jpnn.com - NEWYORK--Situs jejaring sosial Twitter berencana melakukan penawaran saham perdananya kepada publik (IPO) di lantai bursa Wall Street. IPO ini adalah yang paling ditunggu-tunggu pelaku pasar sejak penawaran saham perdana Facebook tahun lalu.
"Kami telah mengajukan sejumlah dokumen yang menjadi persyaratan dalam rangka dimulainya penjualan saham perdana," kata perusahaan itu, melalui kicauan di laman Twitter resminya.
BACA JUGA: iPhone Terbaru Kemahalan, Saham Apple Terpukul
Namun, Twitter tak merinci kapan IPO akan benar-benar dimulai juga tak ada penjelasan lain tentang nilai saham.
Dalam aturan bursa AS setelah dokumen persyaratan diserahkan untuk proses IPO selanjutnya calon emiten akan masuk periode senyap dimana perusahaan dilarang bicara pada media.
BACA JUGA: AMD Luncurkan Tiga Prosesor Baru Generasi APU
Menurut situs resmi SEC, sebuah perusahaan dibolehkan merilis prospektus rahasia untuk publik jika sahamnya diklasifikasikan sebagai perusahaan yang baru tumbuh dengan pendapatan kurang dari USD 1 miliar.
Namun sejauh ini Twitter telah dievaluasi kalangan investor memiliki nilai lebih dari USD S10 miliar atau sekitar Rp 111 triliun, dan diprediksi akan merauh pendapatan sebesar USD 583 juta tahun ini.
BACA JUGA: Ilmuwan Hampir Temukan Vaksin untuk Pasien HIV
Untuk urusan bisnis, Twitter juga sangat sigap meneruskan ekspansi termasuk dengan pembelian layanan khusus ponsel MoPub, Senin (9/9) lalu.
Layanan ini fokus pada penggantian iklan dalam ponsel yang dilaporkan dibeli Twitter senilai USD 350 juta sebagai upayanya untuk mendongkrak perolehan pendapatan dari iklan.
Pengamat juga antusias melihat bagaimana Twitter akan belajar IPO Facebook bulan Mei tahun lalu. Meski mulanya disambut dengan tak sabar, belakangan nilai sahamnya melorot dan kemudian melonjak kembali musim panas tahun ini.
"Twitter adalah bagian akhir dari jejaring sosial yang sudah sangat mapan untuk proses IPO - kita sudah lihat pengalaman Facebook dan LinkedIn," kata Colin Gillis, pengamat spesialis perusahaan teknologi pada lembaga analis BGC Partners, New York.
Menurut Gillis tak bisa diperkirakan berapa besar permintaan untuk saham Twitter sampai perusahaan itu merilis valuasi harga sahamnya.
"Ada beberapa masalah seperti berapa besar arus pendapatan yang bisa didapat diluar iklan, dampak makin banyaknya pengguna yang memakai layanan ini melalui ponsel," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... India Segera Luncurkan Misi ke Mars
Redaktur : Tim Redaksi