Umat Hindu Minta Bekal untuk Berperang Melawan Adharma

Senin, 22 Februari 2016 – 07:50 WIB
Ratusan Umat Hindu di Kota Kupang memperingati Hari Raya Kuningan di Pura Oeba. FOTO: Timor Express/jpnn)

jpnn.com - KUPANG – Berdasarkan perhitungan Kalender Bali, Hari Raya Kuningan jatuh pada Sabtu (20/2). Atas dasar perhitungan tersebut, ratusan umat Hindu di Kota Kupang melakukan persembahyangan di Pura Oeba.

Pantauan Timor Express (Grup JPNN), upacara persembahyangan dihadiri sekitar 300 umat. Umat yang datang membawa bunga dan sesajian berupa buah-buahan.

BACA JUGA: Angka Kemiskinan Mencapai 22 Persen

Prosesi persembahyangan dipimpin pemangku (pinandita), Dewo Ketut Alit dibantu beberapa pemangku lainnya. Umat Hindu tampak sangat khusuk mengikuti jalannya rangkaian persembahyangan yang dimulai sekira pukul 08.30 WIB, hingga tuntas.

Usai persembahyangan, tampak para pemangku membagikan air suci dan bija (beras yang telah dibasahi air suci). Air suci tersebut untuk diminum, sementara bija akan dibubuhkan ke dahi setiap umat yang datang.

BACA JUGA: Sebelum Gantung Diri, Pria Ini Berpesan kepada Sang Bunda, Katanya...

Ketua PHDI Kota Kupang, Nyoman Mahayasa menjelaskan, Kuningan merupakan rangkaian dari Hari Raya Galungan. Galungan, kata dia, merupakan hari raya kemenangan dharma terhadap adarma. Kemenangan kebaikan terhadap keburukan.

“Setelah Galungan, biasanya ada perayaan-perayaan syukur kepada Tuhan. Hari yang kesepuluh setelah Galungan adalah hari raya Kuningan, puncak dari perayaan syukur kita,” katanya. 

BACA JUGA: Ketua RT Penuhi Janjinya untuk Para Janda

Di hari raya Kuningan, lanjut Nyoman, umat Hindu mensyukuri apa yang diberikan Tuhan. Sejalan dengan ungkapan syukur, umat juga memohon berkat dari Tuhan Yang Maha Kuasa dalam menjalani kehidupan di hari-hari yang akan datang. Sehingga, 120 hari ke depan, mereka dapat kembali merayakan Galungan.

“Kita memohon agar Tuhan memberi bekal untuk bisa berperang melawan adharma di kemudian hari. Agar 210 hari ke depan, kita dapat merayakan hari kemenangan dharma,” katanya.

Soal makna simbolik dari air suci dan bija, Nyoman menyebutkan, air melambangkan kehidupan dan simbol pemurnian diri. Sedangkan bija yang dimakan, diletakkan di dahi dan di dada bertujuan untuk menyucikan pikiran, ucapan, serta membersihkan hati.

“Sehingga hidup rohani kita semakin kuat dan kita bisa berjalan melewati jalan yang benar,” ungkapnya.(timor express/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Jejak Latihan Menembak di Kamp JAS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler