jpnn.com - Berita baiknya: Tiongkok sudah berpengalaman menangani wabah SARS 18 tahun lalu.
Yang begitu dahsyatnya. Yang melumpuhkan seluruh negeri.
BACA JUGA: Apa Itu Virus Corona?
Maka kini Tiongkok dengan cepat memutuskan: membangun rumah sakit raksasa khusus virus Wuhan.
Kapasitasnya: 1.000 tempat tidur.
BACA JUGA: Assalamualaikum, Masjid Ditutup untuk Umum, Tidak Menggelar Salat Jumat
Waktu pembangunannya: 7 hari, dimulai kemarin.
Lokasi: Kota Wuhan bagian barat.
BACA JUGA: Merebak Wabah Virus Corona, 12 Mahasiswa Unesa Surabaya Terisolasi di Wuhan China
Soal bagaimana membangun begitu kilat Tiongkok sudah teruji --pernah membangun satu stasiun kereta api peluru hanya dalam 24 jam.
Semua pasien virus Wuhan diisolasi di rumah sakit baru itu. Persis seperti ketika terjangkit wabah SARS dulu.
Waktu itu sebuah RS khusus juga dibangun. Lokasinya di luar kota Beijing. Desain dan ukurannya serupa.
Wabah SARS-pun bisa diatasi. Korban berhasil diminimalisasikan.
Dibanding skalanya yang begitu menakutkan, jumlah meninggal akibat SARS 'hanya' 700-an orang.
Yang terjadi di Kota Wuhan sekarang ini memang tidak sama dengan SARS, tetapi virusnya masih dianggap serumpun.
Berita baik lainnya: virus ini tidak menyerang semua orang. Mayoritas pasien adalah yang kondisi badannya memang sedang lemah. Usia mereka juga sudah tua.
Maka menjaga kondisi badan adalah penting. Agar tetap sehat. Gaya hidup sehat juga penting. Memperkuat kondisi tubuh juga penting.
Berita buruknya: terbukti virus Wuhan ini sudah bisa menular dari manusia ke manusia.
Karena itu mengisolasi penderita adalah langkah terbaik.
Inilah kisah seorang dokter ahli pernapasan dari Beijing. Yang kini lagi viral di Tiongkok. Namanya: Wang Guangfa.
Tempat tugasnya: Peking University First Hospital.
Begitu tersiar berita ada virus aneh di Wuhan ia pergi ke kota besar di Tiongkok tengah itu --2,5 jam penerbangan dari Beijing.
Berhari-hari ia kurang tidur. Melakukan penelitian dan penanganan akibat virus itu.
Begitu pulang ke Beijing badannya demam. Suhu badannya panas.
Dr Wang mengira ia lagi terkena flu. Akibat kelelahan di Wuhan. Namun, kok diberi obat flu tidak mempan. Dr Wang pun melakukan test 2019-nCoV. Itulah nama virus Wuhan. Yang memberi nama seperti itu adalah WHO --badan kesehatan dunia.
Ternyata dokter Wang positif terkena virus Wuhan.
Dasar peneliti, dokter Wang pun melakukan penelitian atas dirinya. Ia memikirkan dari mana bisa tertular virus itu. Padahal ia mengenakan baju pelindung dan masker yang lengkap.
Ia pun mengambil kesimpulan: virus itu menular lewat kornea mata. "Waktu itu kami mengenakan pelindung yang terbaik. Dan kami mengenakan masker N95, tetapi kami tidak mengenakan kaca pelindung mata," tulisnya dalam medsos berbahasa Mandarin.
Ia pun ingat: tiga jam sebelum demam itu mata kirinya tidak enak. Conjunctivitis. Infeksi pada selaput bening mata. Ditandai dengan mata merah. Berair, keluar kotoran mata. Kadang gatal dan disertai rasa tidak nyaman.
Lantas suhu badannya panas.
Waktu matanya terasa seperti itu dokter Wang merasa tidak ada yang salah dengan mata kirinya. Selama di Wuhan ia tidak menangani pasien dengan sakit mata seperti itu.
Dokter Wang sendiri kini sudah sembuh. Ini juga berita baik --agar kita tidak mudah panik. Dan bisa terus memberi perhatian pada perbaikan kondisi badan.
Yang masih terus diperdebatkan adalah: dari mana asal virus itu --dari kelelawar atau dari ular.
Dua-duanya ikut dijual di pasar Huanan Wholesale Seafood Market yang kini sudah ditutup. Yakni pasar besar di tengah kota berpenduduk 11 juta orang itu.
Awalnya dipastikan virus itu dari kelelawar, tetapi menimbulkan tanda tanya: bagaimana bisa menular ke manusia. Padahal kesamaan gen antara keduanya hanya 70 persen.
Kemungkinan besar virus itu menular dulu ke ular. Dari ular baru ke manusia. Para ahli menemukan stok virus seperti itu di dua jenis ular kobra yang biasa dijual di pasar di sana.
Penelitian pun terus dilakukan.
Jumlah yang diserang virus ini memang terus bertambah. Sampai tadi malam mencapai 800 orang lebih. Yang meninggal mencapai 26 orang.
Wilayah cakupannya pun meluas.
Sudah mulai ada satu orang yang meninggal di luar Provinsi Hubei --Wuhan adalah ibu kotanya.
Yakni dari Provinsi Hebei --Beijing ada di dalam wilayah Provinsi Hebei.
Orang Hebei ini baru saja pulang dari Hubei. Ia menengok keluarganya di Wuhan.
Dua bulan penuh ia di Wuhan. Tapi karena sudah dekat tahun baru Imlek ia pun pulang ke Hebei.
Tidak lama setelah pulang ia sakit demam. Badannya panas. Lalu meninggal.
Pemerintah setempat mengusut siapa saja yang telah berhubungan dengan orang ini. Terutama sejak ia pulang dari Wuhan. Jangan-jangan sudah ada yang tertular.
Ditemukanlah ada 76 orang. Mereka diisolasi. Diperiksa satu per satu. Ditest nCov. Hasilnya: semua negatif, tidak ada yang tertular.
Usia orang yang meninggal dunia itu: 80 tahun. (*)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi