JAKARTA - Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengklaim pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2013 bakal mampu menekan angka kecurangan. Jumlah variasi paket soal yang hingga 20 paket untuk setiap ruang ujian yang diisi 20 peserta, diyakini akan sulit diakal-akali.
Namun Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo punya pendapat lain. Menurutnya, banyaknya variasi soal UN justru menunjukkan rendahnya kepercayaan Kemendikbud terhadap sekolah.
"Pengawasan ditingkatkan, variasi soal ditambah jadi 20. Ini kemunduran kepercayaan kepada keluarga sekolah. Artinya ini bukan peningkatan tapi pengikatan," kata Sulistyo di Jakarta, Rabu (20/2).
Kalau di luar negeri seperti di Amerika, kata Sulistyo, justru pengawas dihilangkan, dan yang ditumbuhkan adalah kesadaran murid untuk kerja mandiri dan tidak nyontek, sehingga orang malu untuk menyontek.
Karena itu pihaknya menilai pemerintah tidak ikut mendorong tumbuhnya kepercayaan dan kesadaran itu dengan berbagai cara, tapi malah menambah pengawasan, membuat soal yang bervariasi.
"Ini bukan membuat kesadaran siswa semakin baik, tapi malah membuat siswa semakin tertantang untuk menyiasati," ujar dia.
Meski proses menumbuhkan kesadaran siswa dalam melaksanakan UN itu bukan proses mudah dan butuh waktu lama, seharusnya itulah yang seharusnya ditumbuhkan pemerintah.
"Ke depan pemerintah harus membangun sistem kepercayaan dan kesadaran dalam pelaksanaan UN, karena UN merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidikan," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, selain meningkatkan pengawasan dan variasi soal UN untuk meminimalisir kecurangan, lembar pertanyaan dan jawaban UN 2013 dijadikan satu kesatuan dan menggunakan barcode. (fat/jpnn)
Namun Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo punya pendapat lain. Menurutnya, banyaknya variasi soal UN justru menunjukkan rendahnya kepercayaan Kemendikbud terhadap sekolah.
"Pengawasan ditingkatkan, variasi soal ditambah jadi 20. Ini kemunduran kepercayaan kepada keluarga sekolah. Artinya ini bukan peningkatan tapi pengikatan," kata Sulistyo di Jakarta, Rabu (20/2).
Kalau di luar negeri seperti di Amerika, kata Sulistyo, justru pengawas dihilangkan, dan yang ditumbuhkan adalah kesadaran murid untuk kerja mandiri dan tidak nyontek, sehingga orang malu untuk menyontek.
Karena itu pihaknya menilai pemerintah tidak ikut mendorong tumbuhnya kepercayaan dan kesadaran itu dengan berbagai cara, tapi malah menambah pengawasan, membuat soal yang bervariasi.
"Ini bukan membuat kesadaran siswa semakin baik, tapi malah membuat siswa semakin tertantang untuk menyiasati," ujar dia.
Meski proses menumbuhkan kesadaran siswa dalam melaksanakan UN itu bukan proses mudah dan butuh waktu lama, seharusnya itulah yang seharusnya ditumbuhkan pemerintah.
"Ke depan pemerintah harus membangun sistem kepercayaan dan kesadaran dalam pelaksanaan UN, karena UN merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidikan," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, selain meningkatkan pengawasan dan variasi soal UN untuk meminimalisir kecurangan, lembar pertanyaan dan jawaban UN 2013 dijadikan satu kesatuan dan menggunakan barcode. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satuan Unit Biaya BSM SD dan SMP Naik
Redaktur : Tim Redaksi