Unbelivable! 2 ABK Kapal Karam, Bertahan Hidup 5 Hari 6 Malam

Selasa, 23 Februari 2016 – 07:32 WIB
Faisal, bertahan hidup di laut lepas selama 5 hari 6 malam. Foto: dok/Cenderawasih Pos

jpnn.com - AMRIL (38) dan Faisal (39), beruntung masih bisa bertahan hidup. Mereka adalah dua dari tiga anak buah kapal (ABK) KM Azulla yang karam di sekitar perairan Kabupaten Asmat, Sabtu (13/2) lalu. Sementara satu lainnya yang ditemukan, Aggit Restudianto, meninggal.

Amril dan Faisal yang diselamatkan kapal ikan Riswan Jaya 02 di sekitar perairan Wanam, Distrik Ilwayab, Kabupaten Merauke, Jumat (19/2) sekitar pukul 10.00 WIT, setelah terapung di tengah laut sekitar 5 hari 6 malam menggunakan batang nipah Mereka tampak loyo. 

BACA JUGA: Duarrr…. Sepuluh Kapal Pencuri Ikan Diledakkan di Batam

Di kaki kedua korban selamat tersebut tampak bekas luka akibat lama terendam air garam di laut. Begitu  juga wajah keduanya terlihat hitam akibat terbakar teriknya panas matahari dan sebagian mulai terkelupas. “Saat kami diselamatkan,  kulit ini putih seperti tidak ada darah lagi,’’ kata Faisal, seperti dikutip dari Cenderawasih Pos, Selasa (23/2).

Sambil menerawang jauh mengingat kejadian yang hampir merenggut nyawanya tersebut, Faisal menceritakan  awal kejadian yang dialaminya. KM Azulla, adalah kapal besi yang mengangkut barang-barang bangunan dari Surabaya.  “Kami pertama lewat di Timika menurunkan bahan bangunan di antaranya tiang listrik dan barang lainnya,” ungkapnya.

BACA JUGA: Ditabrak Tongkang, Jembatan Berusia 40 Tahun Ambruk

Setelah menurunkan barang-barang di Pelabuhan Pomako, Timika, kapal kemudian melanjutkan perjalanan menuju Agats ibukota Kabupaten Asmat untuk menurunkan sisa barang yang ada di atas kapal. Namun belum sampai di Pelabuhan Agats, kapal sudah dihantam angin kencang dan ombak besar yang membuat kapal masuk reef atau kandas di reef. Kapal sendiri mulai kandas Sabtu (13/2) sekitar pukul 19.00 WIT.  “Waktu itu air sudah ada yang masuk palka,’’ katanya.  

Saat sudah kandas itu, Faisal mengatakan, nakhoda meminta bantuan ke Agats. Saat itu ada jawaban bantuan akan segera tiba. Namun hingga Minggu (14/2) pagi, bantuan tak kunjung tiba. Sementara posisi kapal saat itu semakin miring  membuat seluruh awak kapal panik. 

BACA JUGA: Hari Pertama Berkantor, Pj Bupati Morotai Didemo

Amril, salah seorang dari dua ABK yang berhasil keluar dari perjuangan bertahan hidup di laut. Foto: dok/Cenderawasih Pos

“Karena ombak dan angin kencang tak kunjung juga reda dan kapal terlihat semakin miring, membuat kami panik. Apalagi bantuan tak kunjung datang,’’ ucapnya. 

Dalam kondisi panik, akhirnya Minggu sekitar 15.30 WIT,  seluruh awak kapal memutuskan untuk menyelamatkan  diri dengan turun dari kapal menggunakan rakit.  Sebelum turun ke rakit, semua awak menurutnya menggunakan baju pelampung. “Jadi kami 12 orang itu menggunakan satu rakit,” katanya.

Saat berada di atas rakit itu, ada satu batang Nipah yang tercabut dengan akarnya lewat di samping rakit. Amril menurut Faisal kemudian mengajaknya pindah ke batang nipah yang terapung itu. “Lalu kami pindah ke batang nipah itu,” kenangnya.  

Setelah berpegangan pada batang nipah, Faisal bersama Amril mulai berpisah dengan rakit yang  memuat 10 temannya. “Tapi tiba-tiba Anggit Restudianto turun dari rakit dan ingin bergabung dengan kami. Kemudian dia berusaha berenang ke arah kami tapi karena suasana semakin gelap sehingga kami tidak lihat dia lagi. Termasuk teman-teman kami yang ada di atas rakit itu. Jadi kami berpisah sejak malam itu,’’  terangnya.   

Menurut Faisal selama 5 hari 6 malam, ketika angin kencang dan ombak besar dirinya bersama Amril harus berpegangan  erat di batang nipah agar tidak terlepas. Tapi kalau laut lagi tenang, keduanya bisa naik di atas batang nipah sambil duduk memulihkan  tenaga. “Kalau ombak sudah hantam kami, di situ tenaga terkuras karena harus pegang batang pohon nipah  jangan sampai terlepas,” tuturnya.

Faisal mengaku, selama terombang ambing di tengah laut mempertaruhkan nyawa itu, dirinya bersama Amril tak makan sekalipun. “Kami bisa bertahan hidup karena minum air hujan. Untung selama kami di tengah laut itu, setiap malam pasti ada hujan. Jadi itu yang kami tadah dengan menggunakan telapak tangan. Kadang langsung buka mulut tadah hujan lalu minum,’’ jelas Faisal. 

Sementara itu, menurut Amril, yang membuat dirinya bersama Faisal tetap semangat dan kuat untuk hidup karena setiap pagi bisa melihat daratan meski daratan itu masih terlalu jauh dan sulit untuk didekati. “Kalau pagi lihat daratan, tapi kalau siang kami dibawa arus dan ombak ke tengah laut,’’ bebernya. 

Meski daratan sudah terlihat, namun Amril mengaku tak memiliki tenaga lagi untuk bisa menepi ke darat tersebut. “Kami sudah tak punya tenaga sama sekali. Jadi kami berdua ikut terombang ambing kemana arus membawa kami,’’ katanya.

Selama  di tengah laut, Amril mengaku pernah ada satu kapal perintis yang lewat di malam hari, tapi karena tidak ada yang bisa ia gunakan sebagai aba-aba, sehingga kapal perintis itu lewat begitu saja. “Kami juga melihat ada kapal nelayan, tapi kapal itu memang jauh. Jadi kami tidak bisa bebuat apa-apa,’’ terangnya.  

Selama terapung di tengah laut, keduanya pasrahkan semuanya ke Tuhan untuk bisa mendapatkan pertolongan. "Jumat pagi itu ada kapal nelayan yang cukup dekat dengan kami, kemudian kami mencoba melambaikan tangan minta bantuan. Alhamdulillah, kapal nelayan itu mendekat kemudian menolong kami,’’ tandasnya. 

Setelah mendapat perawatan medis di RSUD Merauke dan bermalam di Merauke, Amril dan Faisal kemarin diterbangkan ke Jakarta menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Sementara itu, hingga saat ini belum ada kabar mengenai keberadaan 9 awak KM Azulla lainnya. (yulius sulo/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sedih, DBD Renggut Nyawa Siswa TK di Pekalongan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler