jpnn.com, JAKARTA - Animo penonton yang begitu besar hingga lebih dari 70 ribu orang yang datang ke Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) menyaksikan Final Piala Presiden 2018, Sabtu (17/2), tidak diimbangi dengan kekuatan personel keamanan dan sistem pengamanan yang memadai.
Bahkan, teknologi terbaru SUGBK yang menjadi andalan menuju Asian Games 2018 juga jebol.
BACA JUGA: Anak Buah Prabowo Ini Nilai Pengawal Jokowi Norak
Pintu elektrik di zona 5 B pintu 65-66 dan zona 9 pintu 32-35 dijebol saat pertandingan final berlangsung. Video yang pintu yang jebol tadi menjadi viral.
Kondisi itu cukup mengkhawatirkan, SUGBK bakal menjadi venue utama gelaran Asian Games 2018. Termasuk opening dan closing ceremony.
BACA JUGA: Ada Orang Kuat Tak Mau Anies Mendampingi Jokowi
Artinya, flow penonton memang harus lebih ketat sejak di ring tiga sebelum masuk kawasan GBK.
“Satu-satunya cara yakni mengedukasi penonton agar lebih bijak dan membantu merawat SUGBK,” terang Wisnu Wardhana, Direktur Sport Inasgoc (panitia Asian Games 2018).
BACA JUGA: Nonton Bareng Jakmania, Sandiaga Sering Teriak Kampungan
Sebagai gambaran, SUGBK punya tiga ring pengamanan, yakni ring ketiga di pintu masuk utama kawasan, ring dua pengecekan tiket, dan ring satu di dalam stadion.
Situasi yang terjadi Sabtu malam, banyak penonton yang tanpa tiket mampu melewati ring 2. Animo The Jakmania, suporter Persija yang berjuang di final menghadapi Bali United juga teramat tinggi.
Ujungnya, pintu jebol tidak terelakkan. Demikian pula saat perayaan gelar sesaat setelah Presiden Joko Widodo menyerahkan Piala kepada tim Persija.
Penonton dengan mudah masuk ke dalam lapangan. Terutama bagi penonton yang berada di tribun VIP Barat. Situasi tersebut terlihat jelas setelah awarding juara.
Terkait kerusakan, dua pintu elektronik sudah menjadi dampak. Belum lagi sampah yang teronggok di beberapa sudut pasca final.
Demikian pula dengan taman yang baru saja diselesaikan harus rusak. Gatot Tetuko, Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha PPK GBK, menjelaskan segala kerusakan ditanggung pihak penyelenggara.
“Nominal pastinya belum saya terima, dengan uang jaminan saja sudah bisa tertutupi biayanya,” ujar Gatot.
Sebagaimana diketahui, biaya sewa SUGBK untuk sekali pertandingan Rp 450 juta, sedangkan uang jaminan mencapai Rp1,5 Miliar. “Kalau untuk tanaman akan kami bantu selesaikan, biayanya gak mahal,” lanjutnya.
Masalah yang muncul di final Piala Presiden 2018 juga menjadi perhatian Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Sesmenpora, Gatot S. Dewa Broto mengaku kecewa. Sebab, sejak awak Kemenpora sudah mengimbau agar semua pihak turut menjaga kompleks SUGBK yang baru direnovasi.
Gatot mengatakan tidak elok rasanya stadion yang akan digunakan sebagai main venue Asian Games 2018 sudah rusak sebelum hajat besar itu terlaksana. Dia menyatakan sejumlah petugas keamanan yang berjaga terlihat hanya terdiam.
”Kami sudah warning dari awal. Saya sendiri lihat dgn mata kepala sendiri adanya pembiaran itu. Maaf sebelumnya, aparat cuman bengong saja,” ucapnya.
Harusnya hal tersebut tidak boleh terjadi. Mengingat, butuh dana besar untuk merenovasi SUGBK yakni Rp 760 miliar. Gatot juga menyayangkan ulah suporter yang merusak tanaman dan tidak menjaga kebersihan di lingkungan stadion.
Padahal dengan sisa waktu 5 bulan menjelang Asian Games, pihak kontraktor sedang konsen untuk menggarap tata ruang serta taman di komplek GBK.
Tentu, kerusakan yang ada akan menambah catatan buruk persiapan Indonesia menyongsong Asian Games 2018 Agustus mendatang.
Sementara itu pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai motor renovasi SUGBK masih menunggu update terakhir kerusakan yang terjadi, apakah termasuk minor atau major.
Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S Atmawidjaja menjelaskan, kerusakan minor maksudnya kerusakan yang membutuhkan perbaikan kecil karena ada bagian dari SUGBK yang fungsinya terganggu.
Sedangkan kerusakan major merupakan kerusakan yang membutuhkan perbaikan besar karena bagian dari SUGBK yang kehilangan fungsi.
Misalnya, tutur Endra, bangku yang tidak bisa digunakan lagi dan harus diganti. Lansekap yang rusak.
"Pagar pembatas yang roboh sehingga tidak lagi bisa berfungsi. Itu akan masuk kategori major dan menjadi tanggung jawab panitia pelaksana pertandingan. Panitia harus mengembalikan ke kondisi semula sebelum digunakan pertandingan," terang Endra.
Namun, jika ternyata setelah dicek kerusakan yang terjadi merupakan kerusakan minor, Kementerian PUPR yang akan melakukan perbaikannya.
"Kalau minor bisa dimasukkan ke perawatan. Tapi kalau major, itu tanggung jawab panitia pelaksana," jelas dia. (nap/han/and)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dilarang Ikut Jokowi ke Podium, Eksistensi Anies tak Rontok
Redaktur & Reporter : Soetomo