Ulang Pantun

Oleh: Dahlan Iskan

Rabu, 09 Februari 2022 – 08:08 WIB
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - DISWAY setahun terakhir diwarnai oleh pantun. Anda sudah tahu: pemicunya pembaca kita yang bernama Thamrin Dahlan.

Awalnya bertepuk sebelah tangan: tidak ada yang menghiraukan. Mungkin karena pantunnya sarat dengan nasihat.

BACA JUGA: Ultah Disway

Pak Thamrin tidak putus asa. Ia terus saja berpantun. Sampai kemudian ada yang ”menegur”: mana pantunnya. Rupanya hari itu Pak Thamrin berkomentar tanpa pantun.

Berarti pantun Pak Thamrin sebenarnya tidak diabaikan. Sampai pada suatu saat muncul Aryo Mbediun: sekali muncul, muncul sekali ¬--sangat muncul. Mulailah terjadi variasi: muncul pantun jenaka, pantun pasemon, pantun rayuan, pantun cinta, dan pantun plesetan.

BACA JUGA: Telanjur Pelindo

Tentu saya juga sering berpantun: kalau lagi pidato di Riau dan Riau Kepulauan. Di sana hidup penuh dengan pantun. Ibarat ikan dan air, pantun adalah air bagi manusia Melayu.

Dan Riau adalah pusat Melayunya Indonesia. Pada zaman kejayaan Melayu, Singapura itu adalah salah satu kabupaten kerajaan Riau. Demikian juga Johor, Negeri Sembilan, Melaka, pun sampai ke Selangor.

BACA JUGA: Tol Al Haka

Untuk budaya Melayu ini saya selalu berkibar ke satu nama: Rida K. Liamsi. Ia sastrawan Melayu yang istimewa di mata saya.

Waktu saya angkat menjadi direktur utama Riau Pos pun hidupnya terus diabdikan untuk budaya Melayu.

Pun setelah ia berhasil mengembangkan banyak perusahaan di bawah grup Riau Pos: perusahaan terus berkembang, sastra Melayu terus melaju.

Saya pun minta Pak Rida untuk memberikan pandangan soal pantun yang tiba-tiba mewabah di kolom komentar Disway.

Ia sekarang tinggal di Tanjungpinang - -pernah jadi ibu kota kerajaan Melayu. Ia membaca Disway tiap hari. Ini komentarnya:

Ada sebuah ungkapan yang sangat dikenal di dunia Melayu: ”Kalau tak pandai berpantun, jangan mengaku orang Melayu”.

Adagium ini menunjukkan bagaimana pantun telah memegang peran penting dalam kehidupan sehari hari masyarakat Melayu.

Bagi mereka, jika hendak dipandang sebagai orang yang berilmu dan berpengaruh, harus tahu bagaimana menafsir pantun. Juga harus tahu bagaimana cara membalas pantun. Pun bagaimana cara mengemas pantun.

Itu juga penting bagi yang ”hendak berada di tengah balai (tempat terhormat)”.

Pantun itu harus dipelajari. Cara berpantun dan cara menyampaikan pantun, akan menunjukkan kadar dan kelas dalam kehidupan bermasyarakat.

Artinya, berpantun itu tidak boleh sembarangan. Ada aturan, dan kaedahnya, terutama pada sampirannya.

Dari pantun diketahui berilmu tidaknya yang berpantun. Jika tidak, dia akan ditertawakan orang.

Lihatlah pantun ini:

”Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Biar jauh beribu batu
Hilang di mata di hati jangan“

Ini pantun lama yang sangat dikenal di dunia Melayu. Bukan saja karena isinya yang menunjukkan bagaimana perasaan rindu itu tak kenal batas dan waktu. Tapi juga lihatlah sampirannya. Yang sarat makna.

Ikan sembilang itu punya sengat yang berbisa, tapi kenapa boleh diletakkan di telapak tangan? Ternyata pucuk pauh dan delima batu itu adalah penawar racun.

Itu contoh sampiran pantun yang sangat berkualitas dan sampiran (pembayang) yang menunjukkan pencipta pantun itu berilmu.

Karya sastra yang demikian itu, menempatkan pantun sebagai salah satu karya sastra lisan dunia melayu paling tua. Lebih tua dari syair dan genre sastra lama.

Sejak lahir orang Melayu sudah diajar berpantun. Lagu nina bobok anak mereka sarat dengan pantun. Pantun nasihat , pantun kasih sayang, dan lainnya.

Pantun memang salah satu sarana berkomunikasi dalam masyarakat Melayu. Cara berbahasa, cara bertutur kata, cara menyampaikan pendapat dengan santun, melalui kiasan, dengan sindiran, ajuk mengajuk, dan juga boleh menjadi sebuah ”tamparan”yang memalukan. Menghina pun bisa dengan pantun.

Pantun termasuk karya sastra melayu lama yang bermula dari tradisi lisan. Setelah ditemukan tradisi tulis melalui huruf arab melayu dan huruf rumi (latin), pantun mulai ditulis dan dibukukan. Tapi dalam praktik budaya melayu sehari-hari pantun tetap disampaikan secara lisan.

Dalam percakapan sehari-hari. Dalam acara perkawinan. Dalam cara berkasih sayang. Dalam pidato. Bahkan dulu, berperang juga dimulai dengan berpantun. Yakni untuk membakar semangat, untuk mengejek dan memanas manaskan lawan. Seperti dulu dalam perang Raja Kecik (Siak) dengan Tengku Sulaiman (Riau).

Sekarang tradisi berpantun masih hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Melayu, terutama di Kepulauan Riau. Terutama untuk tradisi perkawinan.

Menghantar mas kawin dan lainnya, juga dilakukan dengan pantun. Berbalas balas antara pihak pengantin lelaki dan perempuan. Sumbang kalau perkawinan tidak ada tradisi berpantung. Pemantun merupakan profesi yang sangat diminati.

Sekarang pantun sudah menjadi Warisan Dunia Tak Benda. Orang pertama di dunia Melayu yang mengumpulkan dan menerbitkan pantun sebagai buku adalah Engku Muda Haji Ibrahim.

Ia seorang pembesar di kerajaan Melayu Riau yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji, dan kemudian disebut sebagai bapak pantun melayu modern. (*)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar https://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Pantun Ulang Tahun Disway:

Ada gula ada semut
Semut mati disemprot racun
Kepalaku senat senut
Diminta Pak DI buat pantun

Saat melamun ingat Alay
Disapa istri jadi tersipu
Selamat ulang tahun Disway
Semoga sukses selalu.

Iran ibu kotanya Teheran
Ada onta juga kalkun
Sungguh saya merasa heran
Dia ultah kok kita berpantun
(Cak Mul Aryo Mbediun)

Naik mobil warna merah
Kalau Disway ulang tahun
Mbok ya bagi bagi hadiah

Kacang kedelay di dalam kotak
Kacang panjang hijau warnanya
Ayo ayo cobalah ditebak
Yang punya Disway sapa namanya

Apa yang slalu tegak berdiri
Saat dekap istri dimalam hari
Ini bukan sajak atau puisi
Ini hanya pantun teka teki

Jangan bening sambal teri
Makan cap cay di malam hari
Kepala pening tiap hari
Namun ada disway yang slalu temani

Sandal baru berbau harum
Sandal lama putus talinya
Saya bayangkan Abah tersenyum
Sampai terlihat gigi palsunya.
(Wkwkwk... Kabooooor )

Kelapa tua kelapa muda
Diperas santannya melimpah
Tua muda tiada beda
Perbanyak ibadah juga sedekah.

Jahe bakar jeruk purut
Jadi bumbu ikan tengiri
Jangan bertengkar juga ribut
Mari bersatu membangun negri

MS Kabat nama lelaki
Kalau bicara slalu terukur
KS mendebat Buzz NKRI
Semoga mereka cepat akur.
(Leong Putu)

---

Ke Pasar Minggu Beli Pepaya
Pepaya Merah manis Rasanya
Dirgahayu Disway Tercinta
Sehat selalu, Abah sang Penulisnya

Ke SCBD Naik Busway
Jangan lupa mampir ke Pinang Ranti
Siapapun suka baca Disway
Paling enak dibaca pas pagi hari.
(Sadewa)

---

Buat Disway:
Anak sekolah ramai berpawai
Makin meriah saat karaoke
Selamat ultah wahai Disway
Bertambah usia semakin oke

Pagi hari kapal berlabuh
Penumpang turun berbaju lusuh
Tetap baca di waktu subuh
Walau istri bertampang rusuh

Buat Abah:
Banyak harta jangan dihambur
Otak diasah bermain catur
Buat Abah yang suka lembur
Jaga stamina makan teratur

Lari pagi bersama-sama
Pakai deker pencegah luka
Kalau pergi kemana-mana
Masker dipakai jangan dilupa

Buat pembaca Disway:
Ke tengah sawah tangkap belalang
Belalang coklat kulitnya belang
Jangan biarkan semangat hilang
Kerja keras membanting tulang
(Mbah Mars)

---

Kayu trembesi kayu tahun
Daunnya rimbun dimakan ulat
Ayo bikin selusin pantun
Untuk ultah Disway yg ke-empat

Bandeng presto campur manggis
Pasti asam tak enak dimakan
Pesanku pada para pantunis
Jangan bikin pantun sembarangan

Nyolong pemean jarik katun
Isine ming kotang
Sak abot-abote nggawe pantun
Dadi enteng setelah madang

Sego pecel
Lawuh sukun
Duit ra nyekel
Kon nggawe pantun

Komentar uwu harus di-reply
I love you disway

Kain katun buatan Kroya
Disway ulang tahun aku bahagia

Buah pare dicampur bihun
Sedap rasanya dioles zaitun
Teruntuk Disway selamat ulang tahun
Maaf kadonya sebecak pantun

Makan sirih masak mendidih
Geli hati lihat beruang manyun
Jangan nangis jangan sedih
Musangking sebagai hadiah ulang tahun

Nonton wayang
Sambil makan pepaya
Disway sayang......
Met ultah yaaa.

Lewati dusun menghadap pak Jokowy
Jalan TOLnya hebat sungguh menakjubkan
Selamat ulang tahun Disway
Semoga hebat diliputi keberkahan

Membeli coklat di pasar minggu
Tidak lupa membeli pita
Happy Milad Disway belahan jiwaku
Semoga tercapai segala cta-cita

Memetik jambu lalu dimakan
Sambalnya kecap enak sekalay
Sepenuh hati aku haturkan
Selamat ulang tahun padamu Disway

Kain tenun depan optik melaway
Membeli tas di jalan angsa
Selamat ulang tahun Disway
Teruslah berkomitmen untuk kemajuan bangsa

Ada cewek orangnya santun
Wajahnya sangay gaunnya oren
Seluruh komentator mengucapkan ulang tahun
teruntuk Disway yang emang keren

Pulang kerja dari Njabalekat
Disambut istri dibelai manja
Disway keren ulang tahun ke-empat
Semoga berkah dan semakin jaya

Dua tiga kucing meloncat
Rebutan makan kue coklat
Selamat hari jadi yang ke-empat
Untuk Disway yang hebat

Putri anggun indah berkebaya
Tersenyum simpul cantik rupawan
Disway empat tahun berkarya
Tetaplah up date yang saru jangan terlupakan

Terasa lapar makan coklat
Makannya roti minumnya salat
Happy birthday Disway Tianjinheart
Kalau komentar ingat akhirat

Buah semangka semanis gula aren
Gak nyangka dah empat tahun berkomitmen

Jalan-jalan ke kota Solo
Putar balik ke kota Batu
Begitu nasib seorang jomlo
Disway ultah hanya bisa scrool-scrool melulu

Hari rabu pergi ke Surakarta
Naik bus sambil bercerita
Yang masih jomblo apa kabarnya
Di komentar Disway kalian bisa mengejar cinta

Sayur pare campur mihun
Terasa sepat salak pondoh
Ketika Disway ulang tahun
Ada komentator bertemu jodoh

Kenapa akhiran pantun
Hurufnya selalu sama
Padahal yang selalu sama
Belum tentu bersama
#bukan pantun
Mentaway di ujung Sumatra
Indah nian di tepi samudra
Selamat ulang tahun Disway tercinta
Kapan gus Dahlan bagi-bagi sepeda

Dari Bugis menuju ke Paris
Awalnya pantunis ujungnya komisaris
#ora nggubris

Dari Portugis menuju Indonesia
Sekarang pantunis besoknya amnesia

Usai minum kopi
Langsung naik busway
Dunia terasa sepi
Kalau tidak baca Disway

Becik ketitik
Olo rupamu
Disway dah baik
Mendidik dan bermutu

Suwe ora jamu
Jamu pisan godong pare
Suwe ora ketemu
Ketemu pisan battle di komen Disway

Satu titik dua koma
Disway unik sahamnya milik siapa

Makan ketan di pinggir kali
Pak mantan tampil di Disway dah beberapa kali

Tong kosong nyaring bunyinya
Kalau waktumu kosong boleh dong disway jadi isinya

Degan ijo ara'ne degan
Gus Dahlan memang andalan

Buku saku resep capcay
Penulisnya orang Karangjati
Waktu pertama baca Disway
Ternyata kok langung jatuh hati

Masak ayam masak capcay
Iris tipis sampai habis
Tiap pagi baca Disway
Membuat pikiran jadi kritis

Makan kari pakai cabay
Tidak lupa kuah santan
Lebih baik baca Disway
Daripada searching story mantan

Memasak ikan di atas peti
Tambah asoy berkat sambal terasi
Gaya senam gus Dahlan seperti selebriti
Artikel Disway mantap berisi

Selamat datang di kota Minang
Buat komentator yg kami hormati
Wartawan hebat pasti dikenang
Mereka berjuang sepenuh hati

Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Gimana negara mau maju
Baca Disway modal wifi gratisan
#fasilitas RT len

Di dinding batu kita berkemah
Bisa aman saat hujan
Saatnya Disway berbenah
Bersatu membangun kekuatan
#team kompor mbledug

Kalimas airnya bening
Di hulunya banyak batu
Disway tidak boleh hening
Kalau hening berarti ada "sesuatu"

Sayur pare warnanya biru
Buah naga warnanya ungu
Di disway ada paragraf saru
Para jamaah auto menyerbu

Ada cabay dijual kering
Menimbun sembako itu batil
Di disway ada postingan bening
Alamat Kim Yong Un khan segera tampil

Pemanen cabay tak selalu wanita
Musim panen sangat menentukan
Disway tak melulu berita
Liputan jalan-jalan jadi hiburan

Tuna bakar enak terlihat
Apalagi dioles sambal matah
Disway menjembatani suara rakyat
Jembatan rakyat dengan pemerintah

Sepagi habis dua cangkir kopay
Siangnya makan ampela ati
Bikin pantun di ultah disway
Seperti sedang ujian skripsi

Dari Madiun menuju Banda Aceh
Jangan lupa beli mie sedap
Buat apa pergi ke Banda Aceh
Kalo cuma beli mie sedap
#Kwkwkwkwkwkw

Mlaku2 tuku paku
Mampir pasar tuku mrico
Yen konco maido aku
Yo emang githu si Aryo

Di langit ada pelangi
Tak lupa kuhitung warnanya
Cukup sekian dari kami
Terima kasih atas perhatiannya
(Aryo Mbediun)

---

Jendral Suharto dulu komandan
Presiden Indonesia senyummu Jenderal
Joko Intarto diberi gelar Bidan
Pencetus berjasa Disway terkenal

Ingatan hilang ketika melompat
Naik busway tujuan Pamulang
Selamat ulang tahun ke empat
Semoga disway semakin cemerlang

Pekerjaan pindah karena musibah
Mantan pejabat tak punya kantor
Semua sudah tahu kehebatan Abah
Disway hebat kontribusi komentator

Pulau Bahari negeri perca
Nelayan muda perahu pinisi
Setiap hari disway.id dibaca
Tidak ada berita hoaks disini

Ketumbar merica bumbu masakan
Masakan Mama menambah selera
Berdebar baca komentar pilihan
Berharap nama awak tertera

Pematang perigi sawah mertua
Penen raya petani sukacita
Disway berbagi tulisan terkemuka
Pembaca percaya kebenaran berita

Motor riders ponselnya nokia
Sirkuit Mandalika tantangan mania
Silent readers disway siapa dia
Bisa jadi penguasa juga pengusaha

Anak lelaki beri nama Aditya
Putri Abang dipanggil Tamita
Jurnalis terkini berita terpercaya
Disway.id penyeimbang kabar berita

Bukan dilarang Anda mengutip
Cantumkan nama itulah peradaban
Pemerintah diam diam mengintip
Disway.id menjadi rujukan kebijakan

Ahmad Albar dendangkan Zakia
Rambut kribo asli Indonesia
Perilaku penggiat sosial media
Asyiek sendiri tak peduli dunia

Ayo hijrah untuk dapatkan kerja
Tekad yakin tidak peduli dimana
Semoga Abah selalu sehat sejahtera
Disway id semakin bermanfaat mandraguna

Hansip desa sesuai kriteria
Wajah brewok mirip Gatotkaca
Abah dan kometator juga manusia
Mohon maaf bila salah salah kata

Sopan santun pribadi asli Indonesia
Sikap kasih sayang kita kedepankan
Berbalas pantun disway.id ceria
Terima kasih Bapak Dahlan Iskan

Sebelum baca berita harian
Baca dulu tulisan Pak Dahlan Iskan
Niat berbagi pengetahuan pengalaman
Tulus ikhlas semata untuk kemaslahatan

(Thamrin Dahlan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Air Sirup


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler