JAKARTA - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Khairil Notodiputro, membantah anggapan bahwa dirinya menjadi tumbal gagalnya pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat tahun 2013 secara serentak. Khairil yang akhirnya mundur dari jabatannya itu menegaskan keputusannya muncul dari keinginan pribadi.
"Dalam hati saya sudah terbesit bahwa saya ini ujung-unjungnya harus mundur. Tapi tidak ingin mundur saat itu (ketika UN berlangsung, red), karena akan dianggap melarikan diri dari tugas. Maka saya mengundurkan diri saat semua tugas saya selesai. Jadi tidak ada tumbal-menumbal," sanggah Khairil dalam konferensi pers di Kemdikbud, Senin (13/5).
Kendati demikian, Guru Besar ITB ini mengakui bahwa Inspektorat Jenderal (Irjen) Kemdikbud Haryono Umar jauh-jauh hari sebelumnya sudah memberikan peringatan dini mengenai titik rawan dalam pelaksanaan UN. Titik rawan itu salah satunya masalah tender pengadaan naskah soal UN.
"Tanggal 4 April sebagai tindak lanjut rapat BSNP (Badan Badan Standart Nasional Pendidikan, red), Itjen menuliskan hal-hal di mana titik-titik rawan, di mana percetakan dan pengawasan dari UN," kata Khairil.
Dia mengklaim sudah mempelajari peringatan dari Itjen Kemdikbud itu dengan melakukan pengawasan secara ketat. PT Ghalia Printing Indonesia dan PT Balebat Dedikasi Prima yang menjadi pemenang tender naskah soal UN, memang sudah sejak awal disorot.
"Ghalia dan Balebat paling sering kita pantau, eselon satu, dua, tiga diturunkan melakukan pemantauan. Tapi pemantauan tidak maksimal," katanya mengakui.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Raih Banyak Medali di Olimpiade Fisika
Redaktur : Tim Redaksi