Ukraina Berikan Pesan, Mundur dari Mauripol untuk Menang

Kamis, 26 Mei 2022 – 12:10 WIB
Tentara Ukraina. Foto: Reuters

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sahid Algooth Putranto mengatakan kejatuhan kota Mauripol seusai pertempuran sengit pabrik baja Azovstal bukan kekalahan Ukraina, justru memberi pesan perang berdurasi panjang yang melelahkan Rusia.

Menurutnya, strategi mundur untuk menang bukan pertama kali terjadi, bahkan menjadi upaya Indonesia menaklukkan penjajah Belanda yang mendompleng Sekutu. Dia lantas mengingatkan akan sejarah Bandung lautan api pada 23 Maret 1946. 

BACA JUGA: Mbak Rerie Minta Sisi Kemanusiaan Diutamakan dalam Perdamaian Rusia-Ukraina

"Pertempuran pabrik baja Azovstal di Mauripol jauh lebih sengit dari perebutan Gedung Sate di Bandung yang terjadi 3 Desember 1945," ujar Putranto, Kamis (26/5).

Dia menuturkan perebutan Gedung Sate yang kemudian dikenang sebagai Hari Bakti PU adalah bagian dari peristiwa heroik di tanah air.

BACA JUGA: Pertempuran di Pulau Ular Bukti Kegagalan Rusia dalam Perang Ukraina

Saat itu, ratusan ribu penduduk, milisi, dan tentara di Bandung Selatan melakukan bumi hangus untuk mencegah tentara Sekutu dan NICA enggunakan Kota Bandung sebagai lokasi strategis militer.

“Strategi yang diambil Ukraina di Mauripol serupa dengan Indonesia yang sadar kalah senjata. Tetapi secara komunikasi justru memberikan pesan kuat Ukraina tak kehilangan semangat dan sedang mempersiapkan diri untuk melancarkan pertempuran lebih hebat,” tuturnya.

BACA JUGA: Abaikan Perintah, Ratusan Tentara Ukraina Memilih Tunduk kepada Rusia

Pesan simbolik dari kekalahan Ukraina di Mauripol, bukan wajah para pejuang yang putus asa dan lelah karena menyerah. Sebaliknya, justru wajah-wajah yang memperlihatkan mata penuh optimisme.

Sedikitnya 250 pejuang Ukraina menyerah kepada pasukan Rusia di pabrik baja Azovstal di Mariupol setelah berminggu-minggu perlawanan yang sengit mempertahankan wilayahnya.

Narasi simbolik ini tersebar melalui berbagai saluran komunikasi sehingga menarik perhatian sesama rekan mereka di front pertempuran lain maupun masyarakat yang lebih luas dan mematik atensi yang lebih luas.

Salah satu wujud perhatian adalah keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sejak awal menentang aksi invasi Rusia, sehingga turun langsung mengusahakan pembebasan para prajurit Ukraina tersebut.

Keberpihakan masyarakat dunia adalah tekanan yang berat secara strategis bagi Rusia yang masih terus memaksakan diri melakukan invasi berkedok operasi militer khusus sejak 24 Februari 2022.

“Stagnasi pertempuran di Ukraina, yang seharusnya menjadi kampanye supremasi kekuatan Rusia oleh Presiden Putin justru menjadi hal memalukan,” tuturnya. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler