KAIRO - Presiden Mesir Muhammad Mursi akhirnya membuktikan janjinya dan komitmennya untuk bertindak tegas terhadap kelompok militan Islam di negerinya. Tokoh dari Ikhwanul Muslimin, organisasi Islam terbesar dan paling berpengaruh di dunia Arab, itu telah memerintahkan militer Mesir menjaga dan mengontrol Semenanjung Sinai pasca-serangan berdarah oleh militan Islam.
Kemarin (8/8) militer Mesir melancarkan serangan udara ke wilayah gurun yang berbatasan dengan Israel tersebut. Serangan itu menewaskan sedikitnya 20 tersangka militan yang diyakini bertanggung jawab atas insiden pada Selasa malam (7/8) dan Minggu lalu (5/8).
Serangan udara di kawasan Tumah itu menjadi operasi militer terbesar pertama yang dilakukan Mesir di Sinai selama hampir empat dekade terakhir. Militer mengerahkan sejumlah helikopter tempur Apache untuk mendukung operasi besar-besaran tersebut. Sementara helikopter militer membombardir dari udara, pasukan Infanteri Divisi II juga menyerbu sarang militan dari darat.
"Militer melancarkan serangan besar-besaran di dekat perbatasan Rafah dan Gaza. Sedikitnya, 20 teroris (militan) tewas," kata seorang pejabat militer Mesir yang tidak mau disebutkan namanya kemarin.
Dia menyebut operasi militer tersebut sebagai tindakan balasan atas serangan militan pada Selasa malam terhadap empat pos pemeriksaan. Sebanyak 16 tentara Mesir tewas. Lantas, beberapa hari kemudian (Minggu lalu), militan Islam menyerbu pos perbatasan dan melukai polisi Mesir.
Setelah serangan oleh kelompok militan tersebut, Mesir langsung menutup wilayah perbatasan di Sinai. Selain itu, Mesir juga menutup hingga waktu yang tidak ditentukan pintu perlintasan di perbatasan Rafah.
Mursi, yang resmi menjabat presiden pada 30 Juni lalu, geram atas serangan militan itu. Ketua Partai Kebebasan dan Keadilan atau FJP (Hizb Al-Hurriya wa Al-’Adala), partai politik yang menjadi sayap Ikhwanul Muslimin, itu langsung menginstruksikan militer bertindak.
Selain menggempur kawasan Tumah di Semenanjung Sinai yang diyakini sebagai sarang militan, militer Negeri Piramid itu juga melancarkan serangan ke beberapa lokasi di utara. Antara lain, serangan ke Kota Sheikh Zuwayid yang terletak tak terlalu jauh dari Tumah. "Operasi militer masih berlangsung dan wilayahnya semakin luas," ungkap seorang pejabat militer Mesir di kawasan utara Sinai.
Secara terpisah, Kantor Berita MENA justru melaporkan serangan di Sinai itu dalam versi yang berbeda. Dalam laporannya kemarin, kantor berita milik pemerintah Mesir itu menyatakan bahwa militer tidak melibatkan armada udara saat melancarkan serangan. Sebaliknya, helikopter-helikopter Apache yang sedang berpatroli justru menjadi target serangan kelompok militan bersenjata.
"Teroris menembakkan roket dan peluru dari senapan otomatis mereka ke arah helikopter yang sedang berpatroli. Tetapi, tembakan-tembakan itu tidak mengenai sasaran dan personel militer yang berada di darat langsung melancarkan serangan balasan," papar MENA dalam siarannya kemarin.
Dalam serangan tersebut, militer Mesir berhasil memukul militan di perbatasan dan menewaskan sekitar 20 orang. Serangan di Sinai itu menjadi bukti keseriusan dari pemerintahan Mursi untuk memerangi militan. Pengganti Hosni Mubarak itu berusaha mengubah citra militer Mesir yang selama ini dianggap loyo ketika berhadapan dengan militan.
Ironisnya, militer di era Mubarak justru selalu bertindak bengis dan brutal saat berhadapan dengan para pengunjuk rasa. Kali terakhir, militer Mesir menggempur militan di Sinai pada 1973.
Beberapa hari terakhir, ketegangan terus menyelimuti perbatasan Mesir dan Israel tersebut. Setelah serangan yang menewaskan 16 tentara penjaga perbatasan Mesir Minggu lalu, militan Islam juga menyerang empat pos pemeriksaan militer di dekat Kota El-Arish. Kementerian Dalam Negeri Mesir melaporkan bahwa serangan pada Selasa malam itu melukai tiga personel kepolisian.
Minggu lalu, bentrok antara militer Mesir dan militan Islam sempat merembet ke Israel. Pasalnya, militan yang berhasil merebut kendaraan militer nekat menyeberang ke wilayah Israel. Aksi militan itu berakhir setelah pasukan Israel mengerahkan helikopter tempur untuk menghentikan secara paksa kendaraan militer sitaan tersebut. Senin lalu (6/8) Israel memulangkan ke Mesir jenazah sekitar enam militan yang tewas di wilayahnya.
Pemerintahan Mursi menyalahkan militan Badui dan kelompok ekstremis Palestina sebagai pelaku serangan di Sinai tersebut. Karena itulah, Mesir pun langsung menutup terowongan-terowongan di perbatasannya dengan Israel yang diyakini sebagai jalur penyelundupan senjata ilegal. Militan dari kedua negara juga menggunakan terowongan-terowongan itu sebagai jalur pelarian. (AFP/AP/RTR/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusia Bentuk Satuan Anti Pedopilia
Redaktur : Tim Redaksi