Turkiye...! Dan Politik Identitas Eropa

Senin, 23 Juni 2008 – 12:25 WIB
Andi A Mallarangeng

Turkiye...Turkiye...! Pekik kemenangan pendukung-pendukung Turki di jalan-jalan kota Wina, Austria, berlanjut sepanjang malamHari itu memang hari yang luar biasa, Turki baru saja menang melawan Kroasia di perempat final Euro 2008

Bukan cuma kemenangan itu, tapi juga bagaimana kemenangan itu diraih
Bayangkan, dua menit sebelum peluit panjang berbunyi di babak ke dua perpanjangan waktu, Turki kebobolan oleh KroasiaPelatih Kroasia Slaven Bilic dan pemain-pemainnya sudah merayakan kemenangan yang ada di depan mata
Tiba-tiba, di menit terakhir, sebuah tendangan jarak jauh membuat Turki menyamakan kedudukan
Apa yang terjadi sesudah itu telah menjadi sejarahMental pemain Kroasia jatuhLutut mereka goyah, bahkan ‘meleleh.’ Dalam adu penalti, dua tendangan Kroasia melenceng, satu diblok kiper Turki Rustu,  dan hanya satu tendangan Kroasia yang berhasilSebaliknya, semua tendangan Turki menggetarkan gawang KroasiaSkor 3-1 untuk Turki.
Sebelumnya lagi, dalam pertandingan yang menentukan di Grup A, Turki juga menghancurkan harapan Ceko, yang dianggap kuda hitam di Euro 2008 ini, dengan skor 3-2.  Juga dengan gol kemenangan di menit-menit terakhir, walaupun Ceko lebih dahulu unggul 2-0Di Grup A, Turki juga mengalahkan Swiss dengan 1-0, tanpa balas.
Malang melintangnya Turki dalam Euro 2008 ini punya implikasi yang jauh lebih luas dari sekedar kemenangan dalam suatu kejuaraan sepakbola akbarTapi ini juga menyangkut sejarah dan politik identitas Eropa dalam konteks Uni EropaDalam konteks sepakbola, Turki adalah bagian dari Eropa, makanya kesebelasan Turki bisa berlaga dalam Euro 2008 iniTapi dalam konteks masyarakat Uni Eropa, sampai sekarang permohonan Turki menjadi anggotanya masih teratung-katung.
Sebagian negara-negara Uni Eropa menolak keanggotaan Turki karena alasan identitas keeropaan, latar belakang kultural, atau sejarahBagi mereka, Turki bukanlah bagian dari masyarakat Eropa, dan lebih cocok dimasukkan sebagai negara Asia Tengah, atau bahkan Timur TengahMemang, kalau melihat peta dunia, sebagian wilayah Turki berada di benua AsiaTetapi sebagian lagi melintasi selat Bosphorus, dan berada di benua Eropa.
Sebagian argumen penolakan Turki juga karena latar belakang kultural terutama agamaCukup banyak masyarakat Eropa yang memaknai identitas masyarakat Eropa sebagai masyarakat Judeo-KristianiTurki yang Muslim menjadi tidak sejalan dengan konsepsi identitas seperti ituMunculnya pemerintahan dan partai politik konservatif di sejumlah negara Eropa membuat isu anti imigran, seringkali dibarengi dengan isu anti-Muslim, mencuat sebagai salah satu isu pokok dalam politik EropaWarga Turki yang banyak menjadi pendatang di banyak negara Eropa tentu terkena imbasnya secara langsung.
Yang tidak kalah pentingnya adalah faktor sejarahSejarah Perang Salib antara Dunia Kristiani dan Dunia Islam adalah sejarah yang masih punya efek sampai sekarang di  sebagian masyarakat EropaKerajaan Turki Ottoman mewakili kekuatan Dunia Islam yang menggempur sampai di pintu kota Wina beberapa abad yg laluBahkan daerah Balkan, termasuk yang sekarang menjadi bagian Kroasia pernah di bawah kekuasaan TurkiBosnia yang Muslim adalah sisa-sisa pengaruh Turki di daerah BalkanDan itu pulalah yang membuat mereka menjadi target keganasan Serbia
Tapi Dunia sepakbola ternyata lebih arif daripada dunia politikTerbukti, Turki sudah menjadi bagian yang sah dari masyarakat sepakbola EropaBukan hanya dalam Euro 2008 ini, tetapi juga dalam liga sepakbola profesional Eropa, seperti Piala Champions dan Piala UEFAKemenangan-demi kemenangan Turki dalam Euro 2008 ini juga memperlihatkan kelas Turki yang sejajar dengan negara-negara Eropa lainnya
Kehadiran Turki justeru memperkaya dunia sepakbola Eropa, dengan gaya permainan menyerang, dan semangat pantang menyerahLihatlah permainan kesebelasan Turki di Euro 2008 ini, lihat pula Galatasaray dalam Piala Champions dan  Piala UEFATengok bagaimanan pelatih Fatih Terim memberi semangat pada pasukannyaDengan pendukung-pendukungnya yang fanatik, Turki menjadi kekuatan baru sepakbola Eropa.
Kita belum tahu, apakah Turki akan mampu melewati kesebelasan Der Panzer Jerman, yang sudah menjadi kekuatan tradisional EropaKita juga belum tahu apakah Turki bisa menjadi juaraTapi coba lihat, sampai sejauh ini, semua juara grup terjungkal di perempat final, walau kita belum tahu nasib Spanyol ketika tulisan ini ditulisKejutan-kejutan seperti Denmark di tahun1992 dan Yunani di tahun 2004 bisa terjadi dalam Piala Eropa.
Kemenangan-kemenangan Turki, apalagi jika sampai menjadi juara, tak bisa tidak, akan mempengaruhi politik identitas masyarakat EropaSebagian mungkin akan semakin merasa terancam dengan kehadiran Turki di tengah mayarakat Uni EropaTapi sebagian lagi mungkin semakin terbuka melihat Turki sebagai bagian yang sah dari masyarakat Uni Eropa.
Pemikiran mana yang akan mendominasi konsepsi masyarakat Eropa tentang Turki pasca Euro 2008 ini, menarik untuk dicermatiBukan tidak mungkin, perubahan dalam peradaban, termasuk dalam konsepsi identitas keeropaan, justeru dimulai dari sepakbolaApapun terjadi nantinya, mari kita nikmati Euro 2008, sambil berharap munculnya drama-drama menegangkan dan tentunya gol-gol yang indahTurkiye...Turkiye...!

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler