jpnn.com - SEBAGAI negara tropis dan terletak di bawah garis khatulistiwa, Indonesia memiliki tingkat paparan sinar matahari sangat tinggi dibanding negara lain. Namun, hal ini perlu diwaspadai karena bisa mengganggu kesehatan kulit.
Paparan sinar untraviolet (UV) dari matahari tidak sepenuhnya baik buat kesehatan tubuh, terutama kulit. Pasalnya, terlalu sering terkena matahari dapat menyebabkan kerusakan kulit hingga penyakit kanker kulit.
BACA JUGA: VCO Bisa Sembuhkan Luka Diabetes, juga Untuk Kecantikan
Wakil Ketua Bidang Kerjasama Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdoski), Dr. Sri Ellyani, Sp.KK mengatakan, terdapat banyak masalah kulit yang dikeluhkan masyarakat akibat terlalu sering terpapar sinar matahari. Yakni mulai dari masalah jerawat, kulit berminyak, kulit kusam, warna kulit tidak merata, serta wajah tampak lebih tua.
“Semua masalah tersebut dipicu oleh sinar matahari. Keriput dini, pigmentasi, dan bercak melingkar merupakan tiga efek paling umum terjadi di Indonesia yang disebabkan oleh paparan sinar UV,” ujarnya di acara kerja sama PERDOSKI dengan Badan POM RI (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI) dalam peluncuran program L’Oréal Unveils bertemakan “Kampanye Edukasi Masyarakat Tentang Perlindungan Terhadap Sinar UV (Ultraviolet)”, di Jakarta, belum lama ini.
BACA JUGA: Kantong Kresek Hitam Picu Kanker
Ia menjelaskan, sinar UV terbagi menjadi dua. Yaitu sinar UV A dan sinar UV B.
Sinar UV A, lanjutnya, termasuk ke dalam kategori berbahaya karena sinar ini dapat menembus kaca jendela di dalam ruangan hingga ke lapisan kulit yang paling dalam. “Efek-efek yang dihasilkan dari paparan sinar UV ini berlangsung mulai dari hitungan menit hingga jangka waktu bertahun-tahun. Sinar UV A inilah yang meningkatkan risiko timbulnya kanker kulit,” tegasnya.
BACA JUGA: Batik Loose Outfit ala Ubur-Ubur
Sinar UVB yang membuat perubahan pada warna kulit, karena membuat kulit terbakar hingga menimbulkan rasa perih apabila terkena paparan langsung sinar matahari.
Sedangkan Research & Inovation L'Oreal, Divya Agrawal menilai, letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat sinar UV di Indonesia rata-rata tertinggi di Asia. Menurutnya,
level paparan sinar UV paling tinggi berkisar antara sembilan sampai sebelas dan Indonesia berada di level 11+. “Hampir sama dengan Thailand, " ungkapnya.
Menurutnya, salah satu efek langsung akibat kulit terlalu sering terkena paparan sinar ultraviolet kulit terasa terbakar atau kemerahan. Setelah 20 hari kemudian, warna kulit akan berubah menjadi kecokelatan.
Apalagi, sinar ultraviolet A juga bisa menyebabkan stres oksidatif pada bagian dermis dan epidermis kulit, sehingga membuat kulit kehilangan kekenyalannya, kering, pigmentasi, dan terjadi keriput dini.
“Sebenarnya kulit bisa kembali ke warna aslinya, tapi kalau terus terpapar sinar UV maka warna gelap ini akan terus menetap," katanya.
Karenanya dengan kemitraan antara L’Oréal Indonesia dengan Badan POM RI dan PERDOSKI, diharapkan dapat memberikan edukasi yang lebih meluas lagi kepada masyarakat terkait bahaya dan perlindungan kulit terhadap sinar UV.
“Kami memahami potensi bahaya yang dapat disebabkan oleh sinar UV dari matahari. Karenanya, ini menjadi awal untuk memulai pengembangan teknologi perlindungan terhadap sinar UV di dunia yang telah lama diteliti,” tambahnya.(rm/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cegah Jantung Bermasalah, Lakukan Lima Hal Ini
Redaktur : Tim Redaksi