UMK Tinggi, Industri Tekstil Jatim Lesu

Sabtu, 20 Januari 2018 – 01:42 WIB
Ilustrasi tekstil. Foto: Jawa Pos.Com/JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Pertumbuhan industri tekstil di Jawa Timur tidak terlalu menggembirakan dibandingkan dengan Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Salah satu penyebabnya adalah tingginya nilai upah minimum kota/kabupaten (UMK) di Jatim.

BACA JUGA: Parpol All Out di Jateng, Jabar, dan Jatim Demi Pilpres 2019

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jatim Sherlina Kawilarang mengatakan, UMK di daerah-daerah yang terdapat kantong industri tekstil di Jateng pada 2018 berkisar Rp 1,5 juta–Rp 1,6 juta.

Sedangkan UMK di Jatim lebih tinggi, yakni di atas Rp 3 juta.

BACA JUGA: Baru 7 Tol di Jatim Terapkan Sistem Nontunai

”Sejujurnya sangat sulit bertahan di industri tekstil dengan kondisi UMK di Jatim yang seperti itu. Idealnya UMK untuk industri tekstil di Jatim itu Rp 1,5 juta–Rp 2 juta,” ujar Sherlina, Kamis (18/1).

Dia menuturkan, para pembeli dari mancanegara pasti akan mencari barang dengan kualitas yang bagus serta harga produksi yang murah.

BACA JUGA: Ini Alasan RD Ingin Bawa Sriwijaya FC ke Jatim dan Jogja

”Kalau UMK kami seperti itu, bagaimana kami bisa bersaing,” tambah Sherlina.

Selain itu, masalah bahan baku menjadi kendala di industri tekstil Jatim. Sebab, Jatim belum memiliki industri hulu.

”Industri hulunya cuma ada di Jabar dan Jateng. Jadi, agar bisa berproduksi, kami harus membayar transportasi untuk bahan baku yang didatangkan dari Jateng ke Jatim,” tegas Sherlina.

Karena itu, pihaknya berharap pemerintah bisa mulai menumbuhkan bahan baku dalam negeri, khususnya di Jatim.

”Contohnya, kapas yang mungkin bisa ditanam di Jatim sehingga ada keseimbangan,” tambahnya. (car/c7/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sangat Kreatif, Azwar Anas Angkat Budaya Lokal Mengglobal


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler