Ubah Halaman Rumah Jadi Hutan Liar dengan Ungardening

Senin, 05 Agustus 2019 – 23:15 WIB
Berkebun adalah serangkaian kesibukan yang meliputi aktivitas memotong rumput, menyiram tanaman, dan menyemprotkan antihama. Namun, tren yang sedang berkembang di AS berkebalikan dengan itu. Istilahnya ungardening

jpnn.com, WASHINGTON - Anna Burger membangun impiannya sebagai pensiunan dari rumah. Tepatnya, halaman rumah. Perempuan yang pernah menjadi koordinator serikat pekerja itu menciptakan "hutan" di kediamannya di pusat Kota Washington. Dan, memang "hutan" itulah yang menjadi impiannya sejak dulu. Area hijau yang menjadi habitat satwa liar. Terutama, burung dan tupai.

Kicau burung membangunkan Burger dan sang suami Earl Gohl tiap pagi. Kupu-kupu dan tupai rutin mengunjungi "hutan" di halaman rumah mereka. Semua itu berkat ungardening. Jika berkebun adalah merapikan tanaman, sebaliknya dengan ungardening.

BACA JUGA: Prediksi Peneliti soal Kondisi Cuaca 30 Tahun ke Depan, Sangat Mengkhawatirkan

Burger dan Gohl sengaja meliarkan tanaman di halaman. Rumah yang mereka tempati sejak 1990-an tidak lagi terlihat sebagai hunian yang jaraknya hanya semenit dari stasiun metro Washington. Rumah itu tertutup "hutan".

"Kami tahu bahwa menyemprotkan bahan kimia untuk membuat kebun menjadi hijau adalah kesia-siaan," papar Burger seperti dikutip Agence France-Presse. Selain itu, menurut dia, penghijauan palsu dengan bantuan pestisida menjadikan tanaman di halaman tidak aman bagi anak-anak.

BACA JUGA: KLHK Sosialisasikan Pengendalian Perubahan Iklim di ICCFE 2019

Karena itu, Burger dan Gohl serta para pelaku ungardening yang lain tidak menyentuh pestisida sama sekali. Tujuan utama mereka adalah mengembalikan ekosistem alami lingkungan di sekitar tempat tinggal. Mulai tanaman yang memang layak dipelihara sampai parasitnya. Juga, hewan pengerat dan serangga yang suka menghinggapi tanaman tertentu. Tanaman dan ekosistemnya dibiarkan tumbuh dan berkembang alami tanpa campur tangan pupuk dan pestisida.

Beberapa blok dari rumah Burger, Jim Nichols menerapkan laku yang sama. Dia bahkan mendapatkan sertifikat habitat liar dari salah satu LSM di Washington. Dalam sertifikat itu, tertulis bahwa pekarangan Nichols punya "infrastruktur" memadai bagi hewan-hewan liar. Baik sumber makanan, area untuk membuat sarang, hingga pasokan air.

BACA JUGA: Ternyata Seperti Ini Manfaat Berkebun Bagi Kesehatan

Yang paling penting, tidak ada setetes pun pestisida di halaman rumah Nichols. Semua prasyarat itu membuat lebah madu nyaman bersarang di pekarangannya. "Kami punya banyak serangga dan saya berusaha untuk hidup berdampingan dengan mereka," ujar konsultan perawat sekaligus terapis pijat tersebut.

Pekarangan Burger dan Nichols memang asri. Pepohonan menjadi payung yang meneduhi aneka jenis burung. Termasuk, burung-burung eksotis seperti kardinal, robin, dan blue jay. Tapi, di sisi lain, "hutan" itu juga mendatangkan batalion nyamuk. Dampaknya pun dirasakan para tetangga. "Orang bisa sangat menyukai atau sangat membenci tempat seperti ini," ujar Gail, salah seorang pelaku ungardening.

Chris Swan, pakar ekologi University of Maryland Baltimore, mengatakan bahwa tren berkebun gaya baru itu belum sepenuhnya diterima masyarakat. Rata-rata warga AS masih berpatokan pada berkebun gaya kuno.

"Mereka masih beranggapan bahwa kebun yang terlalu alami justru kacau," ungkapnya. Menurut Swan, kebanyakan warga AS punya standar untuk menumbuhkan tanaman. Mereka justru tak suka tanaman yang terlalu tinggi. (*/c10/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia dan Australia Bakal Berbagi Informasi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler