa peziarah asal negerinya itu memang personel Garda Revolusi. "Tapi, mereka sudah pension dan berkunjung ke Syria sebagai peziarah, bukan mengusung misi militer," tuturnya. Dia juga membantah bantuan militer yang diberikan Iran untuk rezim Assad.
Secara terpisah, Garda Revolusi Iran menyatakan bahwa mereka memang mengirim personelnya ke Syria. Namun, pengiriman dilakukan setelah terjadi penculikan peziarah Syiah. "Kami memberangkatkan Quds Force, pasukan elite Garda Revolusi, ke Syria pada 16 September 2012," kata Jenderal Mohammad Ali Jafari, komandan Garda Revolusi.
Jafari menegaskan bahwa Quds Force sama sekali tidak melakukan pelatihan militer terhadap pasukan pemerintah. "Mereka hanya menjadi penasihat saja dan memberikan konsultasi strategi kepada pasukan Syria yang sedang memerangi pemberontak," ungkapnya. Tapi, Salehi buru-buru menambahkan bahwa tak ada kehadiran resmi militer Iran di Syria. (AFP/AP/hep/dwi)
"Ini adalah hasil diplomasi sipil yang kami lakukan berbulan-bulan," kata Serkan Nergis, jubir Humanitarian Relief Foundation (IHH), organisasi amal asal Turki yang terlibat dalam negosiasi.
Selain oposisi Syria dan IHH, Iran juga terlibat aktif dalam negosiasi. Pertukaran tawanan itu kali pertama sejak Syria jatuh ke dalam krisis pada Maret 2011.
Jubir FSA Ahmed al-Khatib membenarkan pertukaran tawanan itu. Begitu bebas, para tawanan langsung menuju bus-bus yang sudah dipersiapkan untuk selanjutnya pulang ke negara asal masing-masing. Selain dibantu Turki dan Iran, kata Khatib, pertukaran tawanan itu terwujud berkat bantuan Qatar. Beberapa tawanan yang bebas berdasar kesepakatan pertukaran tersebut juga berasal dari Qatar.
Kemarin televisi Iran memberitakan bahwa 48 warga negaranya yang ditawan oleh oposisi Syria akhirnya bebas. Tetapi, laporan itu tidak disertai dengan tayangan gambar (foto). Pada 5 Agustus tahun lalu, setelah menangkap para warga Iran itu, FSA merilis video yang memperlihatkan bahwa para tawanan tersebut mengantongi kartu identitas militer. FSA yakin rombongan itu bukan peziarah, tetapi personel Garda Revolusi (tentara Iran) yang membantu rezim Assad.
Saat itu, FSA mengancam membunuh para tawanan Iran itu. Kecuali, rezim Assad berhenti melancarkan aksi militer terhadap oposisi. FSA yakin para personel Garda Revolusi itu memberikan bantuan militer kepada pasukan Assad. Apalagi, Teheran dan Damaskus merupakan sekutu dekat. Iran juga tetap membela Assad meski dunia internasional terus mendesak agar dia mundur.
Pada 8 Agustus lalu, Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi mengakui bahwa beberapa peziarah asal negerinya itu memang personel Garda Revolusi. "Tapi, mereka sudah pension dan berkunjung ke Syria sebagai peziarah, bukan mengusung misi militer," tuturnya. Dia juga membantah bantuan militer yang diberikan Iran untuk rezim Assad.
Secara terpisah, Garda Revolusi Iran menyatakan bahwa mereka memang mengirim personelnya ke Syria. Namun, pengiriman dilakukan setelah terjadi penculikan peziarah Syiah. "Kami memberangkatkan Quds Force, pasukan elite Garda Revolusi, ke Syria pada 16 September 2012," kata Jenderal Mohammad Ali Jafari, komandan Garda Revolusi.
Jafari menegaskan bahwa Quds Force sama sekali tidak melakukan pelatihan militer terhadap pasukan pemerintah. "Mereka hanya menjadi penasihat saja dan memberikan konsultasi strategi kepada pasukan Syria yang sedang memerangi pemberontak," ungkapnya. Tapi, Salehi buru-buru menambahkan bahwa tak ada kehadiran resmi militer Iran di Syria. (AFP/AP/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diakui PBB, Negara Palestina Gunakan Logo Baru
Redaktur : Tim Redaksi